Entah karena sebelum tidur melihat beberapa wanita cantik, hasilnya Ren He bermimpi indah di malam hari. Ia memimpikan dirinya naik pesawat ke barat hingga tiba di Nepal untuk mendaki Everest, kebetulan Yang Xi berada di barak militer di ketinggian 6000 meter. Mereka pun berada di dalam tenda...
Mimpi yang keren. Setelah sadar, Ren He merasa antara ingin tertawa dan menangis. Tampaknya tubuhnya sudah cukup matang...
Masa remaja selalu dipenuhi berbagai macam kekhawatiran. Di era ini, anak laki-laki resah karena tidak tahu apakah perempuan yang disukainya membalas perasaan, sementara perempuan cemas akan payudara yang terlalu besar - bahkan sebutan "besar" saja bisa memicu rasa malu. Fakta membuktikan kekhawatiran mereka sebenarnya berlebihan... Tentu saja, di antara sekian banyak keresahan, hormon yang berkecamuk tak terkendali mungkin menempati posisi pertama.
Meski hubungan Ren He dan Yang Xi sudah sangat dekat - sampai-sampai bisa kabur bersama, meski sebenarnya usia mereka pun tidak bisa dibilang muda lagi (para Senior sering bercanda bahwa di desa usia 16 tahun sudah punya anak), meski Ren He memang menyukai gadis kecil, tapi jika benar-benar melakukannya sekarang... tetap terasa terlalu biadab.
Akhirnya dia memutuskan untuk tidak memikirkan hal seperti ini lagi.
Pagi hari saat tiba di sekolah, Ren He mendapati ada yang sudah datang 30 menit lebih awal hanya untuk bermain beberapa ronde permainan pembunuhan bersama.
Dari sini bisa dilihat betapa dahsyatnya pengaruh permainan pembunuhan ini.
Ren He terus memantau perkembangan Sang Pengejar Layang-Layang. Tengah malam kemarin setelah ia tertidur, Lao Zhou dengan gembira mengirim SMS memberitahukan kabar terakhir tentang Sang Pengejar Layang-Layang. Melalui murid-muridnya di luar negeri, Lao Zhou mulai memperluas jaringan pergaulan internasional Kelompok Media Ibukota. Proses penerbitan Sang Pengejar Layang-Layang berjalan lancar, meski penjualan beberapa minggu pertama sebenarnya tidak terlalu bagus.
Menjual ratusan eksemplar per hari sudah dianggap bagus. Lao Zhou sendiri telah membaca Sang Pengejar Layang-Layang. Nilai sastra buku ini tidak diragukan lagi dan patut dipuji, tapi kini ia kembali meragukan: mungkinkah ini lagi-lagi buku yang dipuji tapi tidak laris? Atau mungkin gaya terjemahan tidak bisa diterima pembaca asing?
Semua kemungkinan itu sangat masuk akal.
Namun tepat seminggu yang lalu, reputasi buku Sang Pengejar Layang-Layang tiba-tiba mulai mengalami letusan sumur dengan kecepatan pertumbuhan geometris. Hingga kemarin malam, Sang Pengejar Layang-Layang telah menduduki peringkat kedelapan penjualan buku di Amerika Utara, dan dapat diprediksi bahwa peringkat ini pasti masih bisa terus naik.
Selama bisa menghasilkan uang, Yayasan Qinghe akan memiliki dana yang cukup untuk membangun sekolah dasar harapan.
Namun semua kegiatan amal yang dilakukan Yayasan Qinghe ini sama sekali tidak pernah diungkapkan ke media, semuanya dilakukan diam-diam. Pertama, sifat Lao Zhou yang memang bukan orang yang suka pamer. Kedua, mode Yayasan Qinghe sejak awal telah menentukan bahwa meski disebut yayasan, sebenarnya tidak terkait dengan dana privat maupun publik. Segala sumber dana yayasan ini bersifat swasembada, tidak perlu meningkatkan donasi dari luar dengan membuka eksposur.
Inilah model filantropi yang selama ini diidamkan Lao Zhou: Tak perlu meminta bantuan siapa pun, cukup mengandalkan kekuatan sendiri untuk mengubah kondisi pendidikan di daerah pegunungan terbelakang. Daripada harus mengemis sumbangan di usia senjanya, Ren He merasa lebih baik membantu sesuai kemampuan.
Pencapaian penjualan global *Sang Pengejar Layang-Layang* yang masuk tiga besar dalam sepuluh tahun sepenuhnya mampu menghadapi situasi saat ini. Selain itu, hak cipta di bawah Yayasan Qinghe ke depannya pasti tak hanya terbatas pada *San Zi Jing* dan *Sang Pengejar Layang-Layang* saja.
Ren He bahkan berencana melibatkan Klub Qinghe dalam proyek amal ini. Bukan karena mereka bisa menyumbang banyak, tapi karena Ren He paham: Ketika kekayaan mencapai ambang batas tertentu, jika tak berpikir untuk memberi kembali ke masyarakat, malapetaka pasti datang cepat atau lambat.
