Jiang Haoyang bertiga yang bersembunyi di balik gundukan tanah sudah hampir nahan tawa melihat Ren He sengaja menakuti si Kurus, sekarang berlari sambil terbahak: "Jempolan!"
Ren He dengan wajah terlalu serius berkata: "Mulai sekarang kalian jangan lagi anggap menggali makam itu misterius. Inilah kenyataan menggali makam. Tentu masih ada geng yang lebih besar, bahkan ada yang langsung terima barang curian di tempat, ini rantai industri lengkap. Sedangkan dua orang ini termasuk yang kurang profesional."
"Siapa yang kau bilang tidak profesional!" Pria wajah persegi itu kembali tidak suka: "Kau yang profesional, seluruh keluargamu profesional!" Kalimat ini benar-benar menyentuh lukanya. Awalnya ia bekerja sebagai penjaga sekolah di daerah pesisir dengan fasilitas makan dan tinggal gratis dari perusahaan. Kemudian bertemu beberapa teman sekampung yang mulai berjudi, bahkan membentuk kelompok judi sendiri hingga menipu banyak orang. Tapi akhirnya malah ditipu oleh seorang cewek sekampung, harta dan wanita lenyap sekaligus.
Kampung halamannya terus mendesaknya pulang membangun rumah dan menikahi tunangan. Tapi saku kosong melompong, awalnya merampas beberapa cewek untuk ongkos pulang. Di kereta, tak sengaja bertemu kelompok pencuri makam yang tertarik pada keluguannya lalu membujuknya turun ke lubang mengambil barang. Bayarannya lumayan tinggi.
Soalnya pekerjaan turun ke lubang makam dianggap banyak orang sebagai aktivitas yang terkena energi Yin dan merusak karma. Belum lagi berbahaya. Kalau bisa menyuruh orang lain turun, kenapa tidak? Akhirnya ia dan si kurus ini pun terperangkap dalam perahu penjahat.
Setelah menyelesaikan dua pekerjaan, ia mendapat pembagian ribuan keping uang. Namun pria berwajah persegi itu merasa tidak rela. Dia tahu barang antik yang dijarah bisa dijual dengan harga puluhan ribu, ratusan ribu bahkan jutaan. Baginya, bagian yang diterima terlalu kecil. Sungguh tidak bisa ditahan!
Akhirnya diam-diam membawa bubuk mesiu dan mengajak si kurus kabur. Berniat melakukan satu transaksi terakhir lalu menarik tangan dan pulang ke kampung untuk membangun rumah. Setelah itu mencari pekerjaan tetap, mungkin kembali jadi satpam juga tidak masalah.
Hasilnya... bertemu dengan Ren He.
Jadi saat Ren He menyebutnya tidak profesional, itu benar-benar bukan omongan sembarangan.
Si kurus terduduk lemas di lubang dengan wajah pasrah. Melihat watak keras kepala si idiot di sampingnya, dia sudah tidak berharap bisa keluar. Tiba-tiba dia mulai menangis tersedu-sedu, mengutuk nasib malangnya. Baru tiga kali beraksi, di transaksi ketiga langsung ketahuan.
Pria berwajah persegi memaki lirih: "Kamu nangis bola! Kalau mereka mau Hitam makan Hitam, bukankah kita harus mengangkat barangnya dulu? Kita harus gigih bertahan, orang naik duluan, baru barang menyusul! Kalau ada yang berani turun, akan kusodok sampai mati!"
Hah, iya, Badan kurus tiba-tiba menunjukkan kejutan dan sukacita, pria berwajah persegi memang benar bicara. Orang di atas yang fasih berbahasa Mandarin jelas bukan penduduk lokal, apalagi tindakan yang dilakukan pasti bukan polisi: Pernah lihat Paman Polisi yang iseng sekali, larut malam mengangkat senter untuk menakut-nakuti orang? Ini brengsek bisa disebut Paman Polisi yang resmi?!
Kalau bukan penduduk, dan juga bukan polisi, plus fasih berbahasa Mandarin yang lancar, di tempat terpencil seperti ini selain rekan seprofesi siapa lagi?! Pasti juga datang untuk membongkar makam!
Shaanbei dalam beberapa tahun terakhir memang cukup terkenal, kabarnya banyak makam besar di sini, artefak perunggu terutama banyak. Karena mengetahui hal inilah pria berwajah persegi membawa Badan kurus ke Shaanbei.
Rekan seprofesi berkumpul sebenarnya hal yang wajar, karena lokasi ini sendiri adalah harta karun. Kalau mereka menginginkan barang di lubang ini, pilihannya hanya dua: bawa sendiri ke atas atau turun ke bawah. Tidak ada jalan keluar lain!
Si kurus berseri-seri, haha, tak perlu terjebak di lubang lagi!
