Saat itu ada puluhan murid yang mengikuti kelas Ren He. Tak heran, teori baru ini dengan cepat menyebar ke seluruh Juilliard School, lalu beterbangan keluar seperti biji dandelion.
Entah mengapa, semua orang merasakan aura misterius pada profesor kecil ini. Seolah dengan sekadar berdiri di sana, dia sudah bisa menarik perhatian orang.
Setelah tiba di Juilliard School, Ren He masih dalam proses mengumpulkan tenaga akibat efek samping dua penghargaan pendakian Everest dan dua kali downhill skiing. Siapapun yang melihatnya sekarang pasti merasakan aura ketenangan yang memancar darinya.
Teori-teorinya selalu segar namun sarat romantisme, tanpa terkesan dipaksakan. Bagi yang memahami konteks sebenarnya, jika kita mengesampingkan unsur subjektif romantisnya, logika yang disampaikan memang benar-benar valid!
Seorang siswa bercanda: "Entah kenapa, bahkan jika Profesor Kecil tiba-tiba membacakan puisi untukku sekarang, aku takkan merasa canggung! Karena dirinya sendiri ibarat puisi yang hidup!"
Pujian setinggi ini kontras dengan kenyataan sehari-hari. Bayangkan jika seseorang tiba-tiba melantunkan puisi saat kita sedang makan - bisa-bisa nasi yang kita kunyah langsung dimuntahkan...
Sejak terakhir kali Ren He tergesa kembali ke ibukota dari Luocheng untuk melihat salju, hatinya menjadi semakin jernih. Setelah perjalanan ke Gunung Everest, aura pada dirinya benar-benar semakin unik. Tidak tepat disebut terang benderang, karena saat ini ia tidak semena-mena, namun tetap sangat menarik perhatian.
Setelah Yang Xi menceritakan hal ini pada Ren He, ia sendiri merasa antara ingin tertawa dan menangis. Kapan ia bisa dihubungkan dengan puisi? Dirinya hanyalah orang biasa.
Tapi para murid tetap memanggilnya diam-diam "Profesor Muda bagai Puisi" meski ia berusaha mencegah.
Anehnya, posisi Ren He di Juilliard School melesat dengan kecepatan yang sulit dibayangkan. Semua menganggapnya sebagai otoritas di bidang musik.
Meski usianya baru 16 tahun.
Tentu saja atribut daya tarik +3 tambahan terus memberikan efek luar biasa, bahkan melebihi imajinasi Ren He sendiri.
Pada sore hari itu, Ren He bersiap meninggalkan Juilliard School untuk kembali ke apartemen. Tiba-tiba Peter menahannya sambil berkata, "Anything jangan pergi! Ada surat untukmu di sini!"
Ren He kebingungan, siapa kenalannya yang masih mengirim surat? An Si dan Liu Erbao jelas bukan tipe yang suka menulis surat.
Saat mengikuti Peter ke kantor, ia terpana melihat ratusan surat bertuliskan "Untuk Profesor Kecil Juilliard School, Tarik". Bahkan tidak tercantum nama penerima.
Setelah merobek beberapa sampul, Ren He berdecak kagum, "Ya ampun, isinya semua surat cinta dari gadis Amerika. Seperti ini ya rasanya..."
Sebelumnya Ren He tahu publik figur sering menerima surat cinta. Jika status Kesatrianya terbongkar, pasti akan lebih banyak lagi. Tapi siapa sangka mengajar piano di sini pun memberinya tunjangan layaknya selebritas?
Ia sebenarnya ingin membaca pujian para gadis ini, tapi kalau benar-benar membuka satu per satu dengan girang, mungkin Peter akan mengira dia orang bodoh...
Belum lagi jika Yang Xi mengetahuinya, pasti dia tidak akan berakhir baik.
Malam itu, video "Profesor Kecil - Für Elise" yang diunggah ke situs video kembali menjadi viral. Meski jumlah tayang kedua video ini masih jauh di bawah video-video Kesatria, Profesor Kecil kini telah menjadi objek sanjungan banyak orang tanpa teka-teki.
Bisa dibilang selain penggemar olahraga Kesatria, Ren He kini memiliki segmen penggemar musik baru. Beberapa di antaranya bahkan praktisi atau penggemar piano sejati, karena teknik, tingkat kemampuan, dan komposisi Ren He tidak bisa dicela. Tapi kedua kelompok ini tidak tahu bahwa Profesor Kecil dan Kesatria sebenarnya orang yang sama...
Dalam domain piano, apakah penggemar penting? Sangat penting.