Terlebih kini kesuksesan *Sang Pengejar Layang-Layang* telah membuktikan bahwa buku-buku bestseller global lainnya yang tersimpan di kepala Ren He juga bisa mengulangi kejayaan seperti di kehidupan sebelumnya.
Namun sekarang belum perlu merepotkan diri dengan ini, urusan di depan mata saja masih belum selesai dikerjakan.
Tepat pada momen inilah media mulai memenuhi langit dan bumi mempromosikan kabar penyelesaian syuting "Kunlun Pembunuhan". Ren He baru sadar, oh rupanya kemarin Xia Yuting dan kawan-kawan merayakan setelah syuting selesai di rumah sewaan mereka, pantas saja berkumpul bersama.
Ini pertama kalinya Xia Yuting menjadi peran utama perempuan, perasaannya pasti sangat gembira. Rasanya benar-benar menyenangkan berjuang untuk mimpi.
Siapa sangka Xia Yuting yang bersinar dalam konferensi pers hari ini, semalam masih memasak pangsung beku sendiri hingga larut malam? Tapi dia tetap bahagia, sebab langkahnya semakin mendekati mimpi.
Memikirkan ini, Ren He tersenyum. Titik temu antara dirinya dengan Xia Yuting tidak banyak, bahkan sebagai tetangga sekarang pun jarang berinteraksi. Ketika bertemu hanya menyapa "Kakak Yu Ting", tidak banyak bicara.
Tapi kehadirannya dalam hidupku bagai referensi yang mengukur kecepatan kami mendekati mimpi. Setiap melihat betapa giatnya dia berusaha, Ren He selalu merasa termotivasi tanpa alasan yang jelas.
Sudah saatnya menenangkan diri dan menyelesaikan satu per satu urusan saat ini. Masih ada target yang lebih jauh, waktu takkan menunggunya.
Itu adalah kompensasi yang harus ia kembalikan untuk kehidupan sebelumnya. Masih terlalu banyak hal yang harus diselesaikan.
Ren He dan tim kreatif utama permainan Pembunuhan kembali fokus membuat versi online. Setiap istirahat pelajaran, saat yang lain bermain, mereka justru berkumpul membahas solusi atas kesulitan yang dihadapi.
Kadang ketika ada yang mendapatkan ide brilian, mereka langsung bersemangat memberitahu semua orang, bahkan sampai tertawa histeris di kelas tanpa peduli pandangan orang lain. Ren He pun tak terkecuali.
Ada yang bilang anggota Klub Qinghe seperti kesurupan, terkadang tertawa dan berteriak histeris bahkan di tengah pelajaran, tiba-tiba memeluk orang lain sambil bilang sudah paham, akhirnya mengerti cara melakukan sesuatu.
Rumor tentang kegilaan Klub Qinghe terus menyebar, namun Klub Qinghe sendiri tak pernah menghiraukannya.
Terkadang kita tak perlu tahu seperti apa wujud masa depan, bahkan tak perlu tahu ingin menjadi apa. Asal punya keyakinan dan semangat juang, melangkah perlahan sambil menemukan masa depan di sepanjang jalan...
Saat kau sadar sedang berjuang untuk mimpi, kata "mimpi" itu sendiri akan memberi semangat yang tak terduga.
Benar, mimpi. Itu harus menjadi jalan berdarah yang tetap kau tempuh meski harus merangkak.
Tim kreatif utama Permainan Pembunuhan bukannya tak tahu rumor di luar, mereka hanya memilih untuk tak peduli.
Mereka telah mengambil langkah pertama di jalan mengejar mimpi, sementara yang lain belum.
Jika seluruh dunia mengatakan kau gila-gilaan, maka silakan teruskan kegilaan itu.
Hingga kegilaan itu bertunas dan berbuah, hingga membantumu mencapai awan hijau di langit.
Grup tim kreatif dipenuhi keriuhan sangat meriah. Ide-ide brilian mengalir dari ujung jari semua anggota, lalu dikumpulkan oleh Liu Jiamin.
Sejak permainan pembunuhan dimulai, ia pun tenggelam dalam kebahagiaan berjuang untuk mimpi. Meski bukan mimpinya sendiri, membantu orang lain mewujudkan mimpi juga membahagiakan.
Setiap hari ia datang pagi-pagi ke sekolah, malam hari mengucurkan keringat bersama tim. Saat Ren He mentraktir makan bakar-bakaran, sesekali ia pun menenggak dua gelas bir.
Ia merasa ada perubahan dalam pikirannya, seolah mengalami 'transformasi' seperti yang dijelaskan Ren He.
Rasanya seperti proses kelahiran kembali dengan memecahkan kepompong sebelum berubah menjadi kupu-kupu.
Sungguh membahagiakan.
Selama itu, Ren He sibuk mengurus semua persetujuan prosedur. Kali ini dia hampir kelelahan sendiri mengurus segala administrasi.
Pada hari kedua terakhir September, game "Pembunuhan" resmi diluncurkan secara nasional!
Dari sini, melangkah ke panggung global tinggal menunggu agen-agen yang akan datang sendiri.
……
