Secara pengaruh di Amerika Utara, lagu 《Tell me why》 sebenarnya masih jauh tertinggal dibanding dua lagu sebelumnya. Namun Ren He merasa lagu ini sangat bermakna. Dalam mendefinisikan citra Yang Xi, ia juga tidak ingin sang penyanyi terus bernyanyi tentang tema cinta klise. "Semua orang bersedih tentang cinta, kau juga ikut bersedih. Semua memuji cinta, kau ikut memuji. Itu tidak ada artinya."
Bagi Ren He, menciptakan lagu bukanlah masalah. Ia lebih berharap lagu-lagu Yang Xi memiliki keunikan tersendiri. Ya, tepatnya harus menarik.
Untuk sebuah album, umumnya cukup memiliki 3 lagu andalan (panji raksasa). Sisanya bisa memilih materi yang lebih beragam untuk menjangkau lebih banyak audiens. Saat memilih lagu untuk album ini, setelah menyelesaikan dua lagu yang benar-benar mampu mengangkat popularitas, Ren He tiba-tiba merasa bersemangat! Dengan dua lagu yang sudah menjamin posisi Yang Xi di Amerika Utara, kini ia bisa leluasa memilih lagu-lagu yang dulu dianggapnya sangat menarik!
Ini baru Gila! Lagu-lagu ini tidak perlu mempertimbangkan reputasi, juga tidak perlu memikirkan apakah akan menjadi hits atau tidak - intinya bermain saja!
Saat Yang Xi dan Ren He berjalan di kampus Berkeley, tiba-tiba Yang Xi menyadari gejolak emosi orang di sampingnya semakin membara. Ren He menarik tangan Yang Xi menuju lokasi terpencil. Yang Xi tidak tahu apa yang akan dilakukan Ren He, namun seolah ikut terserang semangat itu. Persis seperti saat menantang dojo dulu - tak perlu memikirkan kemana ia akan dibawa, ikut saja!
Dalam kehidupan sebelumnya, mereka yang pernah kuliah di sini tentu tahu tujuan yang akan dituju. Di kampus Berkeley ada hutan kecil, tapi ini bukan tempat bagi pasangan kekasih untuk bercinta. Sebenarnya awalnya ini memang tempat pacaran, namun lambat laun berubah menjadi lapangan musik kecil di mana sekelompok musisi bermain sesuka hati dengan alat musik mereka. Mereka bahkan mencuri kabel listrik dari jalan untuk dipasang di sini, namun pihak kampus memilih tutup mata...
Di kehidupan sebelumnya, Ren He iri pada kelompok ini. Tapi karena tak punya satu pun alat musik yang bisa diandalkan, ia hanya bisa sesekali menonton lalu pergi dengan perasaan malu. Namun sekarang semuanya berbeda.
Baru saja Ren He dilanda inspirasi. Ia ingin langsung menyanyikan lagu yang baru terpikir untuk Yang Xi, ingin melihat apakah gadis itu menyukainya.
Sejak kabur bersama, sifat Ren He bagai kuda liar yang akhirnya merasakan kebebasan kedua. Ia menikmati setiap detik keadaan ini.
Dan sejak peristiwa melihat salju di ibukota, pikiran Ren He telah berubah. Pikirkan lalu lakukan, bergerak saat terinspirasi, pulang saat puas - semata mengejar kepuasan! Persetan dengan prasangka duniawi, persetan dengan belenggu pandangan orang! Setelah hidup kedua kali hingga kini, dialah Kesatria paling bangga di puncak dunia, yang pantas menjalani kehidupan paling berbeda.
Dia sendiri sudah mulai bersemangat.
Ternyata memang sudah banyak mahasiswa Berkeley berkumpul di sini. Cahaya lampu tidak gemerlap, yang ada hanya manusia dan alat musik. Di tempat ini, musik telah kembali ke kualitas fisiknya. Maestro tidak perlu saling memperhatikan wajah, yang terpenting tetaplah musik yang telah lama eksis.
Inilah alasan Ren He berani datang ke sini. Bahkan jika datang tanpa penyamaran, belum tentu pihak lain bisa melihat jelas wajahnya dengan kemampuannya sendiri.
"Bolehkah saya pinjam gitarnya? Saya ingin menyanyikan empat lagu untuk pacar saya!" Ren He berjalan mendekat sambil tersenyum kepada pemuda berambut pendek yang sedang menyesuaikan suara gitarnya di bawah lampu kecil yang menggantung sederhana di pohon.
Hah, orang-orang di sekitarnya terkejut. Baru pertama kali ada yang datang dengan gaya seperti ini. Biasanya semua orang membawa alat musik sendiri untuk saling berbagi lagu ciptaan baru.
Para penonton mulai menggoda, menganggap ini sebagai sesuatu yang cukup menarik.
Pemuda berambut pendek itu tersenyum ramah: "Tidak masalah, semoga beruntung."
Setelah menerima gitar, Ren He berkata pada Yang Xi: "Duduklah di samping. Hari ini aku akan menyanyikan empat lagu untukmu. Lihat kamu suka atau tidak, kalau tidak kita ganti!"
