Ren He berjanji pada Liu Bing dan Li Yifan untuk mengurus tiga akun bagus agar mereka tak perlu mengeluarkan uang sendiri. Saat ini server Kunlun sudah mencapai 102, cukup beri mereka akun di zona lama agar tidak merusak zona baru. Sementara itu, Jiang Haoyang hanya bisa terpaku—rencananya diam-diam meminta akun untuk menghancurkan Liu Bing dan Li Yifan pupus sudah.
Setelah pameran game, semua orang harus fokus belajar lagi. Di masa pelajar, yang terpenting tetaplah prestasi akademik. Qinghe sebagai komunitas terkemuka di Sizhong akan jadi bahan tertawaan jika prestasi kolektifnya jatuh. Meski rencana studi ke luar negeri memang membutuhkan soft skills, setidaknya nilai akademik harus memadai.
Bagi Ren He, ini pertama kalinya menghadapi ujian nasional di Ibukota. Sistem soal ujian nasional di luar Ibukota berbeda dengan yang digunakan di sini. Soal Ibukota memang relatif lebih mudah dibanding daerah lain, tapi tidak bisa dijadikan patokan. Artinya, ingatannya sama sekali tidak memiliki bank soal ujian nasional Ibukota—semua harus diandalkan dari kemampuannya sendiri...
Setiap hari setelah pulang sekolah, waktu dihabiskan oleh 5 anggota Klub Qinghe (selain Yang Xi) yang berkumpul di markas besar untuk belajar mandiri. Dengan kehadiran kutu buku seperti Liu Bing dan Jiang Haoyang, efisiensi belajar seluruh anggota ternyata cukup tinggi.
Tanpa terasa ujian akhir semester tiba. Semua anggota Klub Qinghe memasuki ruang ujian dengan penuh harapan. Ini adalah simulasi ujian akhir semester tahun depan. Setelah nilai keluar dan dibandingkan, semua orang pada dasarnya akan tahu mata pelajaran mana yang menjadi keunggulan mereka, sehingga bisa memperkirakan jumlah beasiswa yang akan diterima.
Tapi ini belum pasti. Masih ada waktu setengah tahun sebelum beasiswa benar-benar dicairkan - waktu yang cukup untuk mengubah segalanya.
Ujian berlangsung selama dua hari. Ibukota di musim dingin terasa sangat menusuk, angin dingin berdesir seperti golok yang mengiris wajah. Untungnya di Sizhong sudah ada pemanas ruangan. Karena alasan ini pula, Ren He memutuskan untuk mempercepat pembuatan seragam Klub Qinghe - pakaian Liu Jiamin yang terlalu tipis membuat kancing sweater seragamnya sudah mulai copot.
Satu model jaket bulu dan celana tersedia dalam dua warna, masing-masing anggota mendapat dua set. Ren He memilih toko khusus penjahit pakaian di ibukota. Pada tahun 2006, membuat satu jaket bulu berkualitas tinggi membutuhkan biaya lebih dari 3.000 yuan. Tentu saja harga ini masih jauh lebih murah dibandingkan pakaian pendakian profesional tahan dingin.
Setelah ujian akhir selesai namun nilai belum keluar, Ren He mengumumkan ke seluruh anggota Klub Qinghe: "Klub Qinghe akan mengadakan perjalanan ke Shaanbei selama 15 hari selama liburan musim dingin, tepatnya bisa kembali sebelum tahun baru. Siapa yang mau ikut? Saya sarankan semua pergi, biaya ditanggung klub."
Mereka saling pandang: "Aku ikut!"
Selain Yang Xi yang benar-benar tidak bisa ikut, semua anggota lain setuju - lagipula biaya ditanggung klub tanpa perlu keluar uang sendiri. Yang Xi sedang sibuk mempersiapkan pembuatan MV yang rencananya akan diselesaikan selama liburan ini.
Banyak orang tua siswa Sizhong juga terbiasa dengan kegiatan liburan sekolah semacam ini sehingga sangat mendukung. "Membaca sepuluh ribu buku, berjalan sepuluh ribu li", pergi melihat dunia selalu merupakan hal baik.
Ren He memandang ekspresi kegembiraan mereka satu per satu sambil menunjukkan senyum misterius. Kali ini pergi bukan untuk bermain.
Ia telah berdiskusi dengan Lao Zhou. Sekolah Dasar Harapan Qinghe di Kabupaten Zichang, Shaanxi utara baru saja selesai dibangun. Bangunan sekolah sudah beres tapi guru relawan belum ada. Daerah itu terkenal sebagai kabupaten miskin. Lebih dari 100 anak membutuhkan pendidikan tapi tak satu guru pun mau datang. Biasanya situasi seperti ini akan dialokasikan sebagian dana dari Yayasan Qinghe untuk mencari guru, namun di masa paceklik ini pelajaran anak-anak sudah tertunda berbulan-bulan.
