Identitas Ren He bagaikan puzzle raksasa. Hampir semua orang kecuali Yang Xi memegang kepingan-kepingan yang berserakan. Kadang ketika para pemegang keping bertemu, timbul kejutan dan sukacita: "Akhirnya tersambung?"
Namun faktanya, mustahil bagi mereka memastikan apakah hasil rangkaian itu menggambarkan keseluruhan.
Perasaan ini sungguh terlalu misterius.
Xia Yuting tak bereaksi saat mendengar Ren He punya pacar. Namun di kedalaman matanya, cahaya redup-terang tak menentu bagai menyimpan sesuatu.
Sebenarnya jika dipikir, Xia Yuting seringkali lupa akan usia Ren He karena kematangan aura yang terpancar darinya. Namun nyatanya selisih usia mereka sudah 3 tahun. Xia Yuting masuk sekolah lebih awal setahun, kini sedang menempuh tahun kedua kuliah. Sementara Ren He malah terlambat setahun, tahun ini baru kelas 1 SMA.
Dari sudut pandang konvensional, hubungan mereka sudah mustahil. Xia Yuting pun ragu apakah dirinya punya keberanian untuk melampaui pandangan kolot masyarakat.
Namun kini Ren He sudah punya pacar, seberkas cahaya di sorot matanya akhirnya padam.
Tapi kecerdikan orang dewasa cenderung rasional. Mungkin suatu hari nanti saat mengenang perasaan aneh yang hanya diketahui sendiri ini, dia akan tersenyum.
Kehidupan adalah pengurangan. Tak hanya cinta yang memudar, segala sesuatu pada akhirnya akan memudar.
Satu-satunya yang tak berubah hanyalah jiwa yang menyepi di keheningan malam, menatap dirinya sendiri.
Tapi... di hati Xia Yuting masih ada secarik keraguan.
Makanan malam tidak ada arak atau daging mewah, hanya masakan rumahan biasa. Masih ada roti kering kesukaan Ren He yang bisa digulung dengan berbagai macam lauk. Paman Fang memanggang lebih dari 50 lembar roti, ternyata semuanya habis dimakan...
Saat semua orang selesai makan dan masuk untuk memulai Permainan Pembunuhan, Fang Yu sambil merapikan meja memandangi makanan yang sudah dihabiskan sama sekali, tiba-tiba merasakan kepuasan aneh. Seperti merawat sekelompok besar anak-anak, tak ada yang memperlakukannya sebagai pelayan yang disuruh-suruh, semua mengikuti gaya Ren He memanggilnya dengan segan dan hormat "Paman Fang".
Di dalam ruangan, Ren He bertindak sebagai hakim dalam Permainan Pembunuhan sambil mengamati semua orang bermain. Akhirnya ada satu ronde dimana Liu Bing, Jiang Haoyang, dan Li Yifan sama-sama menjadi pembunuh bayaran. Akting licik mereka yang "menipu mata" membuat yang lain tertegun. Namun ketika giliran Liu Jiamin berbicara, dia tiba-tiba berkata: "Aku paling kenal ketiganya, ciri khas mereka terlalu mencolok. Pasti mereka berkumpul jadi pembunuh bayaran. Terlalu banyak ronde Permainan Pembunuhan sebelumnya yang membuktikan ini. Percayalah, keluarkan mereka dengan voting!"
Ren He langsung tertawa sampai mengompol. Meski tindakan Liu Jiamin agak melanggar aturan, tapi sangat menghibur! Liu Bing dan kawan-kawan sampai menggeretak gigi kesal. Sepertinya saatnya berdiskusi untuk mengganti taktik...
Awalnya ketika giliran Liu Jiamin berbicara dalam Permainan Pembunuhan, dia selalu gugup dan takut berbicara. Tapi sekarang, dia sudah bisa berbicara dengan lancar.
Semua orang dan situasi di sekelilingnya semakin membaik. Itu sudah cukup membuat Ren He bahagia.
Semua orang merasa pembelian rumah Siheyuan oleh Ren He sangat brilian: berada di tengah keramaian kota namun memiliki tempat yang memungkinkan semua orang bermain kapan saja, ditambah makanan lezat, serta buah-buahan dan kacang-kacangan hasil petik dari kebun sendiri.
Hampir semua orang sepakat menjadikan tempat ini sebagai basis untuk sering berkumpul di masa depan.
Hubungan Ren He membuat semua orang cepat akrab, seolah sudah menjadi teman lama yang saling mengenal.
Baru saat ini Liu Bing dan kawan-kawan sempat berpikir, pantas saja Ren He mau memberikan hasil Permainan Pembunuhan ke klub seperti amal - meski mereka tetap tak tahu Ren He adalah Sang Kesatria, karena tidak memahami identitas sebenarnya Liu Erbao dan An Si (berbeda dengan Xia Yuting), tapi mereka tahu Ren He sangat tajir, kekayaannya bahkan melebihi generasi kedua paling boros di Sizhong.