"Semua karyamu kusukai," jawab Yang Xi sambil duduk di rumput dengan senyuman.
Keharmonisan yang memancar dari dalam tulang punggung kedua orang ini benar-benar membuat iri semua orang di sekitar. Bahkan ada cewek yang menyikut cowok di sampingnya: "Kapan kamu nulis lagu buat aku?"
Ren He perlahan memutar senar kecapi. Lagu pertama malam ini!
《Tell me why》, sebenarnya lagu ini tidak cocok diiringi gitar. Tapi Ren He tak punya pilihan lain, bahkan harus menurunkan nada suaranya untuk menyesuaikan alat musik. Jadi pendengar hanya merasakan... melodinya lumayan enak?! Tapi soal vokal, rasanya agak aneh.
Masalahnya... yang hadir di sini semua maestro musik. Abaikan dulu kualitas lagunya, beberapa orang justru menyadari: permainan gitarnya luar biasa! Paling tidak lebih jago dari semua orang di sini!
Seorang teman kulit hitam bertanya setelah Ren He menyelesaikan lagu pertama: "Gitarmu... benar-benar hebat. Ini lagu baru karyamu? Aku belum pernah dengar. Tapi kurasa lagu ini mungkin kurang cocok dimainkan dengan gitar."
Ren He tersenyum tanpa membantah. Tentu dia tahu hal ini. Saat melihat mata Yang Xi berubah menjadi garis lengkung, dia langsung paham - keterbatasan alat musik membuatnya tak bisa memainkan piano. Tanpa basa-basi, lagu kedua!
《We are young》, Lagu Terbaik Tahun ke-55 Grammy Awards! Tapi itu bukan intinya. Malam ini pasti akan meriah mulai dari lagu ini!
Saat Ren He mulai memetik gitar, semua orang tak tahu mengapa tiba-tiba ikut terbawa emosi yang sama. Inilah daya pikat magis gitar tingkat ahli Larangan!
Drummer yang sedang menunggu giliran tak sadar mulai mengiringi dengan ketukan genderang. Ren He berdiri, "Ya! Beginilah seharusnya kemeriahan malam ini!"
Seperti lirik lagu ini: Malam ini, kita yang luar biasa cantik ini akan menyulut dunia!
Tak ada alasan untuk melarikan diri! Malaikat tak pernah datang, tapi aku bisa mendengar melodi surgawi!
Saat memasuki bagian ketiga refrain, beberapa orang sudah mulai menyanyi keras mengikuti melodi Ren He: "We are young!"
Yang Xi memandang Ren He yang sedang bersemangat dalam pesta pora ini, dan kerumunan yang telah terinfeksi aura-nya. Pemuda ini seolah selalu memiliki daya pikat magis yang mampu membakar semangat orang lain.
Sementara penonton lain mulai menanti dua lagu tersisa yang akan dinyanyikan pemuda ini. Benar, dia berjanji akan menyanyikan empat lagu!
Saat lagu ketiga dimulai, Ren He pertama-tama memetik gitarnya, lalu memberi isyarat pada drummer untuk menyusul. Ritme pertunjukan pun kembali bergulir!
Namun lagu kali ini terlalu menyimpang dari norma!
Lagu Lily Allen! 《fuck you》! Nominasi kategori Lagu Paling Alternatif di Grammy Awards ke-55!
Judul lagu ini terdengar vulgar, bahkan Ren He sempat tak tega membiarkan Yang Xi menyanyikannya. Tapi ia sadar, baik dirinya maupun Yang Xi tidak akan mempermasalahkan. Yang Xi memang tidak berencana berlama-lama di AS, dan meski judulnya kasar, konten lagu ini justru penuh energi positif - mengkritik habis-habisan pemikiran kaum konservatif dengan cara yang unik.
Lagu ini terlalu gila-gilaan, sementara Kesatria sejak memasuki dunia olahraga ekstrem hingga kini, atau lebih tepatnya sejak masuk ke wawasan publik, selalu saja bertindak liar.
Ritme riang sampai Ledakkan! Ren He dengan antusias menyanyikan lirik: "Kau tak setuju dengan homoseksual, tapi aku merasa kau seperti iblis."
"Kau rasis sejati, bahkan mengikat sepatuku saja tak layak, pandanganmu sudah ketinggalan zaman."
Ren He menarik napas dalam-dalam, senyum merekah perlahan di wajahnya sebelum melantunkan reff: "fuck you fuck you very very much!"
Wajah Yang Xi memerah seketika, brengsek! Kok bisa-bisanya menulis lirik seperti ini?! Cih! Sungguh keterlaluan!
Tapi ketika memasuki bagian reff ketiga, seluruh hutan kecil kembali bergema menyanyikan bagian klimaks bersama Ren He!
“fuck you fuck you very very much！”
Meski kasar, semua orang paham makna liriknya. Seluruh hadirin larut dalam kegilaan yang membebaskan ini!
