Saat semua sedang tertawa, tiba-tiba terdengar guntur menggelegar di dataran malam itu. Suaranya tidak terlalu keras tapi cukup mengagetkan, Ren He langsung terduduk bangkit. Suara itu jelas bukan guntur atau hujan, melainkan seperti sesuatu yang meledak.
Dugaan sumbernya cukup jauh, namun karena lembah pegunungan yang sunyi ini, gaungnya sampai ke sini.
Apa yang bisa meledak di tengah malam? Di sini bahkan tidak ada listrik, mustahil transformator.
Lalu apa itu?
Ren He tiba-tiba terbangun, jangan-jangan ini brengsek pencuri makam? Saat datang, mereka melihat lubang-lubang dalam di tepi jalan. Waktu itu Liu Bing penasaran itu apa, Ren He pun tak bisa menjawab karena dia juga belum pernah melihatnya.
Namun ledakan keras ini tiba-tiba mengingatkannya pada berita di kehidupan sebelumnya: Pencuri makam semakin merajalela, langsung menggunakan bahan peledak untuk membuka lubang.
Disatukan dengan lubang yang dilihat sebelumnya, bukankah itu jelas-jelas lubang pencurian makam? Di kehidupan sebelumnya dia juga pernah baca berita: Seribu makam besar di Shaanbei dijarah habis oleh sindikat pencuri makam.
Waduh, soal pencurian makam ini cuma pernah dia baca di novel. Baru pertama kali bertemu langsung. Sejujurnya Ren He agak penasaran, tapi di hatinya dia tahu pencuri makam sebenarnya tak seekstrim di novel.
Persepsi tentang pencuri makam, beberapa drama televisi populer dan novel telah menciptakan kesalahpahaman bagi penonton, membuat mereka mengira pencuri makam menguasai sejarah secara mendalam serta memiliki peralatan dan alat berteknologi tinggi. Sebenarnya, pencuri makam tidak sebagus yang digambarkan di layar, mereka hanya mencari makam-makam - terutama makam besar - untuk digali. Ini bukanlah pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis tinggi, permintaan tingkat pendidikan budayanya juga tidak ketat. Orang biasa mana pun bisa menguasai situasi bawah tanah setelah beberapa kali praktik.
Alat utama yang digunakan pencuri makam bernama Loyang. Ini adalah jenis sekop eksplorasi yang bisa membawa tanah dari bawah permukaan. Berdasarkan kualitas tanah, warna tanah, dan bentuk tanah, mereka bisa menilai apakah di bawah tanah terdapat makam, dari periode sejarah apa makam tersebut, atau jenis peninggalan apa lagi. Benda ini juga digunakan oleh tim arkeologi. Loyang yang dipakai dalam arkeologi sebenarnya diadaptasi dari pencuri makam, atau lebih tepatnya langsung diambil dari metode pencuri makam.
Setelah reformasi dan keterbukaan, ada periode ketika aktivitas pencurian makam sangat merajalela. Di antara mereka beredar pepatah: "Ingin kaya, gali makam kuno, dalam semalam menjadi keluarga dengan penghasilan 10 ribu yuan". Pada awalnya, para pencuri makam kebanyakan bekerja sendiri, kemudian secara bertahap berkembang menjadi tren yang terorganisir dengan pembagian tugas yang semakin jelas dan detail. Orang-orang yang benar-benar melakukan pencurian makam di lapangan mungkin berada di lapisan terendah dari rantai pencurian ini, sementara sebagian lainnya menunggu di permukaan situs untuk menarik. Setelah proses penarikan selesai, barang-barang ini dengan cepat beredar ke luar melalui saluran ilegal.
Para pencuri makam yang rakus ini seringkali memanfaatkan kelengahan orang, membawa sekop eksplorasi untuk menggali lubang di mana-mana. Bukan hanya satu makam, tapi merusak seluruh situs secara serius. Seperti menggunakan jarum menusuk-nusuk tubuh manusia, satu tusukan sekop eksplorasi langsung merusak lingkungan perlindungan benda purba bawah tanah. Setelah pengeboran selesai, mereka tidak mengembalikan tanah galian. Saat hujan atau irigasi petani, air yang meresap akan menyebabkan kerusakan sekunder pada lingkungan pelestarian warisan budaya bawah tanah.
Belakangan ini prinsip pembuatan bahan peledak semakin mudah dipahami masyarakat umum. Para pencuri makam langsung menghilangkan langkah menggali lubang pencurian, meledakkan jalan masuk! Karena beroperasi dalam kelompok bersenjata dan nekat, bahkan penduduk desa yang dikenal kegarangannya pun tak berani melawan.
