Pembunuh bayaran terhempas seperti layang-layang putus talinya menghantam dinding, disusul suara letupan seperti kacang goreng meletus - seluruh tubuhnya mengalami patah tulang berkeping-keping!
Saat pembunuh itu terjatuh ke permukaan, tubuhnya sudah lemas seperti lumpur. Ren He kini punya waktu untuk melihat situasi Wang Ping. Wang Ping yang kesadarannya tak sepenuhnya jelas tetap memeluk mati-matian sang pembunuh yang wajahnya basah air mata. Meski si pembunuh terus memukul dan menendang, ia tak bisa melepaskan diri dari pelukan Wang Ping yang punggung bawahnya mengalir deras darah.
Ren He sedikit terguncang. Dulu ia mengira kisah orang yang tertembak namun tetap bertarung menghadang musuh hanyalah palsu. Namun fakta membuktikan Wang Ping benar-benar mengerahkan sepenuhnya tenaganya untuk menahan pembunuh bayaran lainnya demi dirinya.
Ren He menyergap dan menghantam arteri leher sang pembunuh dengan tepian telapak tangan. Barulah kedua pembunuh ini sepenuhnya dinetralisir. Ia merogoh ponsel dan menelepon 120 untuk menyebutkan alamat sekaligus menjelaskan luka tembak di punggung bawah.
Faktanya bagi rakyat jelata biasa, ketika pertama kali menghadapi hal seperti ini seolah hanya ada satu cara: menelepon 110 atau 120.
Dirinya sendiri berhasil mengalahkan dua profesional lagi? Tekanan psikologis saat menghadapi dua pembunuh bayaran ini masih sangat kuat, tidak kalah dari saat menghadapi Lin Hao dulu. Ia tak pernah menyangka akan terseret dalam peristiwa seperti ini. Baginya, cukup menulis novel untuk mencari uang, membuat game untuk mencari uang, merasakan batas maksimal kehidupan, lalu menjadi pengangguran sejahtera saja sudah cukup.
Menghadapi hidup dan mati dalam olahraga ekstrem berbeda rasanya dengan dalam pertempuran. Alam mungkin masih berbelas kasih pada manusia, tapi musuh tidak.
Ren He langsung paham saat melihat laras senjata yang menghitam - mereka benar-benar berniat membunuhnya.
Baik di kehidupan sebelumnya maupun kini, ia hanyalah rakyat jelata biasa. Ia benar-benar tidak ingin lagi terlibat dalam perseteruan seperti ini.
Sekarang dipikir-pikir, pertemuan dengan Tian Qu di mall waktu itu mungkin sedang mengawasi dirinya. Tapi kenapa dia diawasi? Apakah karena kemampuannya yang jauh melampaui siswa SMA?
Yang En sebelumnya juga pernah menyebut-nyebut soal Tian Qu ingin merekrutnya, tapi Ren He sama sekali tidak punya niat bergabung dengan kelompok seperti itu. Sekarang tidak, nanti pun tidak akan.
Gabung dengan organisasi semacam itu sama saja dengan menempatkan diri dalam bahaya. Ren He merasa harus gila baru mau ikut mereka.
Tiba-tiba terdengar dentang langkah kaki dari kejauhan. Ekspresi Ren He langsung tegang, tangannya refleks menggenggam senjata api yang tergeletak di sampingnya. Meski tidak bisa menggunakannya, setidaknya bisa buat nyali. Kadang dia bingung kenapa di film ada yang punya senjapi malah pilih bertarung jarak dekat. Daya penghancur kepalan tangan mana bisa disejajarkan dengan senjata api?
Namun saat pihak tersebut muncul dalam pandangan, Ren He baru bisa lega. Pemuda yang beberapa hari lalu ikut menguntutnya di mall, jelas-jelas juga anggota Tian Qu.
Houzi yang sebelumnya melihat pantulan cahaya di gedung jauh dari atas atap, memilih berhenti mengejar Ren He dan beralih menghabisi target di sebelah sana. Pos pengamatan di lantai atas memiliki posisi strategis dengan wawasan luas, melalui teleskop bisa mengamati seluruh situasi. Meski tak melihat Wang Ping di balik tembok, mereka menyaksikan Ren He melompat turun dari atap lalu naik kembali, sebelum akhirnya dipaksa turun...
"Wang Ping?!" Houzi panik melihat darah masih mengucur dari pinggang Wang Ping yang terbaring. Ia segera membantunya membalut luka seadanya, lalu bertanya pada Ren He: "Sudah panggil ambulans?"
"Sudah, seharusnya segera datang," Ren He duduk lesu sambil terengah, pikirannya kacau. Tapi setidaknya ia takkan meninggalkan Wang Ping sendirian - itu sudah masalah moral.
5 menit ambulans tiba dan membawa pergi Houzi serta Wang Ping. Tak lama setelah ambulans pergi, Lin Hao bersama pria berwajah tegas muncul dan membawa pergi pembunuh bayaran yang tergeletak di tanah.
