Ren He tidak tahu bagaimana Yang En mengurus prosedur untuk Yang Xi. Masalah yang dihadapinya sekarang: Ia tidak memiliki surat penerimaan, sehingga tidak punya kualifikasi untuk mengajukan visa pelajar di Konsulat AS di Beijing.
Proses visa pelajar ke AS sebenarnya cukup kompleks. Sekarang sepertinya terjebak dalam siklus buntu... The Juilliard School mensyaratkan audisi langsung untuk program pra-universitas, sementara untuk audisi langsung ke AS, Ren He perlu visa pelajar. Jika menggunakan visa turis, sangat mungkin ditolak saat mengajukan visa pelajar nanti...
Namun tanpa visa, Ren He tidak bisa pergi melakukan pertunjukan langsung...
Ini sialan benar simpul mati! Jadi begitu caranya Juilliard School menolak jenius musik?!
Ren He berpikir sejenak lalu memutuskan untuk menghubungi pihak Juilliard School. Mungkin mereka bisa membantu memberikan rekomendasi ke kedutaan atau semacamnya...
Brengsek! Ini jelas hal yang mustahil!
Ia membobol firewall dan membuka website resmi Juilliard School. Hmm, situsnya terlihat cukup profesional. Pendaftaran bisa dilakukan langsung online, tapi saat ini mendaftar saja tidak ada gunanya bagi Ren He. Juilliard School terkenal dengan kebiasaan buruknya - calon siswa persiapan HARUS menunjukkan bakat langsung melalui pertunjukan, yang tidak berbakat sama sekali tidak dipertimbangkan!
Hal ini membuat Ren He ingin menghancurkan komputernya. Tapi tiba-tiba ia melihat bagian bawah website resmi Juilliard School ada informasi rekrutmen staf pengajar berbakat dengan syarat-syarat seperti pemahaman unik terhadap musik dan lain-lain. Setelah dipelajari, ternyata memang tidak ada persyaratan akting di tempat!
Waduh! Ren He dalam hati mengumpat keras. Ini benar-benar memaksanya menjadi guru!
Nanti kalau ada yang bertanya "Mengapa kamu jadi guru di Juilliard School?", Ren He akan jawab: "Awalnya mau jadi murid, tapi gagal dapat visa untuk akting di tempat. Akhirnya jadi guru saja..."
Akting memaksa ini Ren He sendiri kasih nilai 100!
Dan sekarang sepertinya benar-benar tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh selain menjadi guru?!
Gak peduli lagi, gimana cara nunjukin pemahaman unik tentang musik? Ren He langsung nulis tangan partitur Croatian Rhapsody terus fotoin, terus kirim ke email pendaftaran. Abis itu santai-santai di rumah Siheyuan.
Menurutnya, kalau orang yang bisa nulis Croatian Rhapsody masih dibilang gak ngerti musik, dunia ini brengsek banget! Meskipun gak langsung diterima, paling nggak bisa bikin panitia seleksi penasaran. Asal dapet kesempatan interview semuanya bisa diatur. Ren He masih pegang hadiah sempurna yang bisa ningkatin pengetahuan teori musik ke level ahli Larangan kapan aja. Ngobrolin musik sama bule juga gak ada tekanan!
Tapi pas sore sebelum makan malam, dia cek email barunya yang registrasi di luar negeri tetep sepi. Gak ada satu email baru pun!
Ren He langsung menghirup napas dingin di tempat. Persyaratannya setinggi ini? Satu Croatian Rhapsody aja gak bisa bikin lu balas email?
Gue gak terima!
Ren He juga tidak bertele-tele, langsung menuliskan partitur "Für Elise" dan memotretnya untuk dikirim. Lagu "Für Elise" bisa dibilang tidak terlalu sulit secara teknis, tetapi popularitasnya di kehidupan sebelumnya sangat fenomenal, hampir menjadi lagu wajib bagi pemain piano.
Yang dinilai bukanlah tingkat kesulitan komposisi, melainkan pemahaman murni terhadap musik. "Für Elise" adalah salah satu karya klasik Beethoven, siapa berani meragukan pemahaman musik Beethoven? Ren He bahkan bersumpah akan menyiramkan ramuan air mata setiap hari pada yang meragukannya.
Ren He berpikir kali ini pasti berhasil. Dua lagu masih belum cukup membuktikan kualifikasi untuk sekadar mendapat balasan email? Lu brengsek sok tinggi banget!
Bahkan sebelum Sistem Hukuman Langit sempat merilis misi, Ren He langsung menggunakan hak imunitasnya sekali. Sisa 5 kali.
