Menurut An Si, Ren He tidak perlu mengambil risiko menantang bidang baru. Terlalu banyak contoh atlet yang gagal dalam tantangan lintas bidang di dunia olahraga. Kegagalan itu akan menjadi noda seumur hidup mereka, menciptakan bayangan hidup yang tertinggal di hati mereka.
Dalam olahraga, kondisi hati sangat penting. Semakin baik suasana hati seorang atlet selama kompetisi, semakin mudah baginya untuk menunjukkan performa terbaik. Ini telah terbukti tak terhitung kali.
Bayangan hati mungkin tidak berpengaruh pada atlet biasa, tapi bagi mereka yang benar-benar mencari tingkat ekstrem, itu seperti kegalauan hati dalam novel - memang serumit konsep Xuan (misterius) dalam Taoisme.
Malam ini An Si dan Liu Erbao sepenuhnya mengikuti kesibukan Ren He. Biasanya Liu Erbao akan memandu keseluruhan proses shooting video, sementara Ren He dan An Si tidak akan mempertanyakan apapun. Namun malam ini, Ren He-lah yang menjadi pengendali utama segalanya.
Berdandan sebagai orang tua untuk bercanda adalah idenya. Sekarang memulai segmen kedua shooting video tanpa jeda juga merupakan ide Ren He. Titik kegembiraan An Si dan Liu Erbao terletak pada fakta bahwa setiap kali mereka mengikuti kekonyolan Ren He, mereka malah terkena "virus" antusiasmenya.
Inilah makna dari garis besar keenam Klub Qinghe - memiliki kemampuan untuk menginfeksi dan menyulut harapan orang lain.
Pukul 1 subuh, Ren He dan yang lain sudah berdiri di area pabrik terbengkalai. Lokasi ini merupakan petunjuk dari Liu Erbao yang memang lebih mengenal ibukota.
Di pinggiran ibukota, pabrik-pabrik terbengkalai tidaklah sedikit - ada yang dipindahkan paksa karena polusi, ada pula yang bangkrut sendiri. Kompleks bangunan ini memiliki ketinggian sekitar 4 meter, terdiri dari rumah petak dan berbagai fasilitas pabrik usang.
Ren He mengukur jarak antar deretan bangunan dengan penggaris, keningnya berkerut: Ternyata tidak ada jarak yang benar-benar cocok untuk misi di sini. Mungkin sejak desain awal, bangunan sengaja dibuat dengan jarak antar struktur antara 8.2 hingga 8.5 meter.
Namun ia tidak berkomentar, langsung mengkomandoi Liu Erbao dan timnya untuk memasang lampu sorot dan kamera pengawas sesuai konsepnya.
Kali ini Liu Erbao membawa semua peralatan berharganya. Seperti di proyek Jalan Langit sebelumnya, seluruh pabrik bersinar terang bak siang hari setelah 2 jam persiapan, seolah arena pesta megah akan segera digelar di sini.
Liu Erbao merasa bingung dengan penempatan beberapa kamera pengawas di lokasi tertentu yang tampak sama sekali tak berguna, namun ia tidak berkata apa-apa dan terus memasang peralatan sesuai instruksi Ren He.
Di sela waktu ini, Ren He meminjam pulpen dan kertas untuk menulis dua lagu yang akan diberikan kepada Liu Erbao. Ia berharap misi parkour bisa muncul lagi agar bisa diselesaikan bersama. Setelah berpikir sebentar, ia mulai menuliskan pilihan lagunya.
Lagu pertama: Wang Feng - "Di Musim Semi"! Lagu ini pernah begitu populer sampai tampil di Gala Tahun Baru. Sebagai perwakilan rock populer, reputasinya tak terbantahkan. Karena termasuk genre rock populer, standar evaluasi utamanya tentu popularitas, bukan hal lain.
Lagu kedua: Cui Jian - "Pendeta Palsu"! Lagu ini merepresentasikan kekuatan hati para musisi rock sejati era 90-an. Sebagai salah satu karya rock paling klasik dalam sejarah musik Tiongkok, gelarnya pantas disandang!
Dengan tiga lagu "Musim Semi", "Pendeta Palsu", dan "Beijing Beijing", Ren He yakin grup Liu Erbao pasti akan meledak. Nyatanya vokal mereka cukup stabil dan sebenarnya memiliki teknik menyanyi yang baik.
Misi Hukuman Langit langsung menyusul: "Tugas: Akumulasi 100 kali dalam satu jam, batas waktu 1 minggu. Hukuman: Inang menangis terus selama sebulan jika gagal."
"Tugas: Melampaui 5 kali setinggi 8 meter dalam satu jam, batas waktu satu minggu. Hukuman: Inang muntah terus selama sebulan jika gagal."
Nah, kalau gagal menyelesaikan ini, dirinya bisa merasakan langsung efek skill-nya. Itupun dua sekaligus.
