Saat Ren He dan An Si tiba di terminal bandara ibukota pagi itu, di sini sudah berdesak-desakan tak terhitung orang yang keluar masuk. Ada yang terlihat sibuk, ada juga yang santai.
Baru saja tiba, Ren He langsung dikejutkan oleh penemuan bahwa seluruh tim Liu Erbao sudah berdiri di pintu masuk sedang melambaikan tangan dengan gila-gilaan. An Si menjelaskan: "Dia mengajakku minum arak hari ini. Kukatakan harus ke Nepal, lalu tanpa sengaja bocorkan rencananya. Sungguh sulit menghadapi obsesi keduniawiannya."
“Tak apa,” Ren He tersenyum menyambut Liu Erbao. Baru pukul 7 pagi, tak disangka mereka sudah datang sejak subuh tanpa pemberitahuan—mungkin ingin memberi kejutan.
Sebenarnya Ren He tidak berencana memberi tahu teman mana pun di sampingnya, toh dia juga tidak ingin mereka khawatir.
Di pihak Yayasan Qinghe, Ren He sudah mengirimkan rencana operasional Harry Potter kepada Lao Zhou melalui posting, tidak menyebutkan akan pergi, apalagi tujuan keberangkatannya.
Untuk Paman Fang dan Bibi Wang, Ren He merasa benar-benar cocok dengan mereka. Sebelum berangkat, dia langsung mengirimkan gaji 10 bulan sekaligus. Dengan begitu meski dia tidak kembali, mereka sudah memiliki uang yang cukup untuk membayar uang sekolah anak kandungnya.
Hanya pihak Yang Xi yang sampai saat ini belum mendapatkan jawaban apa pun. Bahkan ia tidak tahu harus memberikan penjelasan seperti apa.
Sebenarnya dalam olahraga ekstrem abad ke-21, tingkat kematian di Gunung Everest belum setinggi terjun payung. Kesulitannya sebenarnya jauh lebih rendah dibanding beberapa olahraga ekstrem lain, bahkan bisa dikatakan tingkat kesulitannya dalam seluruh olahraga ekstrem hanya bisa dianggap berada di level menengah saja.
Dari data bisa dipahami, tingkat kematian Gunung Everest adalah 3.6%, sedangkan beberapa olahraga ekstrem bahkan bisa mencapai 30%. Dengan perbandingan ini jelas terlihat, jika memiliki ketekunan dan bakat, mendaki Everest sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit. Bagi yang memiliki kualitas fisik seperti Ren He, aktivitas ini sama seperti mendaki gunung biasa.
Meski menjadi puncak tertinggi di dunia, dalam 14 gunung bersalju dengan ketinggian di atas 8000 meter, tingkat kesulitan Everest hanya menempati peringkat 11. Apa artinya? Di depannya bahkan ada makhluk bak dewa seperti Gunung Yulong dan Gongga.
Alasan kemudahannya terletak pada lereng selatan yang telah dikembangkan menjadi jalur yang bisa dilalui orang biasa setelah pelatihan. Sedangkan para "dewa" itu harus memanjat dinding es vertikal sejauh ratusan meter dengan kapak es - itulah batas maksimal manusia sejati...
Tapi bukan berarti Everest tidak memakan korban jiwa. Dari mana asalnya penanda kematian di sana kalau bukan dari mayat-mayat itu?
Pertama-tama, pendaki harus memiliki stamina yang sangat baik dan pelatihan sistemik. Kedua, iklim merupakan ancaman terbesar.
Merunut tragedi terbesar Gunung Everest selama bertahun-tahun, penyebab utamanya selalu badai yang datang tiba-tiba. Suhu bisa turun drastis hingga puluhan derajat di bawah nol dalam sekejap, membekukan hingga ke tulang. Kecuali mendapat berkah langit, tak ada manusia yang bisa bertahan dalam kondisi seperti itu.
