Saat Su Ruqing mengajak makan malam bersama, mata Yang Xi berbinar. Ini berarti Su Ruqing mulai melunak, setidaknya tidak akan lagi menentang sepenuhnya seperti dulu, meski tentu tak akan mudah begitu saja.
Di hari pertama sekolah, Ren He perlu memperkenalkan diri sebagai guru. Meski datang demi Yang Xi, masalah-nya kini ia harus menjalankan tugas dengan baik mengajar murid. Sama seperti pepatah "mencintai pekerjaan yang dilakukan", tak peduli berapa lama ia bertahan, yang penting dilakukan dengan baik.
Kalau tidak, pihak Sekolah Musik Juilliard sudah sangat menghormati dan berani menanggung tekanan untuk menaikkan posisiku ke level ini. Jika malah membuat mereka terus menerus mendapat kritik dan tekanan, itu sungguh tidak pantas.
Prinsip Ren He dalam pergaulan adalah membalas budi. Jika kau baik padaku, aku akan baik padamu. Bagaimanapun, Ren He datang ke sini tanpa agenda lain. Pernah terpikir untuk mendirikan industri baru di sini, tapi setelah dipikir-pikir tidak semudah itu. Yang bisa dilakukannya hanyalah di bidang IT. Namun di industri yang mudah mengumpulkan informasi pengguna seperti ini, orang Tiongkok sulit berkembang di sana.
Keterbukaan dan kebebasan yang digembar-gemborkan itu hanya berlaku untuk orang Amerika, bukan orang Tiongkok.
Meski sampai jam pulang sekolah para murid masih penuh rasa ingin tahu dan keraguan terhadap guru baru mereka yang berusia 16 tahun ini, mereka tidak bisa memilih-milih karena sudah berada di sini. Tinggal menunggu waktu mengajar berikutnya untuk melihat tingkat kompetensi sang guru.
Menjelang sore, Yang En akhirnya mengembalikan ponsel kepada Yang Xi. Karena Ren He sudah ada di sini, menyita ponsel tidak ada gunanya lagi.
Sejujurnya Yang En sendiri juga penasaran, seperti apa sebenarnya tingkat musik Ren He sampai bisa menjadi profesor piano di konservatori musik kelas dunia...
Su Ruqing merasa kesal sepanjang sore, tapi Yang En berbeda, malah merasa Ren He semakin menarik.
Sebelumnya dia menduga Ren He mungkin bukan orang biasa atau punya hubungan tidak jelas dengan suatu pihak, tapi Tian Qu sudah memastikan Ren He bersih, jadi Yang En tetap menghargai keputusan Yang Xi, hanya saja pacaran di usia 16 tahun tetap tak bisa diterimanya.
Tapi sekarang masalahnya adalah, tidak menerima pun sudah tidak bisa...
Ini anak siapa yang bisa memaksa orang tua sampai segini? Hanya ada satu di dunia ini!
Sepanjang sore, Su Ruqing terus memprotes Yang En, bukan karena tidak menjaga Yang Xi, tapi mempertanyakan kenapa Yang En harus membawa Yang Xi kembali ke Luocheng...
Ini benar-benar Momen Memalukan, Yang En merasa dirinya juga tak bersalah, mana mungkin ia menyangka kemampuan Ren He sehebat ini!
Tempat makan malam dipilih oleh Su Ruqing, restoran Prancis. Ren He baru pertama kali melihat orang Tiongkok di AS menyantap masakan Prancis, terkesan sangat mewah bentuknya...
Namun wanita kuat seperti Su Ruqing memang menyukai segala sesuatu yang terkendali. Dalam situasi ini karena ibu mertua sudah melunak, Ren Harus melayani dengan baik ibu mertua - makan apa saja yang diinginkan, nanti juga buka sebotol cola tahun 82!
Saat makan malam, Yang En dan Su Ruqing duduk di satu sisi, Yang Xi dan Ren He di sisi lain. Sikap mental Yang En cukup relaks. Setelah Su Ruqing berhenti memberinya tekanan, dia akhirnya bisa bernapas lega. Dengan senyum lebar ia memandangi Yang Xi dan Ren He, tiba-tiba merasa dua remaja ini cukup cocok...
Melihat ekspresi riang Mertuanya, Su Ruqing langsung kesal. Meski di hatinya sudah memberi kelonggaran, teguran untuk Ren He tetap harus dilakukan: "Aku tidak menyangka situasi akan berkembang seperti ini. Tapi aku juga melihat tekad baja Ren He. Sebelumnya sudah kukatakan padamu, Ren He, sebenarnya bukan dirimu yang kusanggah, melainkan keberatan atas hubungan asmara Yang Xi yang terlalu dini. Aku tekankan beberapa hal: Pertama, kalian dilarang mengumbar hubungan di Amerika. Di sini hubungan asmara guru-murid tidak diperbolehkan. Jangan sentuh larangan ini. Kedua, kalian tidak boleh tinggal serumah di Amerika. Jika melanggar, aku akan tetap menentang keras hubungan kalian!"