Tapi sekarang segalanya sudah di sini. Sistem Hukuman Langit pun sudah sangat menghormati dengan memberi tugas parkour. Tak ada alasan untuk gagal! Banyak gudang berjarak lebih dari 8 meter di sini. Ren He memutuskan untuk mempertaruhkan segalanya.
"Saat ini ia masih memakai riasan pria tua, misi kali ini tetap harus muncul dengan wajah ini," An Si berulang kali mengingatkan, "Yang penting di sini hanya tersisa anggota tim kita sendiri, bahkan jika gagal pun tidak masalah karena tak ada yang tahu. Yang utama harus kau jamin adalah keselamatanmu sendiri. Asal kau tidak terluka, mau bermain berapa kali pun boleh!"
Ren He tertawa, "Tenang saja, aku tidak benar-benar mencari kematian, hanya ingin menantang hidup dan mati saja." Ia memalingkan wajah ke arah Liu Erbao yang jauh, "Kakak Kedua, barang yang kuminta sudah siap?"
"Siap!" teriak Liu Erbao keras-keras, "Kubuka kau coba." Tangannya melambai memberi isyarat. Seorang anggota tim di kejauhan melihat instruksi itu lalu menekan saklar di sampingnya. Tiba-tiba seluruh pabrik tua yang terbengkalai ini bergema oleh deru musik yang mendidih dan menggelegar!
Liu Erbao berkata dengan kepuasan diri, "Ini sistem audio yang pernah dipakai Jiang Chen di konsernya dulu, sudah kupinjamkan untukmu. Keren banget kan!"
“Keren banget!” Ren He tersenyum sambil menegakkan ibu jari. Liu Erbao memang selalu suka dengan skala usaha besar, dan usaha besar itu selalu membawa kejutan yang menyenangkan.
Saat ini pabrik yang ditinggalkan itu bergema dengan musik elektronik fade. Ketua dentuman genderang elektronik yang spektakuler itu membuat An Si merinding! Sebenarnya musik yang diputar di sini nanti tidak akan punya efek apapun dalam proses editing, karena pengisian suara masih membutuhkan proses khusus. Jadi semua musik di sini hanya disiapkan untuk indera pendengaran Ren He semata.
Bahkan Liu Erbao sampai meminjam sistem audio dari konser Jiang Chen hanya untuk menyediakan musik latar bagi Ren He! Satu set sistem audio ini harganya 8 juta!
Sungguh mewah!
Ren He berdiam diri di atap sambil mendengarkan fade yang mendidih. Dalam pikirannya, tempat ini bagaikan wilayah dekat Kutub Utara dimana cahaya kutub (aurora) yang mempesona mengalir bagai sungai di langit, sementara segenap bintang di angkasa seolah hendak berjatuhan.
Ia tertawa sambil berteriak: "Terima kasih telah menemani aku bergiliran gila malam ini! Aku tahu kalian semua khawatir apakah aku bisa melakukannya. Hanya ingin kukatakan: Dalam BGM-ku, tak ada yang bisa mengalahkanku - bahkan ajal sekalipun. Mulailah!"
Ren He tersenyum cerah. Betapa ia mencintai momen ini - hidup kedua kali, menantang hidup dan mati.
Nongkrong di klub malam, tato, menindik tubuh, mabuk-mabukan - semua itu terlihat keren. Tapi sebenarnya tidak ada kesulitan sama sekali, asal mau melakukan. Yang lebih keren adalah hal-hal yang tidak mudah dilakukan: membaca buku, fitness, menghasilkan uang, berbakti pada orangtua, mencintai seseorang dengan hati paling membara, lalu mengalahkan suatu domain dengan seluruh energimu.
Hal-hal yang dianggap membosankan dan sulit dipertahankan oleh manusia biasa ini, ketika benar-benar kau selesaikan, akan memberikan kebahagiaan yang jauh melampaui imajinasi.
Ren He mengucapkan terima kasih untuk semua ini, pada setiap orang yang hadir membuktikan kehidupan terbaiknya.
Ia menegakkan lengannya tinggi-tinggi, ibu jari, jari tengah, jari telunjuk, semuanya mewakili hitungan mundur.
Liu Erbao melihat Ren He menutup jari tengahnya, berteriak cepat lewat walkie-talkie: "Semua kamera perhatikan hitungan mundur, 3!"
2！
1！
Dalam alunan musik fade yang menggugah, ketukan genderang elektronik menghantam darah dan saraf, perlahan mulai terbakar.
Mata semua orang menatap tajam ibu jari Ren He yang terkembang di langit, pemuda di atas atap itu bagai satu-satunya tokoh utama di panggung ini, sedangkan ibu jari itu adalah pujian terbaik untuk dirinya sendiri.
Mari bersama-sama menikmati semburan api megah ini, mulailah!