Punya mobil sport apa artinya? Bisakah dibandingkan dengan kemewahan terselubung rumah Siheyuan ini?... Tidak...
Saat acara malam berakhir, Liu Erbao melenggang dengan angkuh menyetir perginya. Rasanya sangat memuaskan tidak ada paparazzi yang mengikuti - metode Ren He memang efektif.
Namun wartawan yang pernah kena tusuk ban mobilnya sudah mulai mengajukan permohonan resmi untuk ban off-road padat...
Sebelum pergi, dia minta kontak Cui Qiang ke Ren He. Mengatakan akan serius mempertimbangkan membeli rumah Siheyuan di Liu Hai Hutong.
Yang mengejutkan Ren He, Xia Yuting juga minta kontak Cui Qiang. Seharusnya saat main di "Kunlun" dia masih pendatang baru dengan bayaran tidak tinggi.
Tunggu, Ren He menepuk ubun-ubunnya. Latar belakang keluarga Xia Yuting juga istimewa - dia lupa hal itu.
An Si sebelum pergi berbicara serius dengan Ren He: "Walau aku tahu kau punya pendirian, kalau benar-benar ingin melakukan sesuatu takkan ada yang bisa menghalangi, tapi pencapaianmu di olahraga ekstrem sudah cukup bagus. Bahkan jika ingin menantang domain baru, tunggulah sampai benar-benar mengumpulkan tenaga dalam keadaan terbaik. Kau manusia, bukan dewa. Dewa takkan mati, tapi kau bisa."
Dari keadaan Ren He saat ini dan klausul tantangan proyek baru yang dia tambahkan sebelumnya, sebenarnya pihak tinggi TK sudah menyadari bahwa parkour mungkin bukan titik akhir bagi Ren He.
Walau jenius ekstrem multi-domain lebih menguntungkan prestise TK, tapi jika jenius ini celaka, itu akan jadi kehilangan bagi TK. Sebagai teman Ren He, An Si juga tak ingin melihat sesuatu terjadi padanya.
Ren He tertawa: "Tenang saja, di hatiku sudah ada perhitungan."
"Baik, aku takkan berkata lagi. Jika benar-benar memaksa menantang domain baru, beri tahu kami sebelumnya untuk menyiapkan lapisan perlindungan," kata An Si sebelum pergi.
Setelah semua orang pergi, pekarangan kembali sunyi. Ren He menghela napas panjang. Ungkapan "seluruh jagat tak punya pesta tak berakhir" mungkin merujuk pada momen seperti ini.
Angin musim gugur yang dingin menerpa dari luar. Daun-daun kuning kembali memenuhi halaman yang baru disapu Paman Fang pagi tadi, terlihat semakin lesu di balik sinar rembulan.
Ren He datang sendiri ke dunia ini. Meski orangtua masih ada, teman-teman seperti Liu Fei, Xiao Pang, Runshen... semua sahabatnya yang dulu tak lagi di sampingnya.
Ini menciptakan perasaan terasing dalam dirinya. Di saat setengah sadar, ia kerap merasa semuanya tak nyata.
Tapi ia paham ini adalah dunia nyata, bukan ruang mimpi.
Ungkapan "Tian xia mei you bu san de yan xi" pertama kali tercatat dalam "Xing Shi Heng Yan" jilid 35 karya Feng Menglong dinasti Ming: "Di seluruh jagat tak ada pesta yang tak berakhir, bahkan jika Bersatu selama seribu tahun, pasti akan tiba hari perpisahan."
Maknanya kurang lebih: kebersamaan adalah relatif, pada akhirnya semua akan terpisah.
Bayangkan kembali, sejak kecil kamu melalui SD, SMP, SMA hingga universitas. Setiap kali naik jenjang pendidikan pasti bertemu teman baru, tapi juga harus berpisah dengan teman lama. Ini ditentukan oleh perkembangan masyarakat dan individu. Setiap orang punya pola pikirnya sendiri - mungkin kamu menyukai hidup yang tenang tanpa perubahan, atau mungkin suka kehidupan yang gemuruh. Tapi kamu tak bisa menjamin orang lain juga begitu.
Mungkin suatu hari nanti orang-orang yang hari ini muncul di pekarangan juga tak akan saling berhubungan lagi. Tapi tak apa.
Kita pernah saling menemani seperti organ tubuh. Tak ada yang bisa terpisah, tapi rumput pun punya masa layu dan berkembang, manusia punya hidup dan mati.
Pada akhirnya akan berpisah, pada akhirnya akan bersatu kembali.
Cukup ucapkan diam-diam dalam hati: Terima kasih atas ingatan indah yang saling kita berikan di dunia gurun tandus ini selama bertahun-tahun. Terima kasih atas kerjasama tulus selama ini. Sampai jumpa.