Ren He yang sekarang, setelah mendaki puncak Everest, jiwa dan raganya benar-benar lelah dan hanya ingin beristirahat. Sama sekali tidak ada minat untuk menyelesaikan misi. Ia sudah menganggap fase ini sebagai periode untuk istirahat dan memulihkan tenaga. Hak imunitas langsung digunakan, biar Sistem Hukuman Langit tidak tiba-tiba menciptakan masalah tak terduga yang tidak bisa ia tanggung...
Mengingat sifat brengsek Sistem Hukuman Langit itu, mungkin saja di saat ia paling ingin beristirahat justru diberikan misi berkesulitan tinggi.
Lagipula menggunakan sekali hak imunitas untuk membawa "Für Elise" ke dunia paralel juga tidak rugi. Ini kan karya klasik Master Beethoven.
Malam itu, setelah menghabiskan bubur beras putih dan acar lobak pedas asam buatan Paman Wang, Ren He langsung membuka laptop dan membobol firewall untuk mengecek email. Begitu melihat inbox, Ren He langsung panik: "Masa belum dibalas juga?!"
"Dasar watak kerasku ini," geram Ren He sambil duduk di depan laptop menatap tajam layar. "Apa ini brengsek langsung menghabiskan sekali hak imunitas?"
Tapi kalau benar-benar tidak pergi, Ren He juga tidak bisa menelan kekesalan ini. Ia ingin bisa sering bersama Yang Xi, toh ini bukan cinta sepihak, pihak lain juga telah berkorban untuknya.
Tidak percaya tahayulmu! Ren He menulis lagu lagi: Canon! Masih menggunakan hak imunitas, sisa 4 kali!
Sebenarnya kanon bukanlah lagu spesifik, melainkan genre musik: melodi satu suara terus-menerus mengejar suara lain, hingga akord terakhir di bagian penutup, mereka akan melebur menjadi satu, tak terpisahkan. Bahkan bisa dibilang ini adalah teknik.
Yang ditulis Ren He adalah "Canon in D Mayor" paling terkenal saat ini, di kehidupan sebelumnya bahkan puluhan karya film/TV menggunakannya...
Di antara semua versi, Ren He paling menyukai interpretasi dari Pangeran Piano Richard.
Jika kali ini masih tidak ada balasan, Ren He akan mengurus visa turis dan mengintai di depan pintu Juilliard selama setengah tahun, membuat ketuanya menangis setiap hari...
Tentu saja ini hanya imajinasinya, namun sungguh sulit dibayangkan betapa mengerikannya ketika seseorang dengan ketekunan dan kegigihan setiap hari berjongkok di depan pintu rumahmu hanya untuk membuatmu menangis 3 kali selama total lebih dari 60 menit...
……
Malam hari di Tiongkok bertepatan dengan pagi hari di Amerika Serikat, dimana Waktu Beijing Tiongkok dan Waktu Bagian Timur AS memang memiliki selisih tepat 12 jam.
Joseph Polisi, ketua The Juilliard School, kemarin malam pulang ke rumah setelah seharian sibuk. Dua hari terakhir ini kesuksesan pertunjukan orkestra kamar dan kemenangan dalam kompetisi benar-benar membuatnya kelelahan, bahkan setelah bangun tidur ia masih merasakan keletihan yang luar biasa.
Namun tepat pada saat itu, sebuah telepon masuk. Joseph mengangkat telepon, dan suara di seberang garis berkata dengan penuh semangat: "Setelah aku bangun tidur, ada seseorang yang mengirim TIGA partitur sekaligus hanya untuk melamar jadi pengajar di akademi kita! Aku tak bisa menggambarkan perasaanku sekarang. Lihatlah partitur ini! Dia PASTI seorang jenius. Kita HARUS mempertahankannya! Bukan hanya Juilliard yang membutuhkan talenta seperti ini, tapi seluruh dunia musik juga!"
Joseph tahu siapa yang menelepon, dan juga tahu bahwa orang ini takkan sembarangan memuji seseorang. Jika sampai membuatnya bersemangat seperti ini, pastilah ketiga komposisi ini mencapai tingkat kecemerlangan yang luar biasa.
Diam-diam ia membuka email. Begitu matanya melihat partitur pertama, notasi musik langsung mengalir membentuk melodi dalam pikirannya. Setelah menyelesaikan partitur Croatian Rhapsody pertama, Joseph langsung tak sabar membuka halaman berikutnya, lalu yang ketiga!
Joseph duduk di depan komputer tanpa rasa lelah lagi, yang memenuhi darahnya saat ini hanyalah kegembiraan!
Ia mengangkat telepon dan menelepon balik: "Kita membutuhkannya, undang dia! Undang dia untuk menjadi profesor departemen komposisi! Meski tidak punya pengalaman mengajar, undang dulu ke sini!"
Ren He sama sekali tidak menyadari bahwa tidak ada yang merespons karena mereka sedang tidur...
Brengsek efek time dilation!
……