Ren He buru-buru mengangguk: "Tenang saja Bu, aku benar-benar paham batasannya. Dia masih kecil, kami pasti tidak akan bersalah!"
Su Ruqing terdiam lama setelah mendengar ucapan Ren He. Masih kecil? Usiamu sendiri lebih tua berapa tahun? Kok bicaranya kayak orang dewasa?!
Dia merapikan alur pikirannya namun hatinya masih belum tenang, kemudian melanjutkan: "Cinta tidak hanya tentang romansa, tapi juga tanggung jawab. Ren He, meskipun sekarang kamu sudah menjadi profesor, pernahkah kamu mempertimbangkan bahwa dirimu sendiri masih berstatus murid? Pandangan dunia, konsep kehidupan, dan nilai-nilaimu sendiri bahkan belum terbentuk, bagaimana..."
"Tenang saja Bu, saya sudah merencanakan untuk menyumbang perpustakaan ke Universitas Columbia tahun depan, lalu melanjutkan studi!" kata Ren He dengan serius.
Faktanya banyak universitas di AS memang seperti ini - 30% mahasiswa setiap tahun masuk melalui jalan belakang. Yang punya koneksi bisa menyumbang toilet, yang tidak punya koneksi menyumbang perpustakaan. Ada juga kategori anak alumni atau anak karyawan, semua ini hal yang sangat wajar. Ren He bukan anak alumni, bukan anak karyawan, juga tidak punya koneksi. Jika tidak bisa menyumbang toilet, ya menyumbang perpustakaan saja...
Bagian konstruksi tanah sebuah perpustakaan hanya 6 juta RMB saja. Bagi Ren He, 6 juta untuk membeli kepuasan orangtua dan ibu mertua, plus kehidupan kampus yang diidamkannya, ini benar-benar menguntungkan. Lagi pula, menyimpan uang terlalu banyak tanpa digunakan juga membosankan.
Su Ruqing hampir tersedak, baru setengah bicara sudah dipotong oleh Ren He. Dengan nada dingin ia berkata: "Tahu belajar itu baik, tapi jangan terlalu mengandalkan kekuatan ekonomi keluarga. Keluargamu memang cukup terpandang. Aku dan ibumu juga pernah beberapa kali bertemu - di lingkaran bisnis sekarang dia memang sangat berpengaruh. Tapi di masa kuliah saja kau sudah pakai uang keluarga beli mobil, beli rumah Siheyuan di ibukota, sekarang mau menyumbang perpustakaan lagi. Terlalu tidak menghargai uang hasil keringat darah orangtuamu!"
Oh, Ren He langsung paham mendengar ini. Rupanya keluarga mereka sudah lama diketahui. Syukurlah, karena Su Ruqing sendiri adalah wanita karier yang merasa bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa melibatkan orang lain, dia tidak melapor ke Ibu Ren. Nyatanya Su Ruqing memang berpikir demikian - jika sampai tak bisa mengatasi seorang siswa SMA, pantaskah disebut wanita karier?
Namun fakta membuktikan, dia memang tak sanggup mengatasinya...
Seandainya Su Ruqing memilih melaporkan ke Ibu Ren kali ini, masalah ini akan jauh lebih mudah diatasi. Jika semua harta Ren He tidak disita untuk memaksanya bersekolah dengan tenang, itu sudah bukan gaya khas Ibu Ren lagi...
Jangan lihat Ren He sekarang sudah menghasilkan banyak. Dibandingkan dengan proyek properti komersial Ibu Ren saat ini, benar-benar bukan level yang sama...
Di mata Ibu Ren, semua ini dikumpulkan untuk masa depan Ren He. Ren He cukup fokus belajar saja, sekarang belum perlu mencari uang... Logika seperti ini sebenarnya juga tidak dipahami oleh Ren He.
Tapi karena ibu mertua sudah punya kesan bahwa aku ini pemboros, harus diubah juga. Ren He memilih kata-kata dengan hati-hati: "Begini, uang yang saya pakai sebenarnya hasil jerih payah sendiri, tidak mengambil sepeser pun dari rumah. Ibu hanya memberi uang jajan 5 yuan per bulan, setelah pindah ke ibukota dan mulai kos, baru dinaikkan jadi 200 yuan per bulan. Sisanya semua diubah jadi kartu voucher supermarket..."
Mengingat ini, Ren He merasa geli di selangkangan. Kalau bukan karena bisa cari uang sendiri, betapa menyedihkan hidupnya?!
Namun kalimat ini terdengar berbeda di telinga Su Ruqing. Yang En juga terkejut!
Mereka tahu betul berapa nilai rumah Siheyuan di Liu Hai Hutong ibukota. Bukankah Ren He cuma jenius musik? Dari mana dapat uang sebanyak itu?
……