Ambil contoh pianis terkenal Tiongkok Lang Lang dari kehidupan sebelumnya. Umumnya pemasukan seorang pianis kelas satu per konser adalah 5.000 hingga 10.000 euro. Sedangkan Lang Lang mengambil persentase tertentu dari box office. Mengapa? Karena basis penggemarnya sangat besar, dan harga tiketnya mahal!
Di kehidupan sebelumnya, baik seorang guru besar maupun pianis kelas satu, harga tiket konser musik mereka sama-sama 28 euro. Bahkan aula konser musik ini hanya terisi kurang dari separuh kursi, hanya lingkaran kecil di tengah yang terisi secara dipaksakan. Inilah realita sebenarnya.
Beberapa orang yang terlalu mengagung-agungkan Barat beranggapan: lingkungan musik di luar negeri lebih baik, lebih banyak penggemar musik di sana, pianis-pianis asing lebih tajir!
Sebenarnya tidak demikian. Justru di dalam negeri lingkungannya lebih baik. Banyak lokasi yang sesekali mengadakan konser langsung ramai penuh sesak - paham tidak paham, yang penting nonton dulu... Bahkan ada yang menjual tiket laris!
Sedangkan Lang Lang, ke mana pun dia pergi, aula konser hampir selalu penuh, harga tiketnya mencapai 68 euro bahkan 288 euro... Ini sangat mengejutkan, tak ada perbandingan maka tak ada luka.
Apakah Lang Lang benar-benar memiliki level seorang guru besar? Jawaban dari industri musik adalah tidak. Dia sudah sangat hebat, namun masih jauh dari kriteria seorang master sejati.
Tapi dia memang sangat populer!
Ada yang bertanya pada para master: "Mengapa ini bisa terjadi?"
Para master menjawab: "Kami juga putus asa, apa lagi yang bisa kami lakukan?"
Inilah kekuatan dari popularitas, pengaruh, dan ekonomi penggemar di era modern. Level kemampuan Ren He sudah mencapai standar master sejati, bahkan setiap karyanya memiliki kualitas luar biasa. Lagu "Für Elise" yang diciptakannya kemungkinan besar akan segera menjadi materi wajib bagi para pemula.
Pengaruhnya saat ini masih kalah dari Lang Lang, tapi siapa yang tahu masa depan? Setidaknya sekarang sudah ada lebih dari seratus orang yang menulis surat cinta untuknya...
Saat ini sudah ada penyelenggara konser yang menelepon Joseph, langsung berharap Profesor Kecil bisa mengadakan resital solo. Banyak pendengar menelepon untuk meminta, namun permintaan itu ditolak Ren He. Bagi dia, musik hanyalah sarana mengumpulkan tenaga saat ini.
Yang menanti di masa depan bukanlah pertunjukan di panggung bercahaya gemerlap, melainkan panggung yang lebih besar. Di sana tidak ada lampu, dia juga tidak perlu penonton. Itulah tebing dan langit paling luas.
Tampil sendirian dalam kesepian untuk dilihat hatinya sendiri, tapi justru terasa sangat puas.
Inilah Ren He sekarang. Mimpi yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi semakin teguh dan gigih saat dia menginjakkan kaki di atap dunia.
Saat itu para pengusaha menyadari, sang profesor muda legendaris yang digambarkan seperti puisi ini benar-benar bersikap rendah hati. Begitu rendah hati hingga tidak seperti manusia modern, bahkan sama sekali tidak memiliki kontak yang bisa dihubungi. Saat pihak Juilliard School berusaha mencari, Joseph-lah yang selalu menjadi perwakilan. Ren He sama sekali menolak bertemu, seolah nama dan harta sama sekali tak berarti baginya...
Benar-benar sesuai dengan definisi romantis 'puisi'!
Bahkan perusahaan rekaman yang menghubungi Joseph ingin merekam keempat lagu tersebut - meski hanya mendengar dua lagu, keyakinan mereka sudah cukup untuk memastikan penjualan album ini akan meledak.
Tapi Ren He sama sekali tak menghiraukan. Perasaan hormat mendalam tiba-tiba membuncah di hati para pengusaha: Inilah sikap layaknya seorang guru besar, hanya mengejar seni tanpa ambisi akan ketenaran!
Jika para pengusaha ini tahu bahwa perusahaan game Qinghe - dengan penghasilan bulanan yang kini sudah dengan mudah menembus ratusan juta dari Kunlun dan Dota - adalah aset Ren He, mungkin mereka tak akan berpikir demikian...
Kakak kekurangan uang segitu? Bukan berarti aku menganggap nama dan harta seperti kotoran, tapi jumlahnya benar-benar tak sebanding dengan waktuku...
Dengan berbagai alasan, julukan "Profesor Muda Seperti Puisi" perlahan-lahan menjadi populer.