Mengapa Ren He merasa aktivitas perampokan makam tidak semenakjubkan dalam kehidupan nyata? Pertama-tama mari bahas kasus "Ghost Blows Out the Light". Para pencuri makam harus menyalakan lilin di sudut tenggara setelah masuk ke makam. Jika lilin padam atau berubah warna, mereka harus mundur. Dari perspektif ilmiah, ini karena ruang makam yang tidak berventilasi dalam waktu lama menyebabkan peningkatan kadar fosfor di udara yang tidak layak untuk pernapasan manusia.
Tentu saja, masih banyak hal di dunia ini yang tak bisa dijelaskan sains. Tapi dari sudut pandang Xuanxue, ketika pencuri makam membuat lubang di makam lalu "pemilik makam marah", mereka cukup membungkuk tiga kali dan mundur - maka semua masalah selesai.
Normal? Tentu tidak normal!
Bayangkan Anda tidur di rumah, tiba-tiba dua maling menggali lubang transparan raksasa di rumah Anda sambil bilang: "Kami cuma mau lihat-lihat, tidak akan mengambil apa-apa".
Maukah Anda memaafkan mereka? Brengsek, pasti tidak! Jika itu Ren He, mungkin dia akan kukantoi mereka sampai mati.
Ini prinsip yang sama dengan makam. Pemiliknya sedang tidur nyenyak, Anda malah menggali lubang transparan di atap rumahnya. Nanti jadi bocor, tahu? Cuma dengan menyentuhkan dahi tiga kali lalu dimaafkan? Sekali pun sepuluh kali menyembah tetap tidak berguna! Kalau Ren He pasti langsung melompat keluar dan mengejar-kejar seluruh keluarganya.
Sama seperti rakyat jelata zaman dulu memohon hujan. Sekelompok orang menaruh tiga kepala babi di tepi sungai untuk Naga Raja, terus berharap sang naga akan menurunkan hujan? Apa naga itu butuh kepala babimu? Ini jelas merendahkan derajat naga!
Jadi terlepas dari pendapat orang lain, Ren He lebih cenderung mempercayai penjelasan ilmiah dalam hal ini. Masalah lain bisa ditunda dulu.
Tapi ini tidak mengurangi rasa ingin tahunya tentang pembongkaran makam. Karena dia memang belum pernah menyaksikan langsung, Ren He langsung berdiri dan mengenakan baju sambil berkata: "Kalian tetap di sini, jangan kemana-mana. Aku mau keluar lihat sebentar."
"Mau ke mana?" Jiang Haoyang bertanya dengan wajah terpaku.
"Mungkin ada yang sedang membongkar makam. Aku mau lihat seperti apa prosesnya," jelas Ren He.
“Waduh, aku juga ikut, aku juga mau lihat pencurian makam!” Jiang Haoyang berteriak kegirangan. Hal seru begini mana mungkin dilewatkan. Inilah sifat "anak sapi baru lahir tak takut macan" - saat rasa ingin tahu muncul, bahaya atau tidak bukanlah pertimbangan.
“Tidak boleh, kalian diam di sini. Bisa jadi mereka punya senjata,” Meski belum tentu bersenjata api, tapi jaringan kriminal mereka sudah mulai profesional: ada yang bertugas meledakkan dinamit, membersihkan gua curian, turun ke lubang, juga berjaga di atas.
Ini semua orang-orang nekat. Yang berani mengincar nyawa orang, mana ada yang pengecut? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada murid SMA yang kubawa ini? Nanti tak bisa memberi jawaban ke orangtua mereka.
Namun Jiang Haoyang, Liu Bing, dan Li Yifan sudah mulai memakai baju...
Wajah Ren He berubah gelap: “Kalian semua kembali tidur di kasur sekarang juga.”
“Nggak! Kami cuma mau lihat dari jauh. Kalau ada bahaya langsung kabur, pasti mereka tak bisa kejar!” Jiang Haoyang berkata dengan keterlaluan benar.
Ren He mengangkat alis. Ia berpikir sebenarnya dirinya juga hanya ingin melihat dari kejauhan. Lagipula dia bahkan pernah berurusan dengan organisasi pembunuh bayaran luar negeri - para pencuri makam ini pasti tidak lebih berbahaya dari kelompok pembunuh profesional, dan persenjataan mereka pun tidak secanggih itu. Akhirnya dia tidak menghalangi lagi: "Ini perintah serius. Mereka semua orang nekat. Siapa yang tidak patuh pada perintahku, silakan keluar dari Klub Qinghe."
"Baik, baik, kau yang berkuasa," ketiga bocah ini sama sekali tidak mempedulikannya. Di hati mereka hanya ingin segera melihat seperti apa sebenarnya pencurian makam itu.
