Tapi Ren He juga khawatir apakah Ibu Ren mau mendengarkan sarannya. Sebab seperti biasa, saat remaja memberi saran ke orangtua, jawabannya selalu: "Urusan orang dewasa anak kecil tak paham", "fokus saja belajarmu", atau "anak kecil ngerti apa".
Sebenarnya meski kau sudah dewasa, di mata orangtua tetaplah seorang anak kecil.
Namun Ren He masih menyimpan secercah harapan—Lao Ren dan Ibu Ren bukanlah tipe orang yang menutup telinga, terlebih Lao Ren yang memiliki pola pikir ekonomi independen serta pola pikir terbuka yang jarang dimiliki generasinya. Tahun lalu, saat Ren He sekadar berkomentar "Bisnis properti sangat menjanjikan", Ibu Ren benar-benar melakukan transformasi bisnis.
Setidaknya ini membuktikan mereka bisa mendengarkan masukan.
Baik di kehidupan sebelumnya maupun kini, Ren He selalu bersyukur akan hal ini. Meski Lao Ren dan Ibu Ren jarang berkumpul dengannya, setiap perkataan Ren He selalu mereka simpan di hati.
Kecuali saat mengeluh uang jajan yang terlalu sedikit...
Ibu Ren adalah tipe orang yang lebih rela membelikan mobil bagus untuk Ren He daripada memberinya 10.000 yuan sebagai uang jajan. Ia selalu beranggapan: "Anak dengan uang berlimpah akan jadi jahat. Pacaran butuh uang, main ke warnet butuh uang, mau belajar jadi nakal pun butuh uang."
Ibu Ren memiliki teori klasik: Jika seorang anak laki-laki tiba-tiba uangnya habis, 80% kemungkinannya dia mulai pacaran...
Karena itu, Ren He sekarang bersikeras menjaga ekonomi independen-nya, mutlak tidak akan membuka mulut meminta uang pada Ibu Ren.
Saat semua orang berdiskusi, Ren He tiba-tiba berkata: "Menurutku properti komersial sangat menjanjikan. Dalam sebuah lingkaran komersial ada hotel, gedung perkantoran, toko. Sebagian aset dijual untuk pengembalian dana seperti gedung perkantoran dan pengembangan perumahan sekitarnya. Sedangkan toko hanya disewakan bukan dijual untuk dipegang sebagai aset sehat, rantai dana juga akan tetap stabil."
Semua orang tertegun. Mendengar hal-hal ini keluar dari mulut siswa SMA terasa aneh, namun kalimat ini langsung menusuk kekhawatiran tersembunyi Ibu Ren. Karena saat mempertimbangkan properti komersial seperti produk generasi kedua Lapangan Wanda, rencananya semua properti hanya disewakan. Tapi dengan cara ini, rantai dana menjadi terlalu berisiko mengingat pengembalian sewaan masih terlalu lambat.
Dalam konsep yang diungkapkan Ren He ini, gedung perkantoran dan perumahan sekitarnya dengan jelas dipisahkan - inilah bagian yang akan dijual! Inilah bagian paling berharga untuk dijual!
Ibu Ren bukan tidak pernah memikirkannya, hanya belum sejernih ini. Ia terhisap ke dalam perenungan, sementara yang lain menganggap perkataan Ren He sekadar omongan spontan belaka.
Mungkin inilah salah satu alasan mengapa Ibu Ren lebih sukses daripada mereka.
Ren He merasa tak perlu melanjutkan penjelasan. Bagaimanapun, perusahaan game Qinghe sudah cukup memenuhi kebutuhan hidupnya. Meski terkadang membayangkan diri menjadi "mantan suami nasional" yang membuat orang iri, cemburu, dan benci terdengar menarik, yang terpenting tetaplah jalan hidupnya sendiri.
Malam itu setelah mengantar perpisahan si anak bandel, Ren He baru hendak kembali ke kamar tidur ketika Ibu Ren memanggilnya: "Rumah di ibukota sana harus sering kau bersihkan. Kalau pelajaran terlalu berat, ibu akan carikan asisten rumah tangga untuk memasak dan mencuci baju untukmu."
"Sekarang Ibu Ren berpikir Ren He sudah mulai fokus pada pelajaran, di tempat seperti Sizhong bahkan bisa masuk 20 besar. Sebagai orang tua, harus mendukung dong."
Ren He langsung kaget mendengar ini. Kalau ada asisten rumah tangga, bukankah kebebasannya akan hilang? Harus tinggal di villa itu setiap hari!
Perlu diketahui, Su Ruqing tinggal di sebelah! Dia saja menghindar takut ketemu, masa mau tinggal di sana?!
"Tidak perlu, aku bisa mengurus diri sendiri. Menurutku selain belajar, kita juga perlu kemampuan hidup mandiri. Jangan sampai jadi si kutu buku," kata Ren He dengan wajah terlalu serius.
Lao Ren menyetujui: "Ucapan ini benar. Aku setuju. Jangan sampai jadi orang bodoh yang setelah lulus sekolah tidak bisa hidup, itu tidak berguna."
