Jika menyebut perusahaan game Qinghe mungkin masih ada yang belum tahu, tapi Yayasan Qinghe sekarang sudah sangat terkenal di Tiongkok, terutama karena Zhou Wumeng.
Dulu ketika Zhou Wumeng mengundurkan diri dari Kelompok Media Ibukota dan menyatakan pensiun total, tiba-tiba bergabung dengan yayasan amal kecil tidak terkenal seperti Qinghe - ini jelas jadi peristiwa besar di mana-mana. Saat itu hampir semua media cetak resmi memberitakannya.
Zhou Wumeng pun gencar mempromosikan pemilik barunya, terutama saat keluar dari gedung Kelompok Media Ibukota, ia langsung mendorong sosok tersembunyi di balik Yayasan Qinghe ke sorotan panas.
"Siapa yang memenuhi kualifikasi menjadi bos Zhou Wumeng?" Topik ini sempat menjadi yang paling viral kala itu.
Belakangan orang baru sadar mode operasi Yayasan Qinghe: meski disebut dana amal, mereka sama sekali Tak Kekurangan Uang, bahkan menolak donasi eksternal - sepenuhnya gaya "hibur diri". Gue punya duit sendiri, mau diapain ya terserah, nggak ajak kalian main.
Ini sungguh menarik!
Bahkan karena mode operasi yang segar dan transenden ini, di dalam negeri menciptakan gelombang tekanan untuk memaksa donasi - bukan memaksa siapa pun menyumbang, tapi memaksa Yayasan Qinghe menerima sumbangan. Benar-benar fenomena langka!
Pada akhirnya, Yayasan Qinghe tetap mengumumkan bahwa mereka lebih suka bermain sendiri, tidak ingin diikat oleh opini publik.
Berwibawa! Jempolan!
Faktanya, kemudian semua orang tahu bahwa kewibawaan Yayasan Qinghe sepenuhnya ditopang oleh novel global bestseller "Sang Pengejar Layang-Layang". Konon kabarnya sekarang ada karya baru lagi...
Orang-orang seperti Su Ruqing dan Yang En akan dianggap sangat tertinggal informasi jika sampai tidak mendengar peristiwa sebesar ini.
Jadi ketika Ren He tiba-tiba memberitahu mereka: "Ya, saya adalah pemilik baru Lao Zhou, saya pengambil keputusan utama Yayasan Qinghe..."
Bagaimana perasaannya? Bahkan lebih terpana dibandingkan ketika Ren He mengungkapkan urusan perusahaan game Qinghe sebelumnya!
Seorang pemuda 16 tahun tidak hanya menghasilkan uang dari membuat game, tapi juga menulis beberapa buku bestseller, lalu melepas hak ciptanya tanpa mengambil sepeser pun dan bersama tokoh besar sastra mendirikan yayasan amal...
Inikah yang seharusnya dilakukan remaja 16 tahun? Kau benar-benar di luar pakem! Apa guru tak pernah bilang tugas murid ya belajar dengan baik?
Su Ruqing terdiam. Dia tak menyangka tegurannya pada Ren He justru memancing rentetan kejadian ini. Dari mana munculnya? Kok bisa anak borjuis tiba-tiba berubah jadi pemuda inspiratif yang berwirausaha dan penuh cinta kasih?
Yang En malah ceria: "Bagus! Saat sukses harus peduli pada seluruh jagat, menghasilkan uang lalu tulus beramal, sangat baik!"
Su Ruqing yang sedang kesal melihat tingkah sekutu yang justru 'memberikan komentar pedas' ini. Matanya menyorot tajam ke Yang En sebelum berkata pada Ren He: "Memang aku salah menilaimu."
Hah, Ren He tidak menyangka sang ibu mertua bisa meminta maaf padanya. Ia bahkan tak pernah berharap hal ini. Menantu mana yang berharap ibu mertua akan meminta maaf? Putri kesayangan mereka sudah diberikan padamu, lebih baik terima saja.
"Anda terlalu baik. Pada dasarnya ini semua yang kulakukan. Aku tak merasa diri ini luar biasa, hanya saja aku benar-benar tak bisa kehilangan Yang Xi. Mohon maafkan segala kesulitan yang kubicarakan belakangan ini. Keberangkatanku ke Amerika ini semata untuk membuktikan pada Anda: meski kami masih muda, meski masih banyak waktu di depan, tapi aku sudah siap," kata Ren He dengan tenang dan penuh kesungguhan. Ini pertama kalinya dalam kehidupan sebelumnya maupun kini ia mengucapkan kata-kata seperti ini, demi mendapatkan pengakuan orangtua Yang Xi.
Saat ini Su Ruqing masih mencerna volume informasi yang dibawa Ren He. Dari situasi sekarang, sepertinya memang tak ada remaja sebayanya di Tiongkok yang bisa menyaingi Ren He. Ia memang membeli rumah Siheyuan, tapi semua itu dibeli dengan uang hasil jerih payahnya sendiri.
Tidak, bahkan secara global, mungkin tidak ada pemuda manapun yang bisa dibandingkan dengan Ren He.
Su Ruqing sekarang juga tidak tahu apakah mundur selangkah menyetujui mereka berpacaran ini akhirnya rejeki atau musibah.
Dengan tenang ia berkata: "Kalian ingat baik-baik dua permintaan yang kusampaikan saja."
