Bak puncak gunung yang menyendiri memandang rendah semua bukit di bawahnya.
Puisi klasik ini sebenarnya tidak bisa dipahami oleh orang asing, bahkan jika diterjemahkan ke bahasa Inggris akan kehilangan banyak daya tarik. Inilah yang diminta Ren He khusus untuk konsumsi orang Tiongkok.
Puisi ini selalu sangat ia sukai. Saat berdiri di puncak Gunung Everest, pemahamannya terhadap puisi ini benar-benar mendalam. Saat itu, dengan cara paling tak terduga ia mencapai puncak, lalu seluruh pegunungan ada di bawah kakinya. Pada momen itu, hati Ren He benar-benar tersublimasi.
Ketika misteri di situs web resmi TK terungkap, semua orang baru tahu bahwa Kesatria selama ini sedang mendaki Everest. Anak-anak ini terus melintasi bidang tanpa henti - main sepeda lalu parkour, setelah parkour langsung panjat gunung, bahkan mendaki atap dunia yang merupakan gunung tertinggi di dunia.
Mengerikan sekali, apa ini masih disebut manusia?
Ini benar-benar dewa lintas batas di dunia olahraga! Seolah-olah bagi Sang Kesatria, benteng batas maksimal dalam pola pikir konvensional dunia atletik sama sekali tidak eksis.
Di dunia paralel pun tak pernah kekurangan maestro olahraga yang percaya diri mencoba lintas bidang, namun hasilnya hancur lebur oleh realita. Ada yang setelah main bola sepak lalu sok jago atletik - kalah telak. Ada yang usai parkour nekat main basket - tumbang mengenaskan.
Fakta telah berulang kali membuktikan: masing-masing punya keahlian khusus.
Namun logika ini tidak berlaku bagi Sang Kesatria. Andai ia cuma mahir di bidang lain, mungkin masih bisa dipahami. Tapi masalahnya, setiap kali ia lintas disiplin, pasti menyabet gelar Sang Juara!
Namun pada saat ini, masalah tentang hanya menggunakan foto sebagai bukti rekaman muncul kembali. Seseorang tiba-tiba memposting di forum: "Meski aku percaya pada rekam jejak Kesatria sebelumnya, namun kali ini hanya dengan memasang foto lalu mengklaim diri sebagai Sang Juara penakluk Everest tanpa oksigen pertama, plus memanjat tebing secara free solo, lalu menantang perbedaan ketinggian 3000 meter dengan ski dari puncak - sepertinya satu foto saja tidak cukup membuat orang yakin."
Memang benar. Foto ini hanya membuktikan Kesatria pernah sampai di Everest. Sebenarnya berbagai prestasi gemilang yang dipajang di situs web resmi TK tetap tidak bisa dibuktikan.
Ada penggemar, pasti ada yang membencinya. Ini berlaku untuk siapapun. Tak ada satu orang pun di dunia yang bisa membuat semua orang mengakuinya. Jadi beberapa orang memanfaatkan kesempatan ini untuk membantah promosi TK: "Kalau satu foto saja bisa membuktikan segalanya, buat apa orang lain repot-repot? Yang main terjun payung cukup fotoin diri setelah mendarat di tanah saja."
Ini justru hal yang sebelumnya tidak terpikir oleh TK sendiri, bahkan Ren He pun tidak menyangkanya.
Faktanya sebelum berangkat, semua orang hanya berpikir untuk mencapai puncak gunung, sebenarnya tidak memikirkan hal-hal tambahan lainnya. Cukup membuktikan Kesatria pernah mendaki puncak, jadi tidak perlu rekaman video sebagai bukti.
Tapi proyek tantangan yang dilakukan Ren He selama pendakian benar-benar spektakuler, sangat mempertaruhkan nyawa, dan sangat menggugah, membuat para eksekutif TK juga bersemangat dan memutuskan untuk mempublikasikan semuanya, meskipun tidak ada bukti valid.
Kini masalah mulai muncul.
Namun ada juga yang mengemukakan pendapat lain: "Kesatria adalah orang Tiongkok, mengapa setelah mencapai puncak hanya memasang bendera TK, bukan bendera nasional?"
Karena di situs web TK hanya menampilkan foto bersama Ren He dengan TK, foto bersama bendera nasional memang tidak perlu ditampilkan di situs web TK. Pertanyaan ini sangat menusuk hati, langsung menuduh Kesatria tidak patriotik.
Ini rencana menggunakan tolok ukur moral untuk mengeksekusi Kesatria di dalam negeri!
Tepat pada saat ini, liputan khusus tentang pendakian pria tua Xia Boyou dilaporkan secara penuh di halaman olahraga Koran Harian Rakyat!
Peristiwa yang awalnya tampak tidak berkaitan ini justru menghapus semua keraguan publik terhadap Kesatria. Laporan ini tidak hanya memuat wawancara eksklusif Xia Boyu, tapi juga pernyataan dari rekan setimnya dan beberapa kenalan Amerika!
Banyak yang membaca laporan khusus ini sambil mengecap-ngecap mulut: "Tamparan kerasnya datang terlalu cepat!"