Ren He lega. Yang penting Lao Ren mendukung. Ternyata, setelah Ibu Ren mendengar perkataan suaminya, dia pun tidak bersikeras lagi.
Namun hal ini memberi peringatan pada Ren He, bahwa villa di sebelah sana harus menyewa seseorang untuk rutin membersihkannya. Bagaimana jika Ibu Ren tiba-tiba datang dan menemukan tempat itu terlihat seperti tak berpenghuni bertahun-tahun? Pasti sulit menjelaskannya nanti.
Mengirim Paman Fang dan Bibi Wang untuk membersihkan? Tambahkan sebagian gaji mereka. Mengingat sulitnya mencari orang tepercaya, jika merekrut orang lain yang memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri-curi, sementara Ren He tak bisa mengawasi setiap hari - bagaimana jika Ibu Ren datang dan mendapati rumah itu sudah kosong brengsek?!
Kira-kira saat itu hari kematiannya sudah tak jauh lagi...
Pagi Tahun Baru Imlek, Xu Nuo menelepon Ren He: "Kelas kita mengadakan reuni makan bersama tanggal tiga. Semua berharap kamu datang. Kata mereka Duan Xiaolou tahun ini tidak pulang untuk Tahun Baru. Kalau kamu juga absen, jadi kurang seru."
Duan Xiaolou bahkan tidak pulang untuk Tahun Baru? Ren He tertegun beberapa detik. Teringat percakapan mereka berdua saat reuni dulu, tanpa sadar ia menghela nafas.
Pemandangan di jalan kehidupan sangat banyak, namun kita harus tahu apa yang benar-benar kita inginkan pada akhirnya. Sebenarnya setiap pria memiliki nafsu, mustahil seorang pria tidak memiliki ketertarikan atau keinginan - ini adalah insting primordial. Kau bisa menolaknya, tapi tak bisa menyangkalnya. Namun pria yang matang dan waras harus belajar mengendalikan nafsu dan perasaan, karena kau harus memahami cara memikul tanggung jawab.
Ren He pernah merenung: Orang lain yang melakukan perjalanan waktu bisa membuka harem, lalu bagaimana denganku? Di masa depan aku akan memiliki kekayaan tak terbatas, tapi apakah kesenangan yang tak terkendali benar-benar membawa kebahagiaan? Akankah Yang Xi tetap ceria dan optimis seperti sekarang?
Belum tentu.
Jadi mengapa harus mencari masalah? Beberapa pemandangan cukup dialami saja. Bahkan tak perlu turun dari mobil untuk menikmatinya - cukup dengan kilasan sekilas yang memukau di pikiran saat melintas cepat di dalam kendaraan, itu sudah cukup.
Pada titik ini, yang menopang Ren He untuk melangkah lebih jauh bukanlah kenikmatan atau nafsu, melainkan keyakinan untuk terus menantang kehidupan.
Ya, keyakinan.
Ren He tertawa di telepon kepada Xu Nuo: "Aku tidak akan datang. Kau tahu aku tidak punya banyak topik bersama mereka, takut nanti jadi canggung. Kau saja yang pergi, ajak mereka bermain sepuasnya."
Baru setelah mengucapkan kalimat ini, Ren He tersentak menyadari bahwa sejak kembali dari mengajar sukarela di Shaanbei, dirinya benar-benar telah berubah.
Seandainya sebelum keberangkatan, seperti reuni sekolah sebelumnya, dia pasti akan datang. Lagipula cuma 1-2 jam, semua orang saling memuji dengan topeng masing-masing juga tidak masalah.
Tapi sekarang dia sama sekali tidak ingin bermain sandiwara dengan orang-orang yang sebenarnya tidak terlalu dikenalnya.
Perubahan apa sebenarnya ini? Seolah hati menjadi lebih jernih, pikiran dan tindakan lebih mengarah pada hati sejati. Tidak mau pergi ya tidak usah, tidak perlu terlalu mempedulikan penilaian orang.
Masih banyak hal bermakna di dunia ini yang layak dilakukan, mengapa memilih sesuatu yang tidak disukai?
Setelah identitas Xu Nuo sebagai "bos perusahaan game Qinghe" terbongkar, semua teman sekelas tiba-tiba menjadi sangat ramah padanya. Ini adalah perubahan yang dibawa oleh label identitasnya. Sebenarnya, sebagian besar orang hanya hidup dalam label-label ini: Si A adalah bos perusahaan game Qinghe, ayah Si B adalah CEO perusahaan besar. Identitas-identitas ini seolah jauh lebih penting daripada karakter asli seseorang.
Sementara Ren He tetap bersembunyi di balik tirai tebal yang menyelubungi panggung kemakmuran palsu ini, mengamati dengan tenang setiap akting di depan layar.
Tak ada yang tahu bahwa saat tirai tebal itu akhirnya dibuka oleh Ren He sendiri, pertunjukan yang begitu spektakuler akan terungkap.
