"Bolehkah saya menggunakan piano di ruang latihan ini?"
Kalimat ini diucapkan dengan tenang, bagaikan seorang tetangga yang tiba-tiba mengetuk pintu rumahmu dan bertanya: "Ada kecap di rumahmu?"
Namun dalam kata-kata tenang ini, terpancar kepercayaan diri yang begitu kuat. Aura pemuda yang berdiri di ambang pintu ruang latihan itu berubah seketika.
Di hadapan keyakinan ini, Joseph bahkan tidak menemukan alasan untuk menolak!
"Bisa digunakan, Tuan Ren He, hanya saja..." Joseph tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu? Apakah bermain tiga lagu itu? Tapi jika hanya sekedar bisa memainkan, itu tidak membuktikan ia adalah penulis karya orisinal.
Ren He sudah berada di depan piano hitam yang indah. Meskipun teknik pianonya berada di tingkat ahli Larangan, ini pertama kalinya ia memainkan piano sebaik ini...
Ia duduk. Lagu pertama: "Für Elise".
Faktanya dalam memainkan piano, kualitas permainan langsung terlihat sejak jari pertama menyentuh tuts. Pertama ketepatan nada, lalu pencarian dimensi yang lebih tinggi, barulah pada akhirnya perasaan.
Pada tahun 1808-1810, Beethoven yang hampir berusia 40 tahun mengajar seorang murid perempuan bernama Therese Malfatti dan memiliki kesan baik padanya. Suatu kali dalam suasana hati yang sangat gembira, ia menulis lagu pendek berjudul "Bagatelle in A minor" untuknya, serta menuliskan "Für Therese" pada partitur. Sebenarnya judul asli lagu ini seharusnya "Für Therese", namun saat penerbitan tahun 1867 terjadi kesalahan penulisan...
Saat Ren He memainkan lagu ini, semua orang seolah terbawa ke kota kecil di negeri asing itu. Kesan baik yang kabur itu tiba-tiba membuncah di hati...
Ini mungkin interpretasi paling memikat hati yang pernah mereka lihat sejak melihat partitur. Mereka sendiri pernah memainkannya, tapi kini semuanya terasa tak berarti dibandingkan ini.
Hmm... Mungkin ini benar-benar sang pencipta. Kalau tidak, Mengapa bisa dimainkan secara sempurna?
Namun meski bukan pencipta, keahlian musiknya sama sekali tidak bisa diabaikan. Setidaknya guru kelas piano di Juilliard School saat ini mengakui masih ada sedikit jarak antara dirinya dengan Ren He.
Setelah menyelesaikan "Für Elise", Ren He langsung melanjutkan dengan memainkan "Canon".
Gaya musik yang riang dan ritme ceria itu dengan sempurna mengeluarkan semua orang dari gejolak emosi "Für Elise" tadi. Bahkan semua pendengar Canon hampir tak sabar ingin menari!
Namun ketika Ren He selesai memainkan Canon, ia tiba-tiba berdiri sambil tertawa: "Bisakah kalian memberiku sebuah biola?"
Untuk apa biola? Semua orang bingung. Sebagai ahli di bidang musik, mereka paling paham - menguasai banyak alat musik sebenarnya tidak terlalu sulit. Tapi masalahnya, pada level ahli Larangan seperti Ren He, pastinya kemampuannya pada biola lebih rendah daripada piano. Mengapa tidak terus main piano saja?
Dan semua orang masih merasa tak percaya, tingkat piano seorang pemuda Tiongkok berusia 16 tahun ternyata sudah membuat mereka memberikan evaluasi 'maestro' di hati... Ini benar-benar tak terpercaya!
Joseph berpikir sejenak: "Peter, pergilah ke kantorku dan ambilkan biolaku."
Joseph sendiri adalah pemain biola. Hanya saja orang lain terheran-heran, biola Joseph biasanya sangat dihargai seperti harta karun, sekarang malah diperbolehkan digunakan oleh orang asing?
Peter melaju kencang ke kantor Joseph untuk mengambil kotak biola, lalu kembali dengan cepat dan menyerahkannya ke Ren He.
Ren He dengan serius membuka kotak dan mengeluarkan biola. Tiba-tiba semua orang menyadari, dari tiga lagu hanya tersisa Croatian Rhapsody. Apakah dia akan memainkan Croatian Rhapsody dengan biola?!
Sebelumnya saat berantem memilih tiga lagu ini bahkan tidak terpikir untuk menggunakan alat musik lain. Tak disangka Ren He malah memilih biola di saat seperti ini.
Faktanya, sebelumnya di pesta dansa Sizhong, ia telah menggunakan biola untuk mengiringi Liu Jiamin. Nyatanya, biola juga dapat menyajikan secara sempurna aura penuh semangat yang terkandung dalam Croatian Rhapsody.
