Saat Ren He selesai menulis lagu "Sunny Day", misi hukuman dari Sistem Hukuman Langit langsung menyusul: "Tugas: Ikuti pameran game besok lusa dan berbicara dengan tiga model masing-masing selama 10 menit. Jika gagal, inang akan mengalami hidung tersumbat selama satu bulan."
Wajah Ren He langsung memerah. "Brengsek, masalah tak terduga apa lagi ini?! Baru kemarin kuberi tahu tidak mau ikut pesta dansa, langsung dikasih misi dansa brengsek. Sekarang baru bilang tidak mau ke pameran game, langsung dikasih tugas pameran game. Apa tidak bisa lebih brengsek lagi?!"
"Harus ngobrol dengan model 10 menit? Ngaco banget! Kalau Yang Xi tahu pasti aku dihajar! Gadis kecil itu sekarang kalau cemburu tangan kejamnya minta ampun!"
"Lagipula hukumannya benar-benar aneh. Percuma dipikir - kalau Sistem Hukuman Langit bilang hidungmu tersumbat sebulan, artinya hidung sama sekali tak bisa bernapas seperti disumbat paksa. Siap-siap bernapas pakai mulut saja!"
"Brengsek banget!"
Yang Xi memperhatikan ekspresi aneh Ren He dengan penasaran. Ekspresi seperti ini terakhir kali muncul saat pesta dansa berakhir. Dengan penuh perhatian dia bertanya, "Ada apa? Lidah besarmu kambuh lagi? Hahaha!"
Ren He langsung merasa tidak enak. Berapa lama lagi masalah lidah besarnya ini akan diingat-ingat? "Tugas kali ini harusnya tidak ada celah lagi. Cukup berbicara dengan model saja. Empat hak imunitas misi lebih baik disimpan untuk jaga-jaga kalau Sistem Hukuman Langit tiba-tiba memberikan misi mustahil. Meski sekarang tidak ada risiko dihapuskan seperti awal pertemuan dengan sistem ini, tapi kelakuan sistem yang brengsek tanpa batas tetap harus diwaspadai."
Proses adu kecerdikan dan keberanian dengan Sistem Hukuman Langit selalu diwarnai rasa sakit dan kebahagiaan. Di satu sisi harus terus menyelesaikan misi, di sisi lain bisa mendapatkan hadiah – dan semuanya berjalan begitu adiktif...
Ren He berkata, "Tak apa. Akan kuperdengarkan dulu nuansa lagu 'Sunny Day' ini untukmu."
Sebenarnya lagu "Sunny" inilah yang paling cocok diiringi dengan satu gitar, bagaikan hawa segar yang menyentuh jiwa di lingkungan kampus. Saat itu tak perlu ada melankolis dalam segala hal, seolah langit masih membiru dengan angin yang murni.
"Kisah si bunga kecil kuning"
"Sejak tahun kelahiran telah melayang-layang"
"Ayunan masa kecil"
"Terus bergoyang bersama ingatan hingga kini"
Ren He berusaha menggunakan vokal paling murninya untuk menginterpretasikan lagu ini, karena emosi dalam lagu ini benar-benar jernih.
"Hari ketika ku bolos sekolah untukmu"
"Hari saat kelopak jatuh kembali"
"Ruang kelas itu..."
Di titik ini, lirik telah menarik Yang Xi kembali ke momen pertama pertemuan mereka di Luocheng, ketika Ren He membawa Yang Xi menerjang keluar kelas di tengah kekacauan saat Liu Yinghai muntah tak karuan!
Sore itu di atap gedung, tetap menjadi kenangan indah yang abadi dalam ingatan.
Saat memasuki bagian rap terakhir, mata Yang Xi kembali berbinar. Gaya rap ini bukanlah rap sejati, kecepatan bicaranya juga tidak terlalu cepat. Namun entah mengapa, penambahan bagian ini membuat keseluruhan lagu semakin memiliki ciri khas tersendiri. Lagu yang indah sekali, sementara lirik di paruh pertama benar-benar mampu membangkitkan kenangan Yang Xi.
Seolah-olah lokasi mereka bukanlah pekarangan yang baru dibeli Ren He, melainkan atap gedung dalam ingatan. Ren He yang pemberani duduk di pinggiran atap gedung sambil memeluk gitar dan menatapnya, langit begitu membiru.
"Aku suka!" Kata Yang Xi tiba-tiba mendekat seperti anak kucing. Ren He terpaku bagai patung, bibir lembut Yang Xi telah mencap bibir Ren He.
Selama ini Ren He selalu menekan dorongan untuk melakukan kontak fisik. Ia takut tak bisa menahan diri, sangat ingin tapi tak tahu apakah Yang Xi bersedia. Karena itu ia selalu menunggu segala sesuatu terjadi secara alami.
Jadi setelah setahun menjalin hubungan, bahkan ciuman pertama Ren He dan Yang Xi justru terjadi sekarang, dan itu pun atas inisiatif Yang Xi.
Sebenarnya jika dipikir kembali, dulu saat Ren He menulis surat cinta untuk Yang Xi: "Kau menari di panggung dengan kebanggaan dan kecantikanmu sendiri, sementara aku diam dalam kegelapan sunyi di luar panggungmu. Pernah kuniatkan untuk menghabiskan sisa waktuku yang terbatas hanya untuk terus memandang, memandang, dan memandang, sampai aku berubah menjadi patung atau debu seiring aliran waktu."
Saat itu juga Yang Xi yang pertama mengucapkan "Aku suka padamu" di bawah lampu jalan kekuningan yang temaram.
