Kabar tentang profesor 16 tahun di Juilliard School langsung viral. Saat Harvard mengangkat profesor Tionghoa 27 tahun sebagai yang termuda dulu saja sudah gempar, apalagi yang baru 16 tahun ini.
Media musik New York saat itu langsung berbondong-bondong mendatangi Juilliard School untuk mewawancarai Ren He, namun Ren He sudah menghilang. Setiap hari ia hanya tidur-tiduran dan main Dota di rumah barunya. Agen Dota di Amerika pilihannya cukup bagus, selama seminggu bermain tidak ada masalah server sama sekali. Akhirnya ia pun merasa tenang.
Di saat yang sama ia menyadari, mode konsumsi pembelian skin hero dalam Dota mulai diterima masyarakat. Jumlah pemain online bersamaan pun terus meningkat.
Saat ini adalah fase istirahat dan pemulihan tenaga, jadi Ren He bermain dengan nyaman. Ia baru perlu muncul lagi saat tahun ajaran baru dimulai. Karena itu ia mengisolasi diri sepenuhnya, fokus total pada Dota...
Hasilnya, dalam waktu kurang dari dua minggu, Ren He langsung menduduki peringkat pertama tangga langit Dota server Amerika. ID: anything.
Ren He, Renhe, anything - sepertinya nama-nama ini cukup sepadan.
Untuk memudahkan rekan-rekan di The Juilliard School memanggilnya, Ren He juga meminta mereka menyebutnya "anything". Sebenarnya dari kehidupan sebelumnya di Amerika, ia tahu nama Inggris tidak bisa asal dipilih - seperti menyebut diri "Chanel" atau "Apple" yang di mata orang Amerika terdengar konyol, sementara "candy" bahkan punya konotasi ambigu...
Di kehidupan lampaunya, nama Inggrisnya adalah Lancelot - nama kesatria pertama di bawah Raja Arthur. Tapi kini ia tak peduli lagi, yang penting mudah diucapkan dan punya ciri khas sendiri, biarlah orang lain berpikir apa mau mereka.
Lagipula nama ini murni untuk memudahkan ingatan kolega. Nama Tionghoa sering mereka lupa... Persis seperti orang Tiongkok yang sulit mengingat nama lengkap orang asing.
Jadi saat membuat ID Dota, dengan enteng ia menggunakan "anything".
Lebih dari 400 ribu pemain Dota di AS tiba-tiba menemukan ada Dewa baru bernama Anything di server. Orang ini muncul secara tiba-tiba tanpa jejak sama sekali. Meski gerakannya mungkin bukan yang tercepat, pemahamannya tentang Dota adalah yang paling mendalam...
Saat para pemain masih sibuk pamer skill, Ren He sudah menggenakan item bertahan dan menghajar para pemain AS. Perlahan dia mulai memiliki rekan tim tetap, lalu mengajari mereka berbagai formula kotor yang membuat seluruh server AS menjerit seperti hantu dan serigala.
Tapi meski terus dihajar, semua harus mengakui: bocah inilah pemain Dota paling jago saat ini...
Daya tarik Dota terletak pada kebutuhan akan strategi. Pemain bodoh mungkin bisa memukuli pemain newbie, tapi di tingkat tinggi pasti akan dipermalukan.
Ren He juga tidak khawatir hal ini akan membuat tingkat Dota di dalam negeri tertinggal, fakta membuktikan di kehidupan sebelumnya betapa banyak jenius remaja Dota yang muncul di luar negeri, tapi yang paling jempolan dan kemampuan mengembangkan permainan terkuat tetaplah remaja kecanduan internet Tiongkok.
Remaja kecanduan internet Tiongkok NOMOR 1!
Media yang tidak bisa menemukan Ren He akhirnya hanya bisa mewawancarai Joseph, namun Joseph juga menolak wawancara...
Karena sosok utama semuanya tidak bisa ditemukan, para maestro langsung memposting di forum: "Juilliard School menghormati seni, tapi tahun ini keberanian Anda mengangkat pemuda 16 tahun sebagai profesor kelas piano benar-benar membuat kami mulai meragukan kejadian ini."
Ada juga yang memposting: "Kami bahkan sulit mempercayai seorang pemuda 16 tahun mampu memiliki kemampuan menyebarkan Jalan dan menghilangkan kebingungan, apakah dia merupakan tirai hitam terbesar Juilliard School tahun ini?"
