Jumat sore itu, sebelum bel pulang berbunyi, semua siswa masih rapi mengenakan seragam sekolah. Tapi begitu kelas berakhir, para remaja yang antusias langsung berhamburan ke toilet untuk berganti pakaian pribadi.
Di sinilah perbedaan terlihat jelas. Ada yang mengenakan setelan jas puluhan ribu yuan, mengeluarkan sepatu kulit mengilap dengan dasi mewah. Dari pakaian saja sudah terlihat - keluarga mereka pasti sangat kaya atau terpandang.
Dan peraturan pesta dansa tidak hanya membolehkan mengundang lawan jenis dari sekolah ini, siswa dari sekolah luar pun bisa! Asalkan kamu membawa lawan jenis, kamu bisa masuk. Jadi sejak pagi sudah ada banyak gadis cantik dari sekolah luar yang datang ke Sizhong dengan pakaian indah, juga pemuda ganteng. Sebagian besar dari mereka adalah siswa terbaik di seluruh lingkaran ibukota.
Di sisi lain, sekelompok siswa lain langsung pergi ke perpustakaan atau pulang ke rumah setelah makan siang, sama sekali tidak ada niat untuk ikut serta.
Sejujurnya, perasaan menjadi pelengkap orang lain memang tidak terlalu enak.
Ini seperti miniatur kecil masyarakat. Sebagian orang sudah menang di garis start sejak dini, di usia muda sudah meraih prestasi dan kekayaan yang sulit dikejar seumur hidup oleh banyak orang.
Masyarakat memang tidak pernah adil. Yang bisa dilakukan semua orang adalah mengerahkan segenap tenaga untuk meratakan kesenjangan ini.
Di pihak Klub Qinghe, Yang Xi langsung pergi karena masih ada kelas di sore hari, dan akan kembali di malam hari untuk ikut pertunjukan bersama anggota lainnya.
Sedangkan Jiang Haoyang, Ren He, Liu Bing, Li Yifan, dan Liu Jiamin masih mengenakan seragam sekolah mereka tanpa sedikitpun niatan untuk berganti pakaian. Bagi mereka, semua atribut eksternal ini adalah hal yang tak penting dan tidak layak direpotkan atau dibuat-buat.
Jujur saja, mentalitas underdog masih melekat pada mereka - tak berniat menyelami lingkaran elite. Bahkan status Liu Bing sebagai juara ujian SMP hanyalah bukti kemampuan diri, bukan untuk bersaing dengan para dewa di panggung utama.
Ren He berpendapat Klub Qinghe perlu memesan seragam klub khusus yang mewah untuk semua anggota. Meskipun acara sekolah seperti ini tidak sepadan dengan usaha ekstra, namun Klub Qinghe pasti akan mendapat kesempatan tampil di panggung yang lebih besar.
Alasan utama tidak berganti pakaian adalah kesepakatan bersama. Liu Jiamin yang tak mampu membeli baju bagus akan tersisihkan jika yang lain berganti. Dengan kecocokan hati yang sempurna, semua memahami bahwa malam ini Liu Jiaminlah sang tokoh utama.
Jumlah anggota di komunitas ini memang tidak banyak. Dulu saat membuat Permainan Pembunuhan, Liu Jiamin telah kerja keras membantu semua orang mengatur data. Sekarang giliran mereka membantu Liu Jiamin meraih pencapaian di jalan mimpinya.
Klub Qinghe memang tajir, tapi memberikan baju secara cuma-cuma ke orang lain itu tidak pantas. Apa maksudnya? Seolah bilang "kamu terlalu miskin, ini hadiah untukmu".
Hal seperti ini sebaiknya dihindari. Liu Jiamin adalah pribadi yang mandiri. Kebutuhannya cepat atau lambat akan ia dapatkan sendiri melalui usaha. Orang lain tak perlu ikut campur.
Jadi semua memakai seragam sekolah, sempurna!
Nanti saat membuat jinakkan internal untuk Klub Qinghe, setiap anggota dibuatkan dua set. Tak Kekurangan Uang!
Di bawah pimpinan Ren He, Klub Qinghe pasti semakin menjauh di jalan Si Tukang Pamer. Sang ketua saja tampak konyol, anggota lain pasti sangat terpengaruh.
Jika suatu hari ada yang berkata pada Liu Bing dan kawan-kawannya bahwa Klub Qinghe terlalu sok tajir, Liu Bing akan menjawab: "Aku juga putus asa, mau gimana lagi? Emangnya kami tajir!"
Maka ketika malam pesta dansa tiba, anggota Klub Qinghe berangkat ke gedung olahraga dengan seragam sekolah. Dikelilingi orang-orang berbaju jas rapi, mereka tampak tak selaras dengan lingkungan. Yang Xi juga kembali ke sekolah setengah jam sebelum acara dimulai.
Jalanan dipenuhi pita warna-warni dan papan penunjuk jalan. Gemuruh tawa dan canda mengalir ke arah gedung olahraga, membuat Ren He samar-samar merasakan hawa perayaan.