Di waktu bersamaan, wawancara dengan pelatih tim Amerika juga dirilis di AS, dengan detail deskripsi yang sepenuhnya konsisten dengan penuturan Xia Boyu dan kawan-kawan.
Alasan Xia Boyu masuk People's Daily: Pertama, ia kehilangan kedua kakinya saat menyelamatkan orang di Gunung Everest. Kedua, ia tetap bersikeras mendaki Everest empat kali setelah kehilangan kakinya, akhirnya berhasil pada percobaan keempat. Ketiga, kemampuan mereka bertahan selamat dalam badai kali ini.
Tiga poin ini digabungkan menjadi materi yang sangat menarik. Sebagai media yang memikul tanggung jawab besar dalam pengaruh opini publik domestik, semangat seperti yang dimiliki Xia Boyu sangat cocok untuk memandu atmosfer dunia olahraga dan pemikiran masyarakat.
Lagi-lagi mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain, lagi-lagi ketekunan tanpa henti. Di masa kini siapa lagi yang lebih layak diliput selain Xia Boyu?
Sedangkan pelatih Amerika, beliau sendiri adalah Wakil Ketua Asosiasi Pendakian Amerika. Kehadirannya di Everest sudah menjadi sorotan ribuan pasang mata. Setelah turun gunung tentu perlu diliput. Meski gagal mencapai puncak, mampu selamat dari badai juga menunjukkan kemampuan. Semua tahu seberapa mengerikannya badai kali ini. Banyak orang di barak bawah gunung sempat mengira mereka akan mati di atas sana!
Namun dalam segudang laporan ini, semua keraguan sebelumnya tentang Kesatria lenyap berantakan.
Seorang netizen memposting foto yang berhasil ia abadikan saat Kesatria dengan Kacu Merah melakukan serangan ski menukik. Dilengkapi bukti waktu dari kamp 6000 meter yang membuktikan Kesatria benar-benar langsung ski kembali ke kamp 6000 meter. Jika bukan dengan ski, waktu yang tersedia sungguh tidak akan cukup.
Perlu diketahui, selama pendakian sebelumnya mereka menghabiskan waktu hampir 20 hari!
Jika bukan dengan cara ski turun, bagaimana Kesatria bisa begitu cepat kembali ke barak militer di ketinggian 6000 meter?
Panjat tebing tanpa peralatan tak perlu diragukan lagi - foto Kesatria sedang makan dengan riang di antara puncak gunung tersimpan di kamera mereka. Daya kejutnya, para wartawan bahkan bisa merasakan segalanya melalui foto tersebut, bahkan suasana hati bahagia Sang Kesatria saat itu, sungguh memiliki daya penularan yang luar biasa.
Tidak adanya tabung oksigen atau masker oksigen di tubuh Kesatria membuktikan bahwa ia benar-benar menaklukkan Everest tanpa persediaan oksigen.
Faktanya, wawancara eksklusif Xia Boyu memberikan penjelasan lebih meyakinkan: "Saat itu persediaan oksigenku habis lebih cepat, kukira akhirnya akan mati di gunung suci ini. Mimpi mencapai puncak seolah takkan terwujud seumur hidup. Tapi tepat di saat itu, anak muda itu menyerahkan tabung oksigennya padaku."
Saat semua orang melihat bagian ini, hati mereka dipenuhi kekaguman yang tak terungkap. Konon di tempat itu, segala standar moral akan menjadi tak berlaku. Namun puluhan tahun lalu Xia Boyu memberikan kantong tidurnya kepada orang lain, kini orang lain memberikan tabung oksigen kepada Xia Boyu. Hukum sebab-akibat yang berputar siklus ini tepat mengajarkan manusia untuk menghadapi dunia yang dingin ini dengan hati penuh kebaikan.
Orang baik memang akan mendapatkan balasan yang baik.
"Ternyata ia menaklukkan Everest tanpa oksigen karena memberikan tabung oksigennya ke orang lain, Kapten regu jempolan!"
"Waduh, aku hampir jatuh cinta pada Kapten regu!"
"Apa Kapten regu punya pacar ya?"
"Ehem, dengan poin fisik Kapten regu, satu orang diperkirakan tidak cukup..."
Yang Xi memandang dingin Ren He yang sedang tertawa canggung: "Aku benar-benar tidak punya pikiran seperti itu, jangan percaya omongan sembarangan mereka."
Tepat sejak momen ini, segala keraguan telah terjawab. Kesatria memang benar-benar Sang Juara pertama yang mendaki puncak Everest tanpa oksigen, peluncuran ski pertama yang kembali ke barak 6000 meter, dan pemanjat tebing tanpa peralatan pertama yang mencapai puncak Everest.
Bagi mereka di dalam negeri yang ingin menjerat Ren He dengan tuduhan tak patriotik melalui Koran Rakyat, Xia Boyu menyatakan: "Saat aku mencapai puncak, pemuda itu sudah lebih dulu sukses. Dialah yang pertama, aku yang kedua. Saat naik ke atas, kulihat bendera negara kami berkibar gagah di puncak. Kejayaan leluhur langsung membuncah di hati."
Di halaman penuh Koran Rakyat, yang paling mencolok adalah foto berwarna di bagian paling atas: Bendera Merah Berbintang Lima berkibar perkasa di Atap Dunia!
