Dalam hal adaptasi, setiap ahli punya versinya sendiri. Tak ada yang mau memainkan versi sama seperti pendahulunya.
Yang Ren He mainkan sekarang adalah versi tersulit, ditambah emosi kesedihan yang memancarkan semangat optimis, langsung membuat semua orang terpana di tempat.
Alasan Yang Xi ingin belajar piano adalah karena dulu di Sizhong pernah mendengar Ren He memainkan Croatian Rhapsody sekali. Perasaan saat mendengar langsung permainan solo piano tingkat ahli dengan telinga sendiri benar-benar berbeda, sungguh memiliki daya penularan!
Bab Ketiga dari Pathetique bisa terkenal di dunia juga memiliki alasan yang pasti. Melodinya begitu mengesankan sampai sulit ditolak.
Justru pada momen inilah murid-murid Ren He baru merasa seperti menemukan harta karun. Tidak heran profesor lain bilang ini sebenarnya orang yang direkrut fakultas untuk menjadi profesor departemen komposisi, tapi akhirnya dijadikan profesor kelas piano karena ia menolak mengajarkan komposisi.
Baik dari sisi penggubahan lagu maupun permainan piano, ini benar-benar seorang ahli yang tak terbantahkan!
Kalau sampai benar-benar masuk departemen komposisi, ke mana lagi bisa menemukan guru ahli seperti ini?
Jari-jari Ren He bergerak lincah bagai awan dan air di atas piano, selain kenikmatan pendengaran, gerakan jari itu sendiri sudah menyenangkan mata.
Saat ia selesai bermain dan berdiri, semua murid bahkan termasuk Yang Xi memberikan tepuk tangan. Ini pun pertama kalinya Yang Xi mendengar musik ini. Makna musik klasik bukan berarti musik zaman kuno, melainkan "musik serius".
Ini agak berbeda dengan jenis musik yang pernah ditulis Ren He sebelumnya. Yang Xi benar-benar tak tahu lagi apa yang tidak bisa dilakukan Ren He!
Ren He tersenyum: "Dua hari lagi bisa kuberikan partitur lagu ini. Tapi ingat, jangan sekadar meniru buta. Perhatikan juga cara penanganan syair dalam lagu ini. Ingat, tugas terpenting kalian selama setahun ini adalah belajar cara mengolah syair."
Syair... Tiba-tiba semua merasa latihan membosankan mereka kini kembali terasa romantis.
Latihan membosankan yang berulang setiap hari membuat semua orang perlahan merasa kehidupan seperti ini benar-benar menjemukan. Hanya mengandalkan sedikit kecintaan yang tersisa untuk terus bertahan. Namun setelah pelajaran ini selesai, kehidupan mereka kembali dipenuhi oleh hal baru - sungguh menarik!
Tak lama setelah kelas berakhir, banyak orang di Juilliard School sudah tahu: Profesor baru itu bisa menulis puisi dengan piano...
Teori musik Ren He di bidang piano juga berlaku universal: Setelah mencapai tingkat tertentu, harus mempertimbangkan cara mengolah hubungan nada kuat dan lemah untuk mengekspresikan emosi. Cara penanganan ini seperti menulis puisi.
Sebenarnya banyak yang mulai memahami kebijaksanaan samar ini, tapi Ren He-lah yang pertama kali menyampaikannya dengan cara begitu indah. Hal ini menciptakan resonansi dan pengakuan mendalam di hati semua orang - ini seperti mempercantik hasil karya mereka.
Beberapa guru dengan senang hati menceritakan hal ini sebagai kisah menarik kepada kenalan di dunia musik, tiba-tiba semua orang menyadari bahwa sepertinya hampir semua orang sangat setuju dengan pernyataan ini. Meski notasi lagu pada dasarnya sama, tapi di hati setiap orang terdapat puisi yang berbeda.
Justru karena ada rasa pengakuan dan resonansi di hati, teori yang agak romantis ini tiba-tiba menyebar di dunia musik! Dan semua orang tahu, inilah yang diusulkan oleh profesor kecil dari Juilliard School itu!
Sebutan "Profesor Kecil" pun tersebar cepat. Semua orang merasa gelar ini sangat cocok untuk profesor muda berusia 16 tahun tersebut.
Pada malam itu juga, sebuah video berjudul "Profesor Kecil Juilliard School Usia 16 Tahun·Bab III Kesedihan" dirilis daring. Dalam video terlihat seorang pemuda duduk tegak di depan piano, dengan angle pengambilan gambar dari punggung - ini permintaan Ren He. Ia bisa membayangkan video ini mungkin akan viral, bahkan sampai menyebar ke domestik...
Justru melodi yang dimainkan dalam video ini begitu indah, perasaannya begitu meluap-luap, dan lagu ini benar-benar pertama kali didengar oleh semua orang!