Namun tiba-tiba, tali rami yang menggantung di mulut lubang terputus dan jatuh di dekat kaki pria berwajah persegi dan si kurus. Keduanya tertegun: Apa maksud memutus tali? Baik naik maupun turun, pasti butuh tali. Sekarang talinya hilang...
Si kurus langsung menangis lagi, "Rumah tangga brengsek ini jelas-jelas tak berniat turun, dan juga tak mengizinkan kita naik..."
"Omong kosong Hitam makan Hitam! Kau cuma bual saja! Kukira kau tiba-tiba jadi pintar..."
Pria berwajah persegi juga terpaku sejenak. Dengan kasar ia menengadah: "Jagoan? Jagoan? Kau masih di sana? Mari kita berunding baik-baik!"
"Hah, kau tak bodoh juga," Ren He tersenyum lebar, "Lupakan, barang-barang di bawah sana tidak menarik bagi kami. Sebentar lagi akan kusegel mulut gua ini, kalian bisa menemani mayat pusaka. Dia sudah ratusan tahun tak bicara dengan manusia, pasti banyak yang ingin diceritakan."
Badan kurus itu merinding, terus membayangkan peti mati di belakangnya tiba-tiba terbuka, lalu sesosok mayat pusaka melompat sambil menyapa "Halo" atau semacamnya. Tapi kenyataannya, peti mati itu sama sekali tak bergerak...
"Pahlawan, kami punya harta berharga di sini, sungguh!"
"Pahlawan, apakah kau masih ada?"
"Pahlawan?" Pria berwajah persegi itu terus memanggil.
"Haha, hemat saja tenagamu," Ren He tertawa terbahak. Dia tak berniat membunuh kedua orang ini. Meski keduanya bukan orang baik, tapi kesalahan mereka belum pantas dihukum mati. Ini hanya permainan kecil belaka. Ren He memalingkan wajah ke Jiang Haoyang: "Periksa apa isi tas mereka?"
Liu Bing buru-buru membuka tas pertama: di dalamnya ada dua detonator, tampaknya ini tas berisi alat kejahatan mereka.
Li Yifan membuka tas kedua, seketika terpaku saat melihat isinya. Di tengah heningnya malam, semua orang bisa mendengar suara Li Yifan menelan ludah.
Apa-apaan ini? Ngapain nelen ludah? Ren He menoleh ke belakang. Ya ampun, tas besar lainnya berisi 6 cup mi instan rasa daging sapi kecap, plus enam batang sosis...
Normalnya sih orang biasa nggak bakal bereaksi aneh lihat benda ini. Cuma mi cup, biasa aja.
Tapi sekarang beda. Di tengah pengabdian mengajar di gunung tandus ini, bisa makan semangkuk mi cup brengsek aja udah kayak kebahagiaan tiada tara. Liu Bing dan kawan-kawan sampai merasa mengalami halusinasi - aroma mi daging sapi kecap seolah menyeruak dari bungkusnya... Belum lagi sosis! Potong sosis jadi dua, lempar ke dalam mi, lalu gigit...
Di ibukota, anak-anak yang hidup berkecukupan ini mungkin setengah tahun sekali pun tidak akan makan mie instan, tapi sekarang mie instan adalah makanan terlezat yang bisa mereka bayangkan!
“Hahaha, ternyata mie instan dan sosis!” Jiang Haoyang langsung berseri-seri, 6 kaleng mie diperkirakan untuk dimakan pria berwajah persegi dan si kurus selama perjalanan kereta, hasilnya kini jatuh ke tangan mereka.
6 kaleng, masing-masing dapat satu kaleng masih lebih satu, Liu Bing, Li Yifan, Jiang Haoyang langsung merasa kedua pencuri makam ini sungguh pahlawan, mengantarkan mie dari jarak 1.000 li!
“Ada mie instan! Asyik hahaha!”
“Masih ada sosis! Ternyata perjalanan ini membuahkan hasil juga!”
“Aku sekarang sudah tak sabar ingin merebus air untuk memasak mie!”
“Jangan lanjut, air liurku sudah meleleh...”
Meski baru dua hari di sini, ini justru fase adaptasi yang paling menyiksa, Ren He juga tersenyum, melihat mereka begitu gembira hanya karena beberapa kaleng mie, benar-benar menderita.
Namun di lubang makam hitam pekat, dua pencuri makam mendengar sorakan gembira dari atas, pandangan hidup mereka seolah hancur. Si kurus bergumam, "Aku tidak salah dengar, kan?"
Pria berwajah persegi mengangguk serius: "Kau tidak salah dengar."
Benar-benar bersorak untuk mie instan, inikah rekan seprofesi kami? Ini kelompok termiskin yang pernah mereka lihat! Milih mie instan daripada barang antik? Gila kali...
Tengah malam datang ke tempat terpencil ini, senangnya sampai seperti ini hanya karena beberapa bungkus mie instan?! Dua pencuri makam berdiri di lubang sambil memandangi cahaya bintang di mulut gua, mulai meragukan makna hidup...
