Pasangan tua yang dipekerjakan, pria bernama Fang Yu dan wanita Wang Dai. Ren He sekarang punya kebiasaan olahraga pagi jadi bangun lebih awal. Tapi pasangan tua ini bangun lebih pagi darinya.
Pagi-pagi sudah mulai menyapu pekarangan dan menyiram air. Ren He tidak terpengaruh, langsung mulai push-up di pekarangan. Pull-up dengan mencengkeram pohon kenari. Setelah gerah, ia melepas baju. Pasangan tua itu terpaku melihat otot-otot di tubuh Ren He.
Setelah memakai baju, Ren He tidak berbeda dengan manusia biasa. Mereka juga tidak menyadari Ren He ternyata memiliki fisik yang begitu bagus!
Dan otot-otot ini tidak terlihat menjijikkan seperti tubuh berotot berlebihan, malah membentuk garis-garis yang lancar.
Selama ini sering dengar orang kota tidak pernah olahraga. Keponakan mereka Cui Qiang sendiri bertubuh gemuk, tapi melihat esensi vital dan semangat Ren He ini, bahkan lebih baik dari orang yang bekerja fisik tiap hari.
Ren He mandi lalu keluar sambil tertawa, "Paman Fang, malam ini ada banyak tamu yang datang. Mohon bantuannya sampai larut. Ayo kita ke pasar sayur bersama."
"Baik, setuju," Fang Yu mengelap tangan dengan kain lap lalu mengikuti Ren He ke pasar.
Tamu yang diundang malam ini adalah semua anggota Klub Qinghe: An Si, Liu Erbao, Xia Yuting - mungkin inilah semua teman yang dimilikinya di ibukota saat ini. Lao Zhou sudah pergi ke Shaanxi utara membangun sekolah dasar harapan setelah "Kunlun" rilis, jadi tidak bisa hadir.
Sementara Yang Xi tidak bisa hadir karena setelah Yang En kembali ke ibukota, dia tidak boleh berlama-lama di luar rumah.
Setelah orang-orang ini berkumpul, mungkin gambaran mereka tentang Ren He akan lebih utuh, tapi Ren He berani mengundang mereka karena tidak takut munculnya masalah, toh mereka semua cukup bisa diandalkan dan tidak akan mengumbar cerita ke media.
Dia dan Fang Yu membeli sejumlah besar bahan makanan di pasar - ada ikan, daging, dan arak, tinggal menunggu kedatangan tamu.
Fang Yu berkata dengan haru: "Hidup di kota memang sangat berbeda, setiap hari seperti Tahun Baru Imlek."
Ucapan ini membuat Ren He tertegun, sebenarnya banyak daerah di negeri ini masih sangat miskin, kemiskinan yang bahkan membuat anak-anak kota sulit membayangkan.
Haruskah mengorganisir Klub Qinghe untuk mengajar sukarela di sekolah dasar harapan milik Yayasan Qinghe? Jangan lihat Klub Qinghe belum pernah mengerjakan hal serius, tapi bahkan tingkat akademik Liu Jiamin saja sudah sangat kuat.
Beasiswa Klub Qinghe bersifat tahunan, artinya pada pertengahan Juni tahun depan setelah ujian akhir semester selesai, dana akan dibagikan. Ren He juga khawatir anak-anak ini akan kebingungan mengelola uang dalam jumlah besar yang diterima sekaligus, malah jadi nakal. Nama dan harta memang mudah membuat orang terjerumus, karena itu perlu mengajak mereka mengalami lingkungan lebih keras sebelum waktu pembagian, agar menyadari ketidakadilan dunia ini.
Selain itu, ini juga merupakan ujian latihan untuk pikiran. Dibandingkan komunitas studi wisata yang setiap kali bepergian selalu membawa dana melimpah, Ren He justru berpendapat wisata hemat dulu baru wisata mewah akan lebih bermakna.
Berbuat kebaikan dan menimbun kebajikan sebenarnya adalah bentuk penebusan diri sendiri. Hal ini bisa membuat hatimu tenang, sekaligus memperoleh kekuatan dari energi positif.
Di kehidupan sebelumnya, Ren He pernah menonton program menarik berjudul "Transfigurasi". Konsepnya adalah menempatkan anak-anak kaya di desa, dan anak-anak miskin di kota, untuk mengubah diri mereka melalui pengalaman ini.
Faktanya, ada banyak sekali anak yang karakter mereka berubah karenanya, menghilangkan berbagai kebiasaan buruk mereka sendiri.
Jiang Haoyang, Liu Bing, dan Li Yifan sebenarnya masih memiliki banyak kebiasaan kecil karena latar belakang keluarga yang mapan. Ren He juga sangat berharap mereka bisa menjadi lebih baik.
Namun waktu pengabdian mengajar tidak boleh terlalu lama. Jika hanya satu atau dua minggu akan terjadi perubahan, tetapi jika terlalu lama justru energi positif bisa berubah menjadi semacam aura dendam.