Pada situasi tersebut, permukaan kulit manusia akan perlahan menjadi dingin. Seluruh kehangatan akan diprioritaskan secara insting untuk melindungi organ dalam. Organ-organ ini memiliki istilah profesional: area inti. Suhunya pun memiliki sebutan khusus: suhu inti tubuh. Ketika otak menyadari situasi sudah tak tertolong, panas akan menyebar ke anggota gerak. Korban akan merasa kepanasan dan mulai melepas baju. Begitu pakaian terlepas seluruhnya, kematian pun tiba.
Dalam iklim ekstrem itu, bahkan pernah tercatat suhu inti tubuh manusia turun drastis ke 23 derajat. Apa artinya? Ini menunjukkan korban sudah pasti mati tanpa harapan penyelamatan.
Namun bayangan hidup di hati Ren He justru adalah cuaca. Dalam mimpi itu yang dia alami adalah badai yang tiba-tiba datang, satu tim tujuh orang semuanya dikuburkan di gunung bersalju, termasuk sang pemandu sendiri.
Tentu, dari sini juga bisa terlihat betapa mengerikannya olahraga ekstrem yang akan ditantang Ren He di masa depan. Terjun payung ketinggian mungkin dianggap paling berbahaya dalam konsepsi masyarakat umum, tapi berapa banyak yang tahu bahwa sebenarnya terjun payung tebing jurang dengan titik pendaratan rendah-lah materi paling mempertaruhkan nyawa?
Bayangkan: bahkan sebelum sempat membuka parasut, kesempatan untuk membukanya sudah terlewat... lalu melakukan kontak intim dengan permukaan...
Seandainya tidak ada mimpi nyata itu, Ren He akan dengan polos memberitahu Yang Xi. Tapi sekarang situasinya berbeda.
Selama ini nasibnya selalu baik, namun manusia pasti punya saat sial. Faktanya, saat mempertaruhkan nyawa, seseorang seharusnya sudah mempersiapkan diri untuk meteor jatuh.
Dulu Ren He selalu merasa dirinya pasti tidak akan celaka, bahkan ketika An Si mewakili TK memberinya asuransi dengan nilai fantastis pun ia menganggapnya berlebihan. Namun baru saat inilah ia benar-benar memiliki kesadaran yang semestinya dimiliki oleh orang yang mempertaruhkan nyawa.
Liu Erbao dan kawan-kawan tidak banyak bicara. Mereka bergantian memeluk Ren He sambil tertawa, "Saudara benar-benar jempolan! Tahap yang kau capai ini seumur hidup kami tak akan bisa mendekati!"
Sebenarnya hanya orang yang tahu kebenaran yang mengerti betapa luar biasanya Ren He menantang Gunung Everest kali ini. Perlu diketahui Ren He bukanlah pendaki gunung profesional. Siapa dia? Dia adalah posisi pertama dalam bidang parkour, posisi pertama dalam bidang sepeda - apa hubungannya semua ini dengan mendaki gunung bersalju?
Mereka bahkan tahu sebelumnya Ren He sama sekali belum pernah menjelajahi gunung dengan ketinggian di atas 6000 meter. Dan kali ini, ketinggian 6000 meter itu hanyalah garis start belaka.
"Saudara, pulanglah dengan selamat dan kita minum arak bersama!" Liu Erbao yang terakhir memeluk Ren He, mengucapkan kalimat pamungkas mereka. Setelah itu mereka berbalik, naik ke mobil masing-masing, mengaktifkan mesin dan meninggalkan tempat.
Karakter Liu Erbao dan kawan-kawan selalu membuat orang tak terpecahkan, ide-ide mereka muncul tak menentu. Ren He tahu mereka sengaja menghindari proses perpisahan yang sentimental ini.
Ren He menarik napas dalam-dalam lalu dengan tenang mengirim SMS ke Yang Xi: "Jangan khawatir, aku pasti kembali."
Saat ini kerinduannya pada Yang Xi mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, tiba-tiba hasrat bertahan hidup yang besar berkobar di hatinya. Ia yakin tak akan dikalahkan oleh bayangan hidup itu, bahkan badai sekalipun takkan menghalanginya untuk pulang dan terus menikmati kehidupan.
