Mungkin saat ini banyak orang merasa keputusan Juilliard School yang melantik seorang pemuda 16 tahun sebagai profesor piano terasa sangat tidak masuk akal. Dalam kesan semua orang, usia 16 tahun masih terlalu muda - muda sampai seolah belum ada waktu baginya untuk tumbuh menjadi seorang guru besar atau teladan sebagai pendidik.
Jika semua ini dianggap wajar, tentu tak akan ada begitu banyak media yang berebut meliput peristiwa ini.
Namun perjalanan Ren He melintasi samudra sebenarnya tidaklah mudah, Juilliard School pun tidak sepenuhnya mempercayainya. Ia sendiri yang membuktikan kemampuan hingga pantas menduduki posisi tersebut.
Saat pertama kali masuk ke ruang kelas, 6 murid dan orang tua mereka di bawah panggung meski sudah mempersiapkan mental, tetap terpaku ketika Ren He benar-benar berdiri di sini. Pemuda seusia bahkan lebih muda inikah yang akan menjadi guru mereka?
Perlu diketahui bahwa murid Ren He bukan hanya siswa pra-universitas, tapi juga mahasiswa tingkat atas. Ini memang mode pengajaran Juilliard School yang mirip sistem guru-murid ala Tiongkok. Semua mahasiswa jurusan piano berkumpul di sini, termasuk yang berusia 19 tahun...
Tapi entah bagaimana, begitu Ren He berdiri di sana, semua langsung merasakan aura seorang guru. Dari kebijaksanaan dan kilau spiritualnya, sama sekali tak terlihat seperti pemuda 16 tahun!
Tepat pada momen ini, keluarga Yang Xi tiba di depan pintu ruang kelas. Selama lebih dari sebulan, Ren He telah menanti-nanti detik ini untuk memberi kejutan besar kepada Yang Xi, Su Ruqing, dan Yang En.
Kejutan Yang Xi terletak pada kenyataan bahwa Ren He benar-benar datang ke Sekolah Musik Juilliard seolah-olah tak ada yang tak mungkin, bahkan secara misterius menjadi gurunya sendiri! Membayangkan kesulitan yang pasti dihadapi Ren He—mengatasi hambatan usia untuk menjadi guru—pastilah lebih sulit daripada saat masuk Sizhong dulu.
Hatinya dipenuhi sukacita. Sejak dulu ia tahu tingkat permainan piano Ren He bahkan dikagumi oleh Liu Jiamin, siswa berbakat kelas Dao Yuan Sizhong. Permainannya memang terasa sangat berbeda. Namun sebelumnya, demi tidak menyia-nyiakan waktu berharga Ren He, Yang Xi selalu memilih guru dari luar.
Tapi permainan guru luar itu selalu terasa kurang sesuatu dibandingkan Ren He—seakan kehilangan jiwa.
Sekarang kedua orang ini akhirnya bisa bersama, di negeri asing yang jarang dikenali orang. Tanpa orangtua, tanpa wartawan, identitas sebenarnya mereka berdua akhirnya jelas-jelas terungkap sebagai sepasang kekasih.
Tentu saja, mereka tetap harus memperhatikan gosip karena sejak 1984 ketika peraturan baru Harvard dimulai, AS telah melarang hubungan cinta guru dan murid...
Peraturan ini pertama kali berasal dari tahun 1984 ketika Universitas Harvard menjadi pelopor dalam mencanangkan larangan hubungan asmara antara profesor dengan mahasiswa yang langsung diajar atau dibimbingnya, menjadi aturan larangan hubungan guru-murid pertama di perguruan tinggi Amerika. Untuk waktu yang lama setelahnya, hubungan asmara antara guru dan murid tanpa hubungan pengajaran/bimbingan langsung masih diizinkan di kampus. Hingga tahun 2001 ketika seorang pengajar dari College of William & Mary di Virginia mempublikasikan kisah asmaranya dengan mahasiswi yang sudah menikah di majalah pria, kisah ini menimbulkan dampak opini publik yang besar. Kekhawatiran atas tuduhan pelecehan seksual terhadap pengajar mendorong kampus tersebut melarang hubungan guru-murid. Aturan ini dengan cepat diadopsi oleh banyak universitas Amerika, terutama universitas swasta.
Karena itu, Yang Xi dan Ren He tidak bisa melanggar tabu tradisional Amerika ini karena akan memberikan dampak sangat buruk bagi Yang Xi.
Namun masalahnya adalah keduanya sama sekali tak peduli, asal bisa bersama lebih penting dari apapun. Tujuan Ren He datang ke sini juga agar orangtua Yang Xi menerima mereka, bukan membuat publik Amerika menerima mereka...
Tentu saja, Ren He masih mempertimbangkan cara lain untuk menyelesaikan masalah ini...
Saat sampai di hadapan Su Ruqing dan Yang En, kejutan ini dalam kadar tertentu bagaikan sesuatu yang mengejutkan...
Su Ruqing sebelumnya telah mempelajari peraturan The Juilliard School dengan detail, seperti cara pendaftaran ujian siswa pra-kuliah: Harus berakting langsung di tempat.
Hal seperti ini mustahil diselesaikan kecuali oleh orang seperti Yang En yang memiliki hubungan internasional, karena itu dia yakin Ren He tidak mungkin datang bersekolah di sini.
