Bagi Ren He, setiap keberhasilan menaklukkan tantangan berarti nilai diri melonjak drastis. Sebelumnya, lebih dari 10 sponsor menawarkan total 200 juta yuan sebagai fee endorsement. Kini setelah kembali dari Everest, harganya pasti berbeda lagi.
Video Lompatan Keyakinan terus viral di jaringan internet. Baik di dalam maupun luar negeri, jumlah kliknya konsisten menempati peringkat pertama. Bahkan jumlah klik dua video di bawahnya digabung pun masih kalah.
Bermunculan video-video tiruan Lompatan Keyakinan. Para selebritas besar pun ikut tren, ada yang menggunakan peralatan pengaman, ada juga yang sekadar pose biasa. Lompatan ini benar-benar jadi sensasi.
Di lingkaran olahraga ekstrem Tiongkok, Ren He perlahan menjelma menjadi ikon bersama. Bukan sekadar idola, melainkan lebih mirip simbol yang mewakili semangat.
Nama Kapten Regu telah menjelma menjadi sebuah simbol di hati mereka.
Penyembahan mereka terhadap Kapten regu bukan lagi sekadar karena keahlian teknisnya, melainkan karena sosok itu terus-menerus menantang bidang baru, semangat yang benar-benar mengguncang.
Seperti pendakian Everest kali ini, meski belum menjadi jawara downhill atau panjat tebing yang diakui semua orang, prestasinya sesungguhnya sudah sangat gemilang.
Orang biasa mungkin sudah puas dengan pencapaian seperti itu, tapi siapa sangka Sang Kesatria akan kembali ke Everest dalam 1 bulan, membuktikan diri sebagai rajanya downhill!
Konon juara downhill dunia sebelumnya akan menantang rekor baru, namun semua paham: di level mereka, selisih 10 km/jam mustahil untuk dikejar.
Mereka bahkan tak paham bagaimana Kesatria bisa melakukannya. Komunitas downhill sendiri tidak terlalu besar, kemampuan masing-masing anggota sebenarnya sudah saling diketahui. Rekor dunia yang seharusnya bisa dicapai dengan usaha ekstra tiba-tiba dinaikkan setinggi langit... Ini sialan, masih mau bermain apa lagi? Sama sekali tak ada harapan!
Namun tepat di saat semua orang sedang membicarakan Kesatria, di rumah Siheyuan ia bertemu musuh bebuyutan seumur hidupnya... ibu mertua Su Ruqing...
Selama periode ini Ren He sudah tidak bisa menghubungi Yang Xi. Sepertinya sejak kembali dari Nepal ke ibukota, segala cara komunikasi dengan dunia luar terputus. Ren He juga mencoba menyelidiki situasi sebenarnya di villa Su Ruqing, tetapi tampaknya tidak ada penghuni di sana.
Ren He pun mendatangi kediaman Yang En. Yang Xi kembali ke ibukota lebih dari setengah bulan lalu, sementara di pintu rumah Yang En terpasang tagihan listrik tertanggal 10 hari yang lalu - artinya Yang En juga sudah 10 hari tidak pulang.
Yang Xi pasti tidak mengalami musibah karena kecelakaan tertentu. Jika benar demikian, mustahil terjadi tanpa sepatah kata pun. Jadi Ren He telah memiliki teori berbeda: Pasti perjalanan ke Nepal kali ini menyebabkan Su Ruqing atau Yang En menggunakan kemampuan khusus untuk memutuskan cara Yang Xi berhubungan dengan dunia nyata.
Faktanya, saat Ren He bertemu Yang Xi di barak militer 6000 meter, dia telah menyadari bahwa kebenaran tak mungkin selamanya tertutup. Sejak kelas 1 SMA, dia paham bahwa di lingkungan kecil seperti Sizhong, awalnya mungkin masih bisa merahasiakan dari Su Ruqing. Tapi seiring dirinya semakin bersinar terang, mana mungkin sang ibu tak menyadarinya? Mungkin dari cerita orang tua murid lain, mungkin tahu secara tak sengaja, pada akhirnya pasti terungkap juga.
Perilaku Yang Xi yang mengejar sampai ke barak militer 6000 meter meski ceroboh, bisa dimengerti dan sangat menyentuh bagi Ren He. Tujuan Yang Xi mengejar ke sana bukan hanya untuk menemani Ren He mendaki Everest, tapi juga membuktikan dukungannya pada Ren He melalui tindakan nyata: "Aku datang ribuan kilometer bukan untuk menghalangimu, juga bukan untuk menyalahkanmu. Hanya ingin membuatmu pahami, apapun yang kau lakukan, aku dukung."
Di zaman sekarang, berapa banyak gadis yang bisa nekat seperti ini demi cinta? Yang Xi memiliki karakter independen dan pemikiran mandiri. Bersama Ren He, dia tidak hanya sekadar meminta, tapi juga memberi segala yang bisa dia berikan dengan caranya sendiri.
