Belum lama tim Liu Erbao pergi, para wartawan langsung membongkar rekaman itu ke dunia maya lewat kamera pengawas mobil: Tim Liu Erbao berulah bak geng preman, Langit dan bumi mana lagi?!
Dalam rekaman yang diambil, Liu Erbao dan krunya menerjang keluar dari pintu gudang tanpa sepatah kata pun, melubangi semua ban mobil hingga kempes. Para wartawan pun menceritakan kejadian ini dengan segala bumbu dramatisasi.
Raja tanpa mahkota bisa dipermainkan begitu saja?! Berani kau lakukan ini, aku akan membongkar semua perbuatanmu!
Tapi bagi tim Liu Erbao, apa arti semua ini? Sekalipun insiden seperti ini dibongkar, itu tak berarti apa-apa. Cuma menusuk ban, bukan memukul orang. Ganti ban paling-paling 20 yuan, lagian mobilnya bukan mobil mewah. Jadi sebenarnya kerugian para wartawan tidak terlalu besar.
Lagipula setelah kejadian ini terbongkar, klien yang perlu jasa shooting tetap akan mencari mereka. Di lingkaran industri semua tahu Liu Erbao dan krunya memang agak urakan - ini sudah jadi rahasia umum, buat apa dibuat heboh?
Kemampuan shooting tim Liu Erbao memang tingkat tertinggi. Kalau tidak memilih mereka, mau pilih siapa lagi?
Sekarang banyak penggemar Kesatria juga menjadi penggemar Liu Erbao dan timnya. Bagi yang melakukan atau menyukai olahraga ekstrem, ini bukan masalah besar. "Cuma melubangi dua ban, kenapa harus ribut?" tiba-tiba ada yang memposting di forum: "Kenapa aku malah merasa ini lucu banget ya..."
"Hahaha, kau tidak sendirian!"
Reputasi paparazi sebenarnya selalu buruk. Sekalipun dipermainkan oleh selebritas dan dibongkar ke publik, itu tidak akan terlalu mempengaruhi popularitas para selebritas. Dalam kondisi seperti ini, banyak rakyat jelata yang agak memandang rendah profesi paparazi.
Tahun 2007 belum seperti zaman modern nanti dimana paparazi bisa menjadi Big V Weibo, dengan banyak orang menanti-nanti bocoran mereka...
Akhirnya insiden ini berlalu dengan biasa saja, tidak menciptakan badai besar.
Liu Erbao merasa sangat puas setelah berbuat jahatan. Sudah lama ia tidak suka dengan para paparazzi ini. Tapi memukul orang jelas tidak boleh, itu akan mengubah sifat perbuatan. Meski dikenal nakal, Liu Erbao tetap memperhatikan batasan agar tidak melukai perasaan. Ia hanya bisa menghela nafas: "Sungguh Saudara Ren He punya ide brilian!"
Ren He hanya mengirimkan alamat sambil berpesan: "Telepon saya saat sampai, nanti saya jemput." Liu Erbao menyetir menuju Liu Hai Hutong sambil menelepon: "Saudara, kami sudah sampai. Di mana rumahmu? Kok di sini cuma ada pekarangan, tidak ada gedung tempat tinggal keluarga?"
Ciiiit! Sebuah pintu gerbang besar di depan mobilnya terbuka. Dua patung singa batu berjaga di depan, terlihat megah. Di zaman kuno, ini pasti rumah keluarga kaya raya.
Liu Erbao tertegun melihat Ren He keluar dari pekarangan: "Di sini. Parkir di pinggir saja."
Hush! Liu Erbao menghirup napas dingin. Melalui jendela mobil, ia memandangi pekarangan itu. Baru sekarang ia tahu, Ren He ternyata membeli rumah Siheyuan!
Dua tahun terakhir harga rumah Siheyuan mulai naik. Sebagai orang asli tumbuh di tanah ibukota, mana mungkin ia tidak tahu? Justru ia sangat paham. Banyak teman kecil di sekitarnya yang membicarakan hal ini.
Harga awal sepuluh juta hingga puncak miliaran - itulah rumah Siheyuan di tahun 2007. Ren He malah membeli satu pekarangan? Ini benar-benar tingkat kekayaan yang luar biasa!
Ia segera mengajak saudara-saudaranya turun mobil dan masuk ke pekarangan. Begitu masuk, mereka baru menyadari pekarangan ini lebih luas dari yang dibayangkan - mungkin mencapai seribu lebih meter persegi. Harga pekarangan ini pasti puluhan juta!
Meski Liu Erbao termasuk kategori "Tak Kekurangan Uang", ia tetap terkejut. Penghasilan mereka dibagi rata oleh 12 orang, dan harga baru naik beberapa tahun terakhir. Tabungan Liu Erbao pun tak cukup untuk membeli kediaman seperti ini.
Walaupun ia tahu Ren He punya fee endorsement TK yang jumlahnya besar, tetap saja rasanya tak cukup untuk beli kediaman macam ini? Liu Erbao merasa saudara Ren He-nya semakin dalam dan semakin misterius.