Sedangkan jawaban Ren He adalah: "Aku juga."
Meski terlihat dialah yang selalu berkorban, namun sepertinya yang paling proaktif justru Yang Xi.
Mengingat reaksi bodohku dulu, dan kali ini pun sama - ciuman ini datang tanpa sedikit pun persiapan.
Usai mencium, Yang Xi langsung menyambar kertas putih bertuliskan lirik lagu "Sunny" dari depan Ren He dan kabur. Ren He mengusap bibirnya, bingung: "Kok sudah cium langsung kabur? Belum puas nih."
Di kehidupan sebelumnya, ia tak percaya sebuah ciuman bisa membuat hati berdebar. "Bercanda apa, kan kita sudah pekerja dewasa?"
Namun saat memutuskan memberi diri kesempatan mencinta karena cinta itu sendiri, hatinya menjadi jernih. Ternyata kebutuhan spiritual benar-benar lebih membebaskan dan menyenangkan dibanding nafsu fisik murni.
Apakah Ren He tidak menyentuh Yang Xi karena memiliki moral tinggi? Tidak, inilah cinta yang ia inginkan dalam hidup ini. Hidup kedua kali, jatuh dari langit dengan ingatan kehidupan sebelumnya, tapi Ren He tidak memiliki kekuatan untuk memindahkan gunung atau mengeringkan laut. Hanya memiliki ramuan muntah kecil dan ramuan air mata, namun ini sudah memenuhi fantasinya tentang kekuatan super. Ia tidak merasa kesepian di puncak, karena menempatkan sikap mentalnya sangat rendah - sebagai orang biasa. Tubuhnya bugar, tapi tidak melampaui batas maksimal manusia.
Dirinya sekarang adalah versi diri yang paling ia dambakan di kehidupan sebelumnya. Bukan dewa maupun iblis, melainkan dirinya sendiri.
Dan kini, ia juga sedang memetik cinta yang diidamkannya.
Ren He tertawa bodoh sendirian di pekarangan selama setengah hari.
Paman Fang dan Bibi Wang kebingungan di dapur: "Gimana nih? Si gadis kabur, masakan kebanyakan!"
……
Saat pulang sekolah sore hari berikutnya, Yang Xi datang ke perusahaan membawa lagu baru. Kebetulan Su Ruqing juga ada di sana. Yang Xi langsung menyatakan keinginannya: "Tidak perlu mengundang orang lain menulis lagu untukku. Sudah ada yang menulis laguku."
Su Ruqing bertanya dengan tenang: "Siapa yang menulis untukmu? Ren He?"
Su Ruqing tahu bahwa lagu-lagu Yang Xi sebelumnya semua ditulis oleh Ren He, maka pertanyaan itu terlontar.
"Ibu tidak perlu tahu siapa penulisnya. Aku hanya ingin memilih lagu yang benar-benar kusukai," kata Yang Xi dengan tenang. "Seperti keinginan Ibu, aku sudah pindah sekolah ke ibukota. Semua keputusan Ibu memang benar dan aku tak mau meragukannya. Tapi bernyanyi adalah mimpiku sendiri."
Su Ruqing bertanya: "Kamu masih berhubungan dengannya? Di mana dia sekarang?"
Sangat tidak masuk akal, sudah tiga bulan berlasan mengapa masih ada kontak?
Mata Yang Xi bahkan tidak berkedip: "Dia di Luocheng."
Su Ruqing menghembuskan gas keruh dari mulutnya, lega mengetahui Ren He masih di Luocheng. Terkadang dia merenung, melihat bakat luar biasa dan kejutan-kejutan tak terduga yang terus ditunjukkan Ren He belakangan ini. Kekhawatirannya adalah kalau-kalau Ren He negejar sampai ke ibukota...
Tatapan penuh keteguhan di mata putrinya membuatnya paham - lagu karya Ren He pasti akan tetap digunakan. Dia mengenal betul karakter anaknya sendiri, saat Yang Xi sudah bersikeras bahkan delapan ekor sapi pun tak bisa menariknya kembali, persis seperti dirinya. Sesekali terlintas pertanyaan di benaknya: Jika Ren He bisa mempertahankan perasaan ini selama bertahun-tahun di Luocheng, haruskah dia berhenti menghalangi hubungan mereka kelak? Tapi semua itu masih terlalu jauh. Baginya, hubungan jarak jauh mustahil bertahan lama. Bukankah perceraiannya dengan Yang En dulu juga disebabkan oleh masalah jarak?
“Su Ruqing mengalah dan berkata, "Kau akan mengerti nanti, jarak dan waktu akan membantumu menjauhkan segalanya. Gunakan saja lagunya asalkan aku akan membayar biaya hak cipta normal termasuk 10 lagu sebelumnya dengan harga pasar tertinggi. Kau tak perlu merasa berhutang padanya."
"Dia tidak akan menerimanya," jawab Yang Xi sebelum berbalik menuju kelas vokal, asalkan ibunya tidak mencegahnya menggunakan lagu Ren He.
Di hati terdalamnya Yang Xi menambahkan dengan senyum: Dia tak akan menerima. Ren He Tak Kekurangan Uang.
Su Ruqing belum tahu bahwa Ren He juga memahami kesulitan hubungan jarak jauh. Dengan mengatasi ribuan hambatan, dia datang ke sisi Yang Xi untuk mencegah drama klise.
Ren He yang terlahir kembali memiliki keberanian untuk melanggar hukum alam - inilah keyakinan terbesarnya.