Permintaannya juga demi kebaikan Yang Xi, di satu sisi tidak akan mendapat kecaman gosip, di sisi lain kekhawatiran dua anak muda ini nekat mencoba buah terlarang.
Saat bubar malam hari, Ren He tiba-tiba menyadari apartemen yang mereka beli untuk Yang Xi ternyata satu gedung dengan miliknya... Ren He buru-baru berkata "Paman dan Tante, Yang Xi, sampai jumpa" lalu berjalan ke arah lain...
Orang tua baru saja mengingatkan untuk tidak mencoba buah terlarang, kalau tahu kita satu gedung pasti akan berpikiran macam-macam. Lebih baik tunggu mereka pulang dulu, baru aku kembali...
Setelah tiba di rumah, Su Ruqing duduk di sofa sambil termenung. Yang En tertawa: "Jangan terlalu khawatir, menurutku Ren He cukup baik kok."
“Hmm, sangat bagus, benar-benar luar biasa. Jika orang biasa mana mungkin melakukan ini semua demi Yang Xi? Aku sulit membayangkan bagaimana seorang pemuda Tiongkok berusia 16 tahun bisa sukses merintis usaha dengan nilai diri puluhan miliar, lalu tiba-tiba berubah menjadi profesor pelajaran piano di Juilliard School,” kata Su Ruqing dengan tenang. Dia sangat paham valuasi pasar Perusahaan Game Qinghe yang diperkirakan dunia luar saat ini, 2.1 miliar!
Dan angka ini terus meningkat seiring kemampuan menghasilkan uang mereka yang bertambah.
Pada suatu momen, dia bahkan bingung bagaimana mengevaluasi pemuda ini. Jika ini orang asing, pasti akan membuatnya terkagum-kagum. Tapi setelah melibatkan Yang Xi, rasanya sangat menjengkelkan, benar-benar menguji kesabaran. Menantu orang lain semua penurut, kenapa menantu kita ini malah seperti iblis?
Untungnya Ren He tidak membocorkan kebiasaannya yang sering mempertaruhkan nyawa. Kalau tidak, Su Ruqing mungkin langsung membawa Yang Xi pulang ke rumah kita dan mengawasinya setiap hari. Bagaimanapun, kekhawatiran putrinya ditipu anak borjuis adalah satu hal, tapi takut putrinya menjadi janda adalah hal lain... Sifatnya berbeda.
"Anaknya lumayan, dulu bahkan rajin makan di tempatku..." Yang En tiba-tiba merasa mungkin telah salah bicara saat mengucapkan setengah kalimat...
Alis Su Ruqing langsung terangkat: "Kau malah membiarkannya makan di rumah kita setiap hari? Jadi ini penyebabnya, rupanya sejak dulu kau sudah memanjakan dia!" Ini pertama kali dia mendengar kejadian ini, jelas-jelas mengundang serigala ke dalam rumah!
"Apa aku pernah bilang begitu? Tidak kan? Salah dengar," kata Yang En sambil tangan terkunci di belakang punggung, lalu masuk ke kamarnya sendiri.
Hubungan mereka berdua juga aneh, meski sudah bercerai tapi sebenarnya perasaan masih ada. Hanya saja Su Ruqing tak pernah bisa melupakan kebakaran tahun itu dan bekas luka di punggungnya, serta keputusasaan saat itu di luar lokasi kebakaran yang tak kunjung bisa menghubungi Yang En.
Mungkin suatu hari mereka akan menikah kembali, tapi itu setidaknya baru akan terjadi setelah Yang En tidak lagi terus berpindah-pindah tempat.
Yang Xi berdiri di balkon terbuka luar kamarnya, menopang dagu sambil memandang ke bawah ke Juilliard School yang masih terang benderang. Di sana banyak jenius musik yang akan berlatih hingga larut malam, itu adalah tempat yang penuh kecintaan pada musik.
Ia sudah lama ingin datang ke sini, tapi tanpa Ren He kedatangannya ke sini tak ada artinya. Hingga hari ini, akhirnya ia bisa dengan tenang memimpikan masa depan untuk belajar di sini.
Di tengah kemegahan kota New York yang eksotis ini, berapa banyak orang mengira Yang Xi adalah dewi sekolah yang independen dan calon ratu musik, seolah ia memiliki seluruh dunia. Tapi faktanya, di hatinya hanya ada Ren He.
Dalam seumur hidup, seseorang harus punya orang yang bisa menemaninya sampai akhir. Kalau tidak, terlalu kesepian.
Bersyukurlah, orang itu melangkahi 12 efek time dilation, menempuh 13 jam penerbangan, bagai mukjizat datang menyelamatkannya.
Ada yang selalu bertanya: antara mencintai dan dicintai, mana yang kau pilih? Yang Xi memilih jatuh cinta.
Bahkan jika hari ini Su Ruqing tidak mengalah, ia tak akan mundur lagi. Itu hutangnya pada Ren He, meski Ren He tak pernah memintanya melunasi.
Namun saat itu juga, dari balkon sebelah tiba-tiba muncul seseorang. Sorot mata mereka bertaut. Bahkan Ren He tak menyangka, apartemen mereka hanya terpisah balkon selebar 1,5 meter...
Membalik ke sana memang berbahaya, tapi kalau tidak tinggal bersama, berbicara di balik balkon kan tidak melanggar hukum? Keduanya tersenyum penuh pengertian, sama-sama memutuskan untuk menyembunyikan rahasia ini diam-diam.