Maka tepat jika Ren He memimpin tim untuk memberikan dukungan selama 15 hari.
Lao Zhou sangat senang mengetahui kesediaan Ren He terjun langsung dalam amal. Ia benar-benar berharap Ren He menyaksikan betapa miskinnya daerah itu, sehingga perhatiannya terhadap Yayasan Qinghe akan semakin besar.
Membelanjakan uang adalah hal biasa, namun kemauan untuk benar-benar terjun langsung jauh lebih langka. Membuat orang tajir datang ke sini di mana air minum pun tak bisa didapat, makanan tak enak, bahkan lingkungan tidur buruk - tak sampai beberapa hari mereka pasti ingin kabur. Bagi Lao Zhou, itu bukanlah semangat amal yang sesungguhnya.
Ia sendiri menerobos masuk ke Shaanbei dan tinggal lebih dari sebulan, benar-benar dalam keadaan menikmatinya. Lebih lagi, di sampingnya ada beberapa rekan sejalan yang sama-sama bergairah.
Saat merumuskan platform Klub Qinghe, Ren He menulis: "Jiwa-jiwa Menarik Akhirnya Akan Bertemu."
Bukankah Lao Zhou dan kawan-kawan yang rela meninggalkan kehidupan kota untuk merasakan kuxiushi di Shaanbei ini juga termasuk?! Zhou Wumeng yang sudah sepuh masih bolak-balik mengurus anak-anak daerah miskin, dibandingkan dengan itu Ren He merasa tahap pemikirannya masih jauh ketinggalan dari Lao Zhou.
Ren He pergi dengan menyetir. Pikap besarnya bisa memuat 5 orang di barisan depan tanpa masalah, sementara bagasinya juga cukup besar untuk membawa banyak barang ke daerah pegunungan.
Jiang Haoyang dan yang lain naik mobil sambil menjinjing tas besar dan kecil berisi makanan. Saat naik, mereka sama sekali tidak curiga—mengira ini hanya jalan-jalan biasa. Wajah mereka berseri-seri penuh sukacita.
Ini pertama kalinya mereka jalan-jalan dengan mandiri secara finansial. Lagipula Klub Qinghe sama sekali Tak Kekurangan Uang, pastinya bisa bersenang-senang sepuasnya?
Baru naik mobil, mereka sudah berkomentar, "Tak menyangka mobil Ren He terlihat begitu mewah..."
Begitu mobil masuk jalan tol, beberapa orang langsung tak tahan dan tertidur dengan posisi aneh. Ren He melirik anggota yang tertidur itu, senyum lebar akhirnya tak terbendung. Ia bersenandung sambil menyetir langsung menuju desa miskin di Kabupaten Zichang, Shaanxi Utara.
Saat tiba di kabupaten, anggota Klub Qinghe mulai terbangun satu per satu. Begitu sadar, mereka merasa ada yang tak beres: "Kita ini sampai di mana?!"
“Oh, sudah sampai Shaanbei,” Ren He tersenyum sambil memarkir mobil di pinggir jalan. Ia masuk ke toko alat olahraga membeli 5 bola basket dan 10 bola sepak yang dimasukkan ke bagasi, lalu membeli setumpuk buku pelajaran, tas sekolah baru, serta alat tulis di toko buku hingga bagasi mobil benar-benar penuh.
Sampai tahap ini jika Jiang Haoyang dan kawan-kawan masih belum menyadari ada yang aneh dengan perjalanan ini, berarti mereka benar-benar tolol.
Orang biasa mungkin akan mengira Ren He ingin menjual mereka, tapi mana mungkin? Ren He brengsek itu kan Tak Kekurangan Uang.
Namun masalahnya, buat apa Ren He membeli semua barang-barang ini? Siapa yang liburan sambil beli bola basket, bola sepak, dan alat tulis sebanyak ini?
“Ini mau ngapain sih...” Jiang Haoyang terpaku, “Kok beda banget sama bayangan liburanku.”
Bukannya liburan itu harusnya ke tempat pemandangan indah dan nyaman, atau hiking petualangan? Ini jelas-jelas nggak nyambung sama sekali.
“Ren He ini benar-benar menggali lubang besar!” Liu Bing melihat perlengkapan sekolah di bagasi mulai menyadari: “Kalian ingat tidak Ren He bilang mau mengajak kita mengajar relawan di daerah miskin?”
“Waduh……”
