Setelah komunitas studi wisata kembali, di sekolah beredar cerita tentang Afrika nyata yang mereka gambarkan.
Mereka pergi ke Angola yang sedang dilanda kekacauan perang. Mengetahui kebenaran tentang Afrika, wajar jika benua ini tertinggal - tak terhitung warga Tiongkok di sana menjual pakaian bekas seharga $8 per potong, padahal di dalam negeri mereka membelinya secara borongan dengan harga per ton.
Barang paling berharga adalah minyak angin (fengyoujing). Sebotol kecil pun bisa dijual seharga $8 (harga selangit) karena nyamuk dan serangga di sana brengsek banyaknya!
Produsen motor terbesar di Afrika adalah Tiongkok dengan kapitalisasi pasar 100 miliar. Orang Afrika biasanya tidak menabung - mereka akan meminjam uang untuk membeli barang yang diinginkan. Lin Zhichen dan tim mempekerjakan beberapa buruh Afrika. Gaji bulanan yang baru dibayarkan habis dalam tiga hari, membuat buruh-buruh itu mogok kerja...
Lin Zhichen dan tim lalu mencoba membayar gaji setiap 3 hari sekali. Hasilnya? Buruh-buruh itu mogok kerja di sore hari yang sama... Gaji mereka habis lagi!
Saat mereka kembali, kulit putih yang dulu sudah berubah menjadi warna kecokelatan sehat. Namun warna kulit seperti gandum ini justru mulai menjadi objek sanjungan teman-teman sekelas, karena warna tersebut seolah mewakili pengalaman hidup mereka.
Pertama, di kelas tiga SMA sudah bisa melepaskan diri dari kontrol keluarga dan punya uang cukup untuk berkeliling dunia, ini sendiri sudah merupakan hal yang cukup membuat orang iri. Bahkan di Sekolah Sizhong pun tak semua orang bisa melakukannya.
Sementara itu, anggota komunitas studi wisata yang kembali ke Sizhong juga mendengar kabar tentang munculnya komunitas jempolan secara tiba-tiba di sekolah. Mereka mengembangkan permainan tingkat dunia dan sudah mulai menghasilkan pendapatan sendiri yang jumlahnya cukup besar.
Ketika ada yang memberitahu Lin Zhichen tentang hal ini, ia tertegun sejenak lalu tersenyum cerah: "Nanti harus cari waktu untuk bertemu."
Namun Klub Qinghe saat ini sedang sibuk luar biasa, meski mendengar kabar kembalinya komunitas studi wisata sebenarnya tidak terlalu dipedulikan. Jika dulu mungkin akan merasa iri, tapi wawasan akan berubah seiring pertumbuhan setiap orang. Mereka sendiri sekarang sudah sangat hebat sehingga tak perlu iri pada orang lain.
Dua hari ini agen-agen asing berduyun-duyun sampai ke Tiongkok menemui Ren He untuk membahas masalah agen server luar negeri. Tentang pola kerja sama, Ren He sudah lama berpikir - jika sistem pembagian keuntungan dipakai, mereka benar-benar tak punya energi untuk melakukan audit tahunan ke setiap agen. Jadi cara terbaik sebenarnya adalah sistem waralaba.
Pendapatan dari Permainan Pembunuhan tidak terlalu besar. Setelah berdiskusi, mereka memisahkan harga untuk negara maju dan berkembang - biaya waralaba untuk negara maju US$600.000/tahun, negara berkembang US$400.000/tahun. Setara dengan sekitar 4,8 juta RMB dan 3,2 juta RMB.
Permainan Pembunuhan di kehidupan ini berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Hak kepemilikannya yang telah jelas berarti pencipta game ini akan memperoleh hasil yang jauh melampaui keuntungan di masa lalu.
Keagenan dari 7 negara kali ini membawa pendapatan mengejutkan bagi Qinghe Game. Rekening klub tiba-tiba bertambah lebih dari 20 juta RMB. Di usia pelajar yang memiliki dana 20 juta RMB per tahun, tak perlu lagi iri pada orang lain.
Ini baru pendapatan awal keagenan. Akan ada lebih banyak pihak yang bergabung nanti. Meski di mata Qinghe Game ini masih seperti hujan gerimis, tapi untuk sebuah komunitas ini sudah cukup.
Uang berlebih rawan masalah. Ren He terus memikirkan pengelolaan dana ini. Meski kendali ada di tangannya sekarang, masalahnya ia cepat atau lambat akan lulus. Agar penerus klub tak tersesat oleh uang, Qinghe harus dibuat lebih profesional.
Sore itu setelah pulang sekolah, Ren He mengajak semua orang kembali ke studio di gedung kompleks untuk rapat. Semua bingung apa yang terjadi, hanya bisa duduk mengelilingi meja rapat dan menatap Ren He yang berada di posisi atas, menunggu ia berbicara.