Seolah semua masalah telah menjadi debu yang mengendap.
Selain internal Tian Qu, tak ada yang tahu peran Ren He dalam pertempuran kecil ini. Saat Lin Hao melihat pembunuh yang lemas bagai daging busuk sedang sekarat, teringatlah ia pada tendangan Ren He yang pernah menghancurkan pintu...
Tak perlu diragukan lagi, anak ini sudah tak bisa dipulihkan...
Malam ini Tian Qu akan menyelidiki sumber informasi secara menyeluruh dan memberikan balas dendam keras pada organisasi tersebut. Lin Hao tahu masa liburannya telah berakhir resmi - banyak anggota Tian Qu di luar akan dipanggil kembali untuk bertugas di luar negeri.
Organisasi ini tak akan lagi mampu mengganggu Ren He. Yang akan mereka hadapi adalah pembalasan gila-gilaan Tian Qu untuk membersihkan aib mereka sendiri.
Untuk sementara tak ada yang sempat mengurus Ren He, namun Ren He telah meninggalkan catatan penting dalam arsip Tian Qu. Bahkan ia tidak tahu bahwa kali ini target sebenarnya adalah dirinya, sebab sejak awal yang ia lihat adalah pelaku menodongkan senjata ke Wang Ping bukan dirinya.
……
Saat Ren He kembali ke rumah sekitar pukul 11 malam, Sistem Hukuman Langit kembali memberinya hadiah terarah dengan evaluasi sempurna. Jika dihitung, ini sudah yang ketiga di tangannya yang masih belum digunakan.
4 hak imunitas tugas, 3 hadiah sempurna yang tersimpan di tangan, rasanya cukup memuaskan.
Seolah memegang Lampu Aladin versi dikebiri, lampu ajaib ini bisa memenuhi tiga keinginan kecil kapan saja...
Tentu jika Ren He nekat meminta rumah mewah atau semacamnya, Sistem Hukuman Langit pasti akan menyemburkan darah ke mukanya. Mimpi tidak realistis seperti itu harus dilupakan, mustahil ia bisa menjadi kaya langsung melalui cara ini.
Hasil terbesar hari ini tetap berasal dari misi parkour, perasaan bisa dijelajahi dengan mudah di hutan baja. Mungkin inilah alasan banyak orang mencintai parkour - tubuh yang kuat, kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.
Setelah mandi, rasanya jauh lebih rileks membersihkan seluruh kelelahan. Saat baru mengenakan baju, terdengar ketukan di pintu. Ren He spontan mengambil golok buah-buahan dari meja dan menyembunyikannya di belakang punggung sebelum membuka.
Sungguh, kejadian malam ini membuat sarafnya terlalu tegang. Tanpa alat perlindungan diri, rasanya seperti kehilangan rasa aman.
Ternyata saat pintu terbuka, Xia Yuting berdiri dengan sandal jepit menanyakan apakah ada cuka di rumah mereka...
Dari celah dua pintu, terlihat beberapa gadis di kamarnya. Salah satunya adalah kandidat peran Hua Xiaoshuang dalam Kunlun. Xia Yuting tersenyum menjelaskan: "Kami baru kembali dari lokasi syuting dan mereka semua berkumpul di sini. Kami membeli pangsung beku tapi lupa membeli cuka saat pulang ke rumah kita."
Cahaya jingga di lorong tangga menyinari wajah Xia Yuting, membuat penampilannya yang memesona terlihat semakin menggoda.
Merantau ke ibukota memang tak mudah, sejak dini sudah kehilangan perlindungan keluarga dan harus mengandalkan diri sendiri. Namun jelas terlihat Xia Yuting juga bukan tipe orang yang biasa memasak di rumah, sampai-sampai cuka pun tak ada di rumahnya.
Tapi Ren He pun tak berkualifikasi mengomentari rumah tangga orang. Saat menyerahkan botol cuka miliknya ke Xia Yuting, plastik segel botolnya bahkan belum dibuka. Dulu ia membelinya sekadar pura-pura...
"Mau makan bersama? Sepertinya kalian sudah saling kenal ya... Mereka bilang melihatmu saat audisi terbuka," canda Xia Yuting.
"Tidak perlu, aku mau tidur. Cepetan makan saja, simpan saja cukanya karena aku tak pernah masak," tolak Ren He. Sebagai pria dewasa, tak pantas bergabung dengan sekumpulan gadis tengah malam. Secara tak sadar ia mundur selangkah menghindari sorotan cahaya agar wajahnya tak terlihat gadis-gadis di seberang.
Xia Yuting membawa cuka kembali ke kamar, beberapa gadis bertanya sambil tertawa: "Siapa tadi? Dari suaranya kayaknya masih muda, ganteng enggak? Nggak ada yang berkembang lebih jauh?"
Xia Yuting berpikir sejenak lalu berkata: "Cuma tetangga biasa, nggak ganteng. Ayo cepat makan."
Entah mengapa dia tidak ingin orang lain tahu Ren He tinggal di sini.
……