Begitu masalah terjadi, Ren He sama sekali tak akan mempertimbangkan hal lain. Seperti cerita pendek: Seseorang mengayuh sepeda dengan kaca di belakang, tiba-tiba kaca itu jatuh dan hancur berkeping-keping. Tapi dia bahkan tidak menoleh sekalipun.
Ada yang bertanya: "Mengapa kau tidak melihat ke belakang?"
Jawabnya: "Sudah pasti itu hancur dan tak bisa dipakai, buat apa buang waktu menyesali?"
Sedangkan yang harus dilakukan Ren He saat ini adalah menyelesaikan masalah ini. Tindakan Yang Xi mengikuti Ren He kabur ke Nepal pasti dianggap sangat serius di mata orang tua mana pun, karena ini berarti putri mereka telah sepenuhnya lepas dari kendali: tidak ada cara lagi untuk mengetahui keadaannya, tidak bisa mempengaruhi keputusannya, bahkan tidak tahu pasti di mana lokasinya.
Ren He percaya sebagian besar orang tua di dunia akan menyimpan amarah yang membara dalam hati menghadapi situasi seperti ini. Tugasnya sekarang adalah menembus tembok kemarahan ini dengan segala cara, lalu terus bersama Yang Xi.
Justru di momen inilah Ren He menerima telepon dari Su Ruqing.
Isi percakapan Su Ruqing sangat sederhana: ada urusan yang perlu dibahas dengannya.
Nada bicara yang tenang dan terkendali seolah telah menekan Ren He dari posisi superior. Ini sangat sesuai dengan karakter Su Ruqing sebagai wanita pengusaha sukses yang memang memiliki medan energinya sendiri. Kegagalan satu dua kali melawan siswa SMA justru berhasil memicu amarahnya.
Perusahaan ribuan orang pun bisa dikelolanya dengan terorganisir dengan baik. Sebagai figur yang sudah lama menduduki posisi tinggi, Su Ruqing bahkan agak sulit menerima keberadaan "pengacau" seperti Ren He yang membuat hidupnya tak tenang.
Murid tetaplah murid. Tugas siswa adalah belajar dengan baik. Hal seperti pacaran dini harus dicekik sejak masih tunas bahaya. Jalan hidup Yang Xi masih panjang. Membelenggu harapan masa depan di usia belasan tahun dengan ikatan seperti ini sama sekali tak bisa diterima Su Ruqing.
Namun Su Ruqing juga paham, masa tunas bahaya mungkin sudah lama lewat. Ikatan cinta Ren He-Yang Xi pasti sudah mengakar sampai tingkat tertentu, sampai berani bolos sekolah dan kabur ke Thailand. Ya, data dari Kantor Imigrasi menunjukkan keduanya pergi ke Thailand. Tentang apa yang dialami di sana, ia tak tahu apa-apa. Apalagi fakta bahwa sebenarnya mereka akhirnya transit ke Nepal.
Bolos sekolah selama sebulan saja sudah sangat parah, ini malah sampai ke luar negeri...
Jika ini Ren He yang berani memberitahu Lao Ren tentang kabar bolosnya selama sebulan, tidak peduli alasan bolosnya apa, pasti akan mendapat pukulan ganas. Bisa jadi lebih kejam daripada yang dijanjikan ayah Xu, ini masalah batas toleransi.
Biasanya di mata orang tua, hanya siswa yang sangat jahat dan kejam yang akan membolos!
Setelah menerima telepon, Ren He berpikir sejenak lalu berkata: "Kalau begitu, Tante bisa datang ke Liu Hai Hutong. Saya akan menunggu kedatangan Tante di sini."
Sertifikat properti yang didaftarkan Ren He menggunakan informasinya sendiri. Mungkin orang biasa tidak bisa mengakses informasi properti yang terdaftar di sektor pemerintah, tapi bagi Su Ruqing yang pernah menikah ke keluarga Yang dan tetap disayangi kakek Yang meski sudah bercerai, memeriksa aset atas nama Ren He bukan hal mustahil. Makanya dia juga tidak berniat menyembunyikan.
Bertemu di tempat ini pun bukan untuk berlagak. Mengingat nilai diri lawan bicaranya yang mencapai ratusan juta, satu rumah Siheyuan belum cukup untuk pamer. Kalau 10 tahun lagi saat nilainya mencapai 1 miliar mungkin masih bisa... Sekarang? Lupakan saja.
Oru Ruqing yang datang mencari dirinya saat ini, kemungkinan sudah memiliki cara baru untuk memutus hubungan antara dirinya dengan Yang Xi. Setelah menutup telepon, Li Yuan duduk di rumah Siheyuan merenung selama 20 menit lalu menghubungi Xu Nuo: "Apapun kemampuan yang kau punya, bantu aku mencari data wawancara dan pendaftaran masuk semua universitas di AS serta SMA musik. Temukan informasi Yang Xi untukku."