Pria dan wanita datang dengan pasangan yang mereka undang. Hari ini adalah momen para siswa memamerkan individualitas.
Namun di tengah kerumunan yang berpakaian mewah ini, pakaian Klub Qinghe terlihat seperti turis yang sedang berwisata, menimbulkan kesan keterpisahan yang kuat. Namun tak ada yang menganggap mereka transparan, justru seolah mereka memiliki keangkuhan yang melampaui Tiga Ranja dan berada di luar Lima Elemen.
Saat mereka muncul di pintu stadion, semua siswa lain diam-diam memandangi mereka. Ren He berjalan di depan, sementara Yang Xi yang patuh mengikuti di belakangnya tersenyum menyapa beberapa teman yang dikenalnya. Banyak yang terkejut melihat Yang Xi yang berpenampilan biasa layaknya anggota klub pada umumnya, tanpa sedikit pun sikap arogan selebritas. Ia pun terlihat sangat nyaman berjalan di belakang Ren He.
Klub Qinghe kini telah menjadi entitas yang tak bisa diabaikan baik oleh guru maupun siswa di sekolah. Permainan Pembunuhan semakin populer dari hari ke hari, dan semakin populer permainan itu, semakin misterius aura yang menyelimuti Klub Qinghe.
Siapa yang bisa menyangka bahwa tujuh helai spanduk itu menjadi awal sebuah legenda hidup? Namun bagi Ren He, ini baru permulaan, sekarang masih kelas 1 SMA!
Kini Klub Qinghe menambah bahan perbincangan baru dalam konsepsi teman sekelas: Kelompok ini malah mulai berolahraga sebentar di lapangan setiap sore sepulang sekolah.
Komunitas seharusnya hanya kelompok minat, selain klub olahraga siapa yang akan meminta anggota untuk ikut latihan fisik?! Tapi begitulah permintaan Klub Qinghe.
Maestro pun tidak mengerti apa yang mereka lakukan, bahkan bagian dalam Klub Qinghe sendiri tidak paham maknanya, hanya tahu Ren He sangat menekankan olahraga...
Setelah beberapa waktu ini, Jiang Haoyang sudah terlihat mengkerut, lemak di wajahnya tak lagi jelas. Jika ibunya tahu ini hasil paksaan latihan Ren He, diperkirakan akan mentraktir Ren He makan...
Jadi latihan Klub Qinghe di lapangan setiap sore juga menjadi garis pemandangan yang unik, sementara gaya bertindak klub ini semakin membuat semua orang tak terselami.
Segalanya bagaikan teka-teki, namun tetap menarik perhatian semua orang. Legenda sedang di puncak kejayaannya!
Saat itu Ren He dan kawan-kawan memasuki gedung olahraga. Peralatan pertunjukan sudah dibawa oleh staf kecil divisi seni. Malangnya staf-staf ini harus membantu mengangkat barang karena kebetulan menangani pendaftaran pertunjukan Klub Qinghe...
Untungnya piano tegak tidak terlalu berat...
Mengingat ini pesta dansa, pertunjukan pembuka pasti tarian. Kali ini beberapa siswi kelas 7 SMA tampil dengan tari tradisional. Jangan ditanya, teknik mereka benar-benar mumpuni.
Yang kedua adalah Klub Street Dance. Di masa remaja, hal keren seperti street dance pasti akan menarik banyak penggemar. Banyak pula pria ganteng dan wanita cantik di dalamnya.
Ren He baru saja melirik seorang gadis jangkung cantik beberapa detik, gadis itu sepertinya menyadari tatapannya dan sesekali melirik ke arah Ren He sambil menari.
Tiba-tiba pinggang belakangnya terasa nyeri. Di kegelapan luar panggung, tangan kecil Yang Xi diam-diam mencubit pinggang Ren He dengan keras saat tak ada yang melihat.
Hush, tenaganya kuat juga!
Ternyata keputusan tidak mengundang gadis lain ke pesta ini sangat bijak. Semakin dekat dengan Yang Xi, semakin terasa gadis ini adalah tong cuka besar...
Kemudian, tiba saatnya penampilan Klub Qinghe.
Mereka berjalan berurutan dari kerumunan. Yang Xi mengangkat gitar, Liu Bing duduk di belakang rak genderang, Liu Jiamin dengan anggun duduk di depan piano, Li Yifan memegang bas, sementara Jiang Haoyang duduk kosong di samping Liu Bing...
Beberapa orang heran: Untuk apa Jiang Haoyang datang?! Jangan-jangan benar seperti rumor di forum, hanya datang untuk bersiul...
Namun ketika Ren He mengangkat biola, bisikan-bisikan rendah mulai terdengar dari luar panggung. Mereka tahu Ren He bisa bermain gitar, dan mungkin juga merupakan sosok yang ingin dijadikan guru oleh Liu Jiamin. Tapi kenapa sekarang mulai main biola?!
……