Saat itu semua orang teringat satu hal: Beberapa waktu lalu Ketua Joseph pernah memposting bahwa awalnya mereka berencana mengangkat profesor kecil ini sebagai guru besar departemen komposisi, tapi ternyata ia sendiri tidak ingin mengajar komposisi, akhirnya baru menjadi profesor kelas piano!
Apakah ini komposisinya sendiri? Irama musik yang kadang riang kadang bersemangat itu benar-benar memukau telinga!
Saat video pertunjukan dirilis, tak ada lagi yang meragukan kemampuan profesor kecil ini. Bahkan banyak yang memuji Joseph yang berani memecah tradisi dalam merekrat bakat, hampir menjadi kisah indah di dunia musik. Joseph sampai tersenyum tak henti, setiap ketemu Ren He langsung memanggil "profesor kecil, profesor kecil"...
Tapi ada sedikit insiden: Orang tua murid departemen komposisi tiba-tiba meminta untuk mendengar karya komposisi lain Ren He. Jika memungkinkan, mereka mohon agar ia diangkat menjadi profesor departemen komposisi...
Alasan permintaan mereka juga sederhana: profesor komposisi saat ini masih belum ada kandidat yang cocok, tetap diampu oleh profesor kelas biola. Karena profesor ini juga cukup terkenal di dunia komposisi musik. Namun jelas para orang tua memiliki penilaian sendiri dalam hati: setelah mendengar komposisi kedua orang ini, perbedaan langit dan bumi!
Profesor biola itu tersenyum getir: "Aku juga akui tak sebanding dengan Xiao Jiaoshou, tapi ini sungguh melukai perasaan." Sebenarnya dia tak terlalu dipusingkan. Saat Ren He memainkan empat lagu berturut-turut dulu, dia sudah merasa tak mampu menyaingi. Jadi ketika orang lain bilang dia kalah dari Ren He, tak ada dendam tersisa. Bahkan menurutnya, kemampuan biolanya sendiri pun hanya seimbang dengan Ren He. Tak masalah lawannya merangkap tiga jurusan sekaligus... Iblis!
Joseph pun menemui Ren He untuk meminta pendapat: "Lihat, dulu aku yang melawan pendapat banyak orang, sekarang ini keinginan semua orang. Maukah kau memikul tanggung jawab ini?"
“Tidak bisa,” Ren He langsung menolak. Bukan berarti tidak memberi Joseph muka, tapi ia memang harus menyumbang toilet ke Columbia University... Eh salah, perpustakaan. Di sana juga harus mengajar, kan? Untuk departemen piano saat ini ia hanya mengajar 2 kelas per minggu. Setelah mengajar, waktunya diisi latihan murid-murid sehingga jadwalnya lebih longgar. Karena itu ia benar-benar tidak bisa mengambil kelas tambahan.
Tapi Ren He juga menyiapkan jalur pelarian: “Bagaimana kalau sampai akhir tetap tidak menemukan profesor komposisi yang cocok, kita bahas ulang hal ini?”
Joseph awalnya kecewa melihat penolakan tegas Ren He. Tapi setelah ada celah negosiasi, ia mulai berharap. Siapa tahu ada kesempatan di kemudian hari. Joseph sendiri memiliki semangat haus akan talenta. Demi Juilliard School, ia rela berkorban banyak. Ia bahkan bersedia menghadapi keraguan dunia luar menggantikan Ren He, semua demi kemajuan Juilliard School.
Juilliard School adalah mimpi dan keyakinannya.
Akhirnya, Ren He tetap menjabat sebagai profesor departemen piano. Kali ini tak ada lagi yang meragukannya. Bahkan orang tua murid departemen piano meneleponnya, berharap ia mempertahankan hati sejati dan terus mengajar sebagai profesor piano...
Video Chapter Ketiga Pathetik tetap panas membara di jaringan internet. Tidak hanya viral di AS, bahkan perlahan mulai populer di Tiongkok.
Yang paling memperhatikan aspek musik adalah Liu Jiamin. Begitu mendengar ada komposisi klasik baru, ia segera menuju ruang kelas markas besar Klub Qinghe untuk menonton video ini. Ciri khas punggungnya tidak terlalu mencolok, hanya diketahui memiliki wajah Asia. Namun gaya permainan pianonya bagi seorang pemain profesional seperti dirinya terasa sangat familiar!
Ketika Liu Bing dan kawan-kawannya tertawa riang menuju markas besar dan melihat Liu Jiamin tertegun memakai earphone sambil menatap komputer, mereka bertanya: "Jiamin, sedang menonton apa?"
Liu Jiamin terpaku menoleh tajam tiba-tiba berkata: "Ketua klub pergi ke luar negeri jadi profesor!"
Hah, benda apa ini? Bukannya kuliah, kok malah jadi profesor?!
……