Menjelang sore, Liu Erbao dan kawan-kawan sudah berangkat lebih awal. Sebelum pergi ke acara 'Liao Guo Di', mereka punya misi berat... melepaskan diri dari paparazi.
Sebelum berangkat, Liu Erbao masih mengintip dari jendela lantai dua gudang. Sekilas ia melihat beberapa mobil tak dikenal terparkir di depan gerbang. Brengsek! Ini benar-benar pengawasan terang-terangan! Area sekitar gudang ini kosong melompong di depan maupun belakang, mobil-mobil ini parkir di sini pasti bukan tanpa maksud! Jelas-jelas ingin mengikuti mereka, sungguh keterlaluan!
Pada awalnya Liu Erbao menelepon Ren He dan berkata: "Saudara, mungkin kami tidak bisa datang, adayang mengikuti."
Ren He tertegun: "Coba jelaskan situasinya?"
Liu Erbao menjelaskan tentang 3 mobil yang parkir di luar, Ren He bertanya sambil tersenyum lebar: "Kakak Kedua, takut sama media?"
"Takut apaan? Gue makan enak minum enak dengan atau tanpa mereka. Mana mungkin gue takut?" Liu Erbao marah. Orang sepertinya mengandalkan keterampilan tangan untuk makan. Media domestik pun tidak bisa mempengaruhi penghasilannya dari devisa luar negeri yang membawa kejayaan bagi negara. Dalam keadaanini, media adalah hal yang paling tidak perlu ditakuti baginya.
"Kalian berapa orang?" Ren He bertanya sambil tetap tersenyum.
"12 orang," jawab Liu Erbao dengan keterkejutan: "Kenapa?"
"Lalu takut apaan?" Senyum Ren He semakin berkilauan: "Aku punya ide!"
Kedua pihak adalah tuhan yang tidak takut langit maupun bumi, media dan sejenisnya sama sekali tidak dikhawatirkan. Lagipula mereka semua adalah orang-orang yang tidak ingin tenar dan tidak mengandalkan sedikit eksposur dari media.
Wartawan di luar gudang saat ini sedang melenggang dengan angkuh sambil berjongkok merokok di luar. Secara logika, menjadi paparazzi harus memiliki kualitas tertentu - tidak boleh semena-mena seperti ini. Namun kenyataannya markas besar Liu Erbao ini terlalu gundul, sama sekali tidak ada tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka terpaksa berkumpul dengan angkuh di sini sambil merokok. 3 mobil, 3 media yang awalnya bersaing, setelah beberapa hari berjongkok di sini semuanya menjadi mati rasa. Kelompok Liu Erbao setiap hari mengurung diri di dalam gudang memutar musik tanpa keluar, sama sekali tidak ada berita.
Tiba-tiba, pintu gudang terbuka. Semua wartawan langsung bersemangat - apakah akhirnya mereka mau keluar?!
Namun yang terlihat adalah tim Liu Erbao berjumlah 12 orang menerobos keluar, masing-masing memegang alat besi tajam semacam itu. Para wartawan terpaku - situasi apa ini?
Tim Liu Erbao menunjukkan kecocokan hati yang luar biasa. Begitu keluar, mereka langsung menyambar tiga mobil yang berada puluhan meter di kejauhan. Para wartawan baru tersadar situasi ini mulai tidak beres—"Brengsek, apa mereka mau membantai orang?!"
Tidak. Memanfaatkan kewaspadaan wartawan yang belum sempat kabur, Liu Erbao dan krunya menikam ban ketiga mobil itu sebanyak 12 kali dengan benda tajam—"Pu! Pu! Pu!"—hingga semua ban kempes...
"Sialan!" Wartawan-wartawan itu langsung panik. Baru saja hendak menahan Liu Erbao untuk memperjuangkan keadilan, para preman itu malah berbalik sambil teriak-teriak tak karuan, lari ke mobil mereka sendiri dan melesat pergi!
Debu beterbangan menutupi angkasa. Di depan gudang, tersisa beberapa wartawan bermuka penuh debu terpaku menyaksikan Liu Erbao dan krunya menghilang di kejauhan...
"Ini tim syuting internasional? Brengsek, ini cuma gerombolan preman!"
"Keterlaluan!"
"Ini pemantauan lapangan paling gagal sepanjang sejarah karierku!"
Barusan tim Liu Erbao langsung nyerbu tanpa bicara, menusuk ban mobil lalu berhamburan. Kecocokan hati mereka kompaknya meledak! Saat Ren He mengusulkan cara ini, Liu Erbao awalnya merasa ini terlalu preman dan kacau. Tapi setelah dipikir-pikir, sungguh Gila banget!
Gue juga punya privasi! Gue bukan selebritas, kalian paparazi seenaknya memotret? Ngapain sih!?
Liu Erbao menelepon Ren He dari mobil dengan penuh semangat: "Saudara, trikmu jitu sekali! Coba lihat ekspresi para wartawan tadi hahaha, mereka sampai melongo!"