Masuk ke dalam rumah, Ren He menyambut: "Ayo ayo, cobain kenari, kesemek, kurma yang tumbuh di pekaranganku. Benar-benar alami tanpa polusi, enak banget! Di luar pasti nggak bisa dapetin, baru dipetik langsung dari pohon. Makan kesemek dulu, benda ini gampang busuk..."
Liu Erbao penuh iri berkata: "Saudaraku, tadinya kukira tempatku sudah seperti surga dunia. Tapi setelah ke sini, baru sadar tempatmulah surga sejati di tengah keramaian kota! Apalagi di pekarangan masih ada bahan makanan yang bisa dimakan... Beli berapa harganya?"
"Ha-ha, jangan tanya harga. Pokoknya beli sekarang cepat atau lambat nilainya akan naik, anggap saja sebagai investasi menjaga aset," Ren He tertawa sambil menasihati: "Aku sarankan kalau sudah punya uang, kamu juga bisa nabung buat beli pekarangan di sini. Meski nggak ditinggali, sekarang inflasi gila-gilaan, uang semakin tak berharga. Harus cari instrumen investasi yang tepat."
“Ucapan ini benar-benar menyentuh masalah yang sedang dipikirkan Liu Erbao. Di zaman ini, hal yang paling terasa adalah uang semakin tak bernilai. Menyimpan uang di bank selama lima enam tahun bisa-bisa tidak bisa membeli apa-apa.”
“Harga tanah dan properti melonjak semakin cepat. Lokasi ini masih di akar kota kekaisaran. Sekalipun harga properti di tempat lain turun, di sini tidak akan pernah jatuh. Seperti kata Ren He, membeli properti sepertinya memang pilihan terbaik.”
“Bagi Ren He yang tahu bentuk ekonomi masa depan, meski dirinya tidak berniat mengandalkan ini untuk menjadi kaya, membantu teman-teman mengelola keuangan hanyalah urusan mengucapkan sepatah kata - Mengapa tidak?”
“Liu Erbao mengerutkan kening: ‘Uang yang kumiliki diperkirakan masih belum cukup untuk membeli pekarangan ini. Ada yang lebih kecil tidak?’”
“‘Ada juga,’ kata Ren He. Dulu ketika melihat berbagai rumah Siheyuan di Cui Qiang, dia menemukan dua pekarangan kecil seluas 300 meter lebih di hutong ini. Meski agak sempit, harganya cocok.”
“Dari luar pintu seseorang masuk sambil tertawa jernih: ‘Masih ada apa lagi?’”
Aroma segar yang menyentuh jiwa menyapu wajah, Benar itu Xia Yuting yang mengenakan sweter tipis yang pas badan dan celana sutra panjang berjalan menghampiri. Liu Erbao langsung terpaku, bukankah ini tokoh utama perempuan dari serial TV Kunlun yang ia tonton setiap malam?!
Saat Liu Erbao masih tertegun, Ren He tersenyum menjelaskan: "Kakak Yu Ting sudah datang. Aku sedang memberi tahu Kakak Kedua, dalam beberapa tahun ini rumah Siheyuan pasti termasuk aset dengan potensi apresiasi terbesar. Daripada menyimpan uang di bank, lebih baik berinvestasi di rumah Siheyuan, bisa untuk ditinggali atau ditimbun. Dalam hitungan tahun, nilainya bisa berlipat ganda dalam hitungan menit saja. Di gang ini masih ada dua rumah Siheyuan seluas 300 meter persegi lebih, harganya cukup terjangkau sekitar lebih dari 7 juta yuan, sangat cocok untuk dibeli sekarang. Aku bahkan berani bertaruh dengan kalian semua, setelah tahun 2007 nanti, harganya akan melonjak mulai dari 10 juta yuan!"
Xia Yuting mengamati rumah Siheyuan milik Ren He ini. Sejujurnya, saat pertama masuk ia mengalami keterkejutan yang sama seperti Liu Erbao - seorang siswa SMA bisa membeli pekarangan seperti ini? Sebenarnya Ren He ini bekerja sebagai apa? Bisa ikut audisi terbuka Kunlun sekaligus mampu membeli kediaman semewah ini, memang agak sulit dipahami.
Namun ia tidak menanyakan semua itu. Diam-diam ia mengingat perkataan Ren He bahwa masih ada dua pekarangan lagi di gang ini dengan harga yang cukup terjangkau.
Melihat pekarangan Ren He, tiba-tiba ia merasa memiliki rumah sendiri di pusat keramaian kota seperti ini sepertinya benar-benar hal yang indah.
Seolah bisa mengembalikan seseorang ke kompleks perumahan masa kecil, di mana kita bisa melakukan apa saja di pekarangan: membaca, menulis surat, berjemur, atau merindukan seseorang.
Di dalam hati terdalamnya, Xia Yuting tersenyum tipis. Pikirannya sudah melayang terlalu jauh. Pernah suatu ketika dalam mimpinya muncul sepasang tatapan yang membuat jantungnya berdebar, namun perlahan perasaan itu pun memudar.
Namun saat ini, ia menatap Liu Erbao. Bagaimana mungkin ia tidak mengenali sosok terkenal di lingkaran ini? Tapi mengapa pihak lawan juga datang menghadiri acara 'kesalahan' Ren He?!
……