Begitu menerima SMS itu, firasat buruk langsung menyergap hati Yang Xi bagaikan awan hitam tiba-tiba melayang menutupi cahaya keemasan. Dengan panik ia menyuruh sopir mempercepat laju ke sekolah. Begitu turun mobil, dengan kecepatan mempertaruhkan nyawa ia berlari menuju kelas 5-1 SMA di tengah tatapan terkejut teman-teman!
Masuk ke ruang kelas, ternyata Ren He memang tidak ada di sana. Kalau biasanya, Ren He pasti sudah berada di kelas sejak lama!
"Dia teringat fragmen saat Ren He menghindarinya untuk menelepon, serta nama di catatan panggilan itu. Tiba-tiba ia berbalik dan berlari keluar sekolah. Mobil mewahnya sudah pergi, akan menjemput sepulang sekolah. Maka Yang Xi menghadang taksi di gerbang sekolah: "Guru, ke Gedung TK Distrik Chaoyang!"
Hampir seluruh murid sekolah tahu Yang Xi tiba-tiba berlari seperti kesetanan ke sekolah, lalu keluar lagi. Mereka sulit membayangkan kejadian apa yang bisa membuat Yang Xi panik sebegitu rupa. Ke mana perginya ketenangan yang biasa melekat padanya?
Yang Xi tiba di markas besar TK dengan aura mengintimidasi, langsung bertanya ke resepsionis: "Apakah CEO An ada di sini?"
"CEO An pagi ini sudah terbang untuk urusan bisnis. Tujuannya dirahasiakan," jawab resepsionis tertegun. Baru setengah hari setelah Yang Xi berbalik pergi dengan gesit, ia sadar: "Yang tadi... itu Yang Xi? Mustahil, kenapa dia datang ke sini..."
Yang Xi berdiri di depan gedung TK dengan kebingungan yang lama. Saat menelepon Ren He, ponselnya sudah dalam status mati. Begitu dimatikan, tidak tahu kapan akan menyala lagi.
Ke mana harus mencari Ren He dengan kemampuannya sendiri?
Ternyata Ren He merahasiakan sesuatu bukan karena mencari Xiao San, tapi hendak mempertaruhkan nyawa!
Kali ini pasti permainan yang sangat besar, kalau tidak pihak lawan tidak mungkin pergi tanpa pamit. Dirinya sendiri pun sebenarnya mendukung olahraga ekstremnya! Air mata Yang Xi hampir tumpah di depan gedung TK, bahkan ia tak tahu harus mencari ke mana!
Tiba-tiba mata Yang Xi berbinar. Seolah ada petunjuk yang terlintas!
Liu Erbao dan kawan-kawan baru mulai latihan rutin menyanyi di gudang. Belum dua lagu, pintu besi gudang mereka sudah dihajar dengkul hingga terbanting!
Yang Xi berdiri di ambang pintu dengan mata memerah, bertanya dengan kekejaman yang belum pernah terlihat sebelumnya: "Ke mana Ren He pergi?!"
Seorang gadis kecil dengan rambut acak-acakan oleh angin, demi cinta tanpa rasa khawatir menendang pintu besi besar ini, membuat sekumpulan pria dewasa terkesima!
"Err... Nepal, mendaki Gunung Everest..." Liu Erbao berkata dengan geli di selangkangan. Apa pun keketatan mulutnya biasanya, kali ini ia tak tega tidak memberi tahu Yang Xi. Sekilas melihat kalau tidak bicara, sang gadis mungkin akan jadi setengah gila...
Yang Xi tanpa basa-basi memalingkan wajah dan pergi, meninggalkan para pria yang terdiam tak berkutik.
Setelah hening cukup lama, Liu Erbao tiba-tiba tertawa terbahak-bahak: "Gadis seperti inilah yang pantas untuk saudara kita Ren He! Cocok betul! Sama-sama berpenampilan burung gereja!"
……