Saat Ren He berdiri di panggung ruang latihan sambil menutup mata, dentuman musik mulai meledak dari senar kecapi. Seperti peluru meriam yang menari-nari di langit Kroasia selama kekacauan perang, melesat melintasi kepala semua orang.
Di tengah kekacauan tembakan ini, Ren He tegak berdiri - tanpa rasa takut, dendam, ego, maupun penyesalan.
Bahkan tingkat permainan biolanya mencapai tingkat ahli... Joseph teringat, meski bukan pencipta lagu-lagu ini, ia sepenuhnya memenuhi kualifikasi untuk menjadi profesor pengajar piano atau biola!
Ini baru usia 16 tahun!
Saat Ren He menyelesaikan lagu terakhirnya, bahkan dirinya sendiri terpejam matanya selama dua detik untuk meresapi momen sebelum membuka mata. Yang menyambutnya adalah tepuk tangan meriah dari seluruh staf dan fakultas Juilliard School: "Luar biasa, jenius!"
Ren He tersenyum. Ya, mungkin ini sudah cukup spektakuler bagi orang lain, tapi bagi dirinya sendiri, masih belum cukup!
Berdiri di atas panggung ini, menyaksikan para musisi tingkat dunia memberikan apresiasi, Ren He mulai menikmati panggung ini dengan sepenuh hati.
Meski panggung ini terbatas pada lingkungan internal Juilliard, justru itulah yang sesuai dengan keinginan Ren He. Jika harus terbuka untuk publik, malah tidak mau—karena ia tak ingin menjadi selebritas.
Dengan penuh hormat, Ren He mengembalikan biola ke dalam kotaknya dan menyodorkannya kembali pada Joseph. Namun sebelum Joseph sempat membuka mulut, ia sudah kembali duduk di depan piano.
Para hadirin saling pandang. Apa yang akan dilakukan? Bukankah tiga komposisi sudah selesai dimainkan? Apakah akan mengulanginya lagi?
Tidak perlu tidak perlu, kami tahu kau jempolan, berhentilah memutar ulang ya...
Namun saat Ren He menjentikkan nada pertama, semua orang terpaku lalu menunjukkan ekspresi kegirangan liar, mata berbinar penuh semangat: Komposisi baru! Pemuda ini ternyata akan memainkan karya baru!
Ren He mengabaikan mereka, tenggelam dalam kegembiraan tak terduga.
Karya No.13 Beethoven, Sonata Patetik, Bab 3! Klasik yang lama tak terdengar!
Di kehidupan sebelumnya, ini mungkin salah satu musik klasik paling familiar bagi remaja Tiongkok. Ada yang bertanya: Namanya 'Patetik', tapi kenapa gaya musiknya riang?
Sebab bab ini merefleksikan hasrat Beethoven akan kebebasan dan keindahan setelah melewati amarah dan kepedihan.
Ada yang bilang lagu ini sebenarnya tidak sulit, cukup lulus level 8 piano sudah bisa memainkannya. Tapi Ren He hanya bisa berkata: Bisa memainkan dan memainkannya dengan baik itu sangat berbeda.
Apakah lagu ini sulit? Tergantung standarmu dan standar pendengar: Bagi pianis amatir, sesulit meraih langit biru, sebab mereka bahkan tak mampu menyetem nada dengan benar.
Bagi pianis hobi, tidak sulit, karena mereka tak mengejar kualitas permainan, asal nadanya tepat sudah cukup.
Bagi pianis profesional, terlalu sulit, karena pada tingkat itu, ketepatan nada hanyalah hal paling dasar belaka.
Dan saat ini semua yang hadir di sini adalah ahli, maka ketika Ren He mulai menginterpretasikan lagu ini, mereka langsung memahami betapa sulitnya memainkan karya ini dengan sempurna!
Tapi, kesulitan itu bukan masalah, toh kemahiran musik yang Ren He tunjukkan dalam tiga lagu sebelumnya sudah memberi mereka peringatan awal.
Yang lebih mereka pedulikan adalah: Ini lagu baru lagi!
Ini lagi-lagi sebuah karya yang akan menjadi klasik!
Pada momen ini, tak ada yang bisa lagi meragukan identitas Ren He sebagai pencipta lagu. Ia pertama-tama menaklukkan telinga semua yang hadir dengan tingkat permainannya, lalu menggunakan lagu baru ini untuk menaklukkan imajinasi semua orang tentang bakat.
Mereka bahkan sampai sekarang masih sulit mempercayai bahwa seorang remaja 16 tahun bisa menciptakan 4 lagu klasik seperti ini!
Dunia ini terlalu gila!