Joseph merasa pusing setiap kali memikirkan harus menghadapi wartawan. Sebenarnya sejak awal saat memutuskan untuk merekrut Ren He, dia sudah memperkirakan masalah ini. Dia tahu keputusan ini pasti akan memicu kontroversi besar. Bukankah saat Harvard mengangkat profesor keturunan Tionghoa berusia 27 tahun dulu juga terjadi hal serupa? Hanya saja keputusan yang dia ambil sekarang bahkan lebih ekstrem...
Usia 16 tahun... Jangankan wartawan, dirinya sendiri setiap kali mengingat hal ini merasa seperti berada dalam ilusi. Jadi lebih baik sama sekali menolak wawancara.
Tapi kini gosip di internet perlahan mulai berkembang, dia tidak bisa tinggal diam begitu saja.
Ia menimbang-nimbang lalu mengirim komentar: "Keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan matang seluruh manajemen The Juilliard School. Kami mengakui tingkat bakat anything secara penuh, bahkan awalnya kami mengundangnya untuk menjabat sebagai profesor komposisi, namun ia sendiri yang menolak. Saat ini mungkin aku bahkan tak bisa membuktikan keputusan kami, tapi sejak berdirinya The Juilliard School tahun 1905, kami tak pernah perlu memberi penjelasan pada orang luar. Kami melakukan apa yang kami anggap benar, lalu membiarkan waktu yang membuktikan kebenarannya. Dan menurutku, dari semua keputusan yang kubuat tahun ini, yang paling tepat justru ini. Jika kalian pernah melihat lagu ciptaannya atau mendengar penampilan langsungnya, pasti akan mengakui semua yang kukatakan ini. Untuk hal lainnya, sementara ini Tidak ada komentar."
Seluruh jagat maya terkejut. Mereka tak menyangka Joseph bisa sekeras dan sememujanya dalam masalah ini. Sebenarnya seperti apa pemuda 16 tahun ini sampai bisa mencapai tingkat seperti ini?
Saat berita ini ditayangkan di TV, Yang Xi sedang berbaring malas di sofa Hotel sambil menonton televisi. Ponselnya sudah diambil, dan di kamar hotel juga tidak ada komputer, jadi hanya bisa menonton TV.
Namun tiba-tiba mata Yang Xi membelalak lebar. Meski dalam berita tidak ada informasi spesifik tentang sosok tertentu - hanya disebutkan nama Inggris sederhana yang kurang pas, saat berita menyebutkan Juilliard School, profesor 16 tahun, serta pujian dari Joseph, tanpa alasan yang jelas seolah ada telepati Yang Xi langsung yakin ini adalah Ren He.
Tanpa sebab, tanpa alasan, dia hanya merasa pasti ini Ren He.
Yang Xi merasakan detak jantungnya mulai berdegup kencang. Saat ini juga dia ingin menangis karena terlalu bersemangat. Setelah mengirim SMS itu, dia tahu Ren He akan datang. Dia yakin ia pasti datang demi dirinya.
Yang Xi bahkan tidak tahu bagaimana Ren He tiba-tiba berubah menjadi profesor Sekolah Musik Julliard. Dia tahu, mungkin ia benar-benar telah datang!
Memikirkan ini, masih ada seberkas rasa bersalah dalam hatinya. Tak tahu berapa banyak penderitaan yang telah ditelan Ren He untuknya kali ini.
Tiba-tiba Yang En mengetuk pintu dan masuk ke suite. Yang Xi buru-buru mematikan TV dan berlagak tenang. Yang En curiga meliriknya lalu menyalakan kembali TV. Saat itu, hati Yang Xi serasa ingin keluar dari tenggorokan - tak tahu apakah Yang En akan menyadari bahwa "orang itu" adalah Ren He.
Bahkan di detik ini, dia telah bulat hati: jika keluarga kembali mengetahui, dia akan bersikeras pada keputusannya. Orang itu sudah terlalu banyak berkorban untuknya.
Namun ketika Yang En menyalakan TV, segmen berita itu sudah lewat...
Yang Xi perlahan menghela napas lega. Syukurlah tak terlihat.
Biar Yang Xi berpikir, pasti Ren He masih ingin merahasiakan hal ini dari Su Ruqing dan Yang En seperti biasa.
Tapi kali ini dia benar-benar keliru... Ren He sudah muak merasakan perasaan ngumpet di depan ibu mertua, kali ini dia melanggar norma sosial dengan menjadi profesor di Juilliard, bukan sekadar untuk bersama Yang Xi.
Persis seperti dulu ketika Yang Xi menempuh sepuluh ribu li hanya untuk memberi tahu Ren He, bahwa dia mau mendukung mimpinya.
Kini Ren He melintasi 12 zona waktu dan samudera ke New York, ingin membuktikan pada Su Ruqing dengan tindakan nyata: tak ada yang bisa memisahkan mereka.