Tapi yang sama sekali tak terduga adalah, Ren He memang tak bisa bersekolah di sini, tapi malah menjadi guru!
Apa ini rasanya?! Bagaimana bisa pacaran dini seperti ini tak bisa dicegah?!
Saat pertama kali mendengar berita itu, saya hanya mengagumi betapa banyak jenius di AS. Profesor musik usia 16 tahun benar-benar luar biasa! Lingkungan pendidikan AS sangat baik, keramahan masyarakat juga patut dicontoh. Tapi sekarang baru tersadar, ini sama sekali bukan jenius musik Amerika - ini jenius musik Tiongkok!
Masih bicara soal keramahan... Su Ruqing adalah orang pertama yang TIDAK BISA ramah!
Hanya saja dia tak mengira, sebelumnya benar-benar meremehkan pemuda ini. Dikira hanya menulis beberapa lagu pop untuk menipu putrinya, ternyata dia benar-benar memiliki kemampuan mumpuni!
Jika tidak, mustahil bisa menjadi profesor di Juilliard dan mendapat pengakuan besar dari Ketua Joseph.
Kebetulan Yang En sebelumnya berteman dengan Joseph. Itulah sebabnya visa pelajar Yang Xi bisa langsung diproses setelah Joseph mengirim surat resmi ke imigrasi.
Bagi Yang En, perasaannya cukup sederhana. Selama ini dia selalu merasa pemuda Ren He ini tidak biasa, tetapi aspek ketidakbiasaannya terletak pada kemampuannya berulang kali menghadapi organisasi luar negeri dan selamat keluar dengan utuh. Jangankan orang biasa tanpa pelatihan, bahkan Wang Ping dulu pun terkena tembakan dan harus dirawat selama 3 bulan baru sembuh.
Saat menjenguk Wang Ping kemudian, Wang Ping menyampaikan pendapatnya: "Aku menyaksikan langsung dia menendang tubuh pembunuh bayaran asing itu. Layang-layang putus talinya, sang pembunuh itu terhempas ke tembok tanpa daya melawan..."
Pembunuh bayaran asing itu sudah tidak memiliki nilai interogasi lagi. Sekarang hanyalah manusia biasa, tumbuhan...
Yang En merasa Ren He bagaikan kotak kecil misterius. Bahkan kita tak tahu apa lagi yang tersimpan di dalamnya.
Su Ruqing berdiri di sana tiba-tiba dilanda kebingungan, tak tahu harus bagaimana menangani situasi ini.
Yang Xi sebelumnya mengira Ren He akan menyembunyikan situasi ini dari Su Ruqing dan yang lain, tapi sekarang jelas bahwa pihak lawan tidak bisa disembunyikan. Jika orangtua sampai melarangnya bersekolah di sini lagi, bukankah semua usaha Ren He selama ini jadi sia-sia?
Perasaan bersalahnya sudah memuncak. Tapi soal kepindahan ke AS ini, tak seorang pun bisa benar-benar melawan keinginan keluarga. Menyimpang dari norma dan memutus hubungan keluarga juga bukan hal yang diinginkan Ren He. Namun jika ia terus membiarkan Su Ruqing memindahkannya sekolah lagi, maka ia benar-benar tak ingin bertemu Ren He di masa depan karena malu tak sanggup menghadapinya.
Yang Xi menoleh tajam memandangi mata Su Ruqing dan berkata serius: "Aku harus bersekolah di sini. Mohon akui hubungan kami. Aku tidak akan kemana-mana lagi."
Tentu mereka paham betul karakter putri mereka sendiri. Saat kalimat itu benar-benar terucap, mereka pun menyadari bahwa kejadian ini sudah tidak bisa diperbaiki lagi.
Bagi Su Ruqing, tujuan awalnya adalah agar putrinya terlindung dari luka perasaan di usia dini, sekaligus bisa berintrospeksi diri di AS alih-alih terkontaminasi kekotoran dunia hiburan yang berantakan di dalam negeri.
Dari sudut pandang emosional, jika dia tetap memaksa memisahkan mereka, justru dirinya sendiri yang akan menyakiti sang anak.
Secara akademis, terus menerus menuntut Yang Xi pindah sekolah sama saja dengan menelantarkan proses belajarnya.
Bagaimanapun, Ren He si pemuda ini telah menempatkannya di posisi serba sulit yang tak terduga. Akankah dia mundur?
Ya, demi anaknya dia harus mengalah.
Lebih dari itu, pemuda ini telah membuktikan bahwa janjinya dini bukan sekadar kesombongan karakter, melainkan kemampuan sebenarnya. Seberhasil apapun Su Ruqing di bisnis, tetap tak bisa menyaingi segala yang telah Ren He lakukan untuk Yang Xi.
Bahkan pada suatu saat ia sempat berpikir, mengapa dulu Yang En tidak bisa melakukan hal seperti ini untuknya.
Su Ruqing menghela napas dan berkata dalam bahasa Mandarin: "Kita segera pulang ke rumah kita, malam ini mari memakan malam bersama."
Ren He tersenyum, setelah satu setengah tahun, akhirnya ia berhasil membuat Su Ruqing dipaksakan menerima dirinya. Ini sungguh pencapaian yang tidak mudah.