Ren He tersenyum: "Pernahkah kalian membayangkan Klub Qinghe akan sejempolan ini?"
Dalam hati Yang Xi berkata lembut, "Aku sudah membayangkannya." Dirinya sendiri telah menyaksikan terlalu banyak keajaiban yang diciptakan Ren He. Jadi saat Ren He mendirikan Klub Qinghe, sebagai pacarnya, secara naluriah ia menyimpulkan bahwa Ren He pasti akan mengubah klub ini menjadi legenda yang terus menciptakan keajaiban.
Hari ini tidak ada kelas, guru vokal mengajukan cuti pulang ke kampung halaman untuk urusan pribadi. Setelah mendengar ada acara klub, Yang Xi langsung ikut datang. Klub itu sekunder, yang utama bisa lebih lama bersama Ren He. Dia mengangkat kepala memandang Ren He, tapi mendapatinya diam-diam mengedipkan mata padanya. Merasakan seperti pacaran diam-diam meski kadang terasa menyebalkan, mereka berdua hampir tak sabar ingin umumkan ke seluruh jagat. Setiap malam di rumah sambil bermain ponsel selalu ada obrolan tak habis-habisnya, tapi saat bertemu harus tetap merahasiakan.
Namun di momen tertentu ketika mengingat beberapa rahasia hanya mereka berdua yang tahu, tetap muncul kebahagiaan unik, seperti sekarang.
Siapa sangka dua orang yang hampir tak pernah berinteraksi di sekolah ini ternyata sepasang kekasih?
"Aku memang tak pernah bayangkan Klub Qinghe bisa sejempolan ini. Dulu aku bahkan mengira kau gila kali. Sekarang baru sadar, menarik Jiang Haoyang bergabung ke Qinghe dulu adalah pilihan bijak," Liu Bing tertawa.
“Tunggu dulu,” Jiang Haoyang tiba-tiba menarik lengan Liu Bing: “Kau beristirahatlah sebentar. Baik kau maupun Li Yifan semuanya kurayu masuk. Waktu itu kau ngotot menolak dengan alasan 'Klub Teater dan Klub Street Dance lebih banyak cewek cantik', bukan kau? Sekarang mau klaim jasa?”
“Apa benar?” Liu Bing berkata dengan wajah berdiri di atas kebenaran: “Salah ingat kau!”
Liu Jiamin dan Yang Xi tertawa menyaksikan keusilan mereka. Di masa sekolah, ngobrol ngalor-ngidul seharian pun tak pernah terasa membosankan. Mungkin karena tak ada yang terburu-buru waktu, tak perlu sibuk memikirkan keselamatan.
Tak terhitung orang yang memasuki masyarakat mendambakan bisa sepenuhnya melompat keluar dari lingkaran keselamatan, melakukan hal-hal tak terkait kelangsungan hidup. Seperti menghabiskan waktu tanpa beban untuk membaca buku, menjadi tukang kayu yang terampil, menjadi pelukis kelas tiga yang memuaskan dunia spiritualnya, menjadi gitaris amatiran yang menuruti hobi, atau kapan saja bisa menggendong ransel menuju lokasi impian: permukaan danau jernih Turki, pantai indah Yunani, air laut biru nan luas Maladewa, jalan gunung berliku di Tibet.
Mungkin kau memilih membuka penginapan kecil di Tibet, dibangun dari kayu dengan pelataran terbuka, di mana mengangkat kepala akan langsung melihat langit membiru.
Semua ini terbayang begitu mengesankan.
Tapi semua orang melupakan fakta: sebenarnya sejak menginjakkan kaki di masyarakat, kita sudah lama punya kesempatan untuk memiliki kehidupan seperti itu.
Inilah perbedaan antara sekadar bertahan hidup dan benar-benar menjalani hidup.
Bagi Liu Jiamin, masa-masa sulit menyelesaikan permainan pembunuhan ini justru membawa kebahagiaan. Berkumpul dengan sekelompok teman menarik selalu menyenangkan, dan sangat membantu perkembangan pikirannya. Seperti yang dikatakan Ren He, tingkat spiritual jiwanya benar-benar naik ke lapisan lebih tinggi, ekspresi emosi dalam musik pun menjadi lebih kaya.
Ia berharap Klub Qinghe dapat terus berjalan, bersama semua anggota.
Ada pepatah bagus: Jiwa-jiwa menarik akhirnya akan bertemu.
Liu Bing kali ini berbicara serius: "Sebenarnya saat pertama melihat tujuh helai spanduk itu, di hatiku seolah ada api yang tak bisa kupendam, sehingga akhirnya memilih bergabung."
"Aku juga," kata Li Yifan sambil tertawa.
Ren He dengan tenang berkata: "Jadi ingatlah, bukan aku yang memilih kalian, tapi kita bersama-sama memilih untuk berkumpul di sini."
