Waktu: Pukul 9 pagi.
Di depan Half Dome berdiri kerumunan yang hening. Mereka menunggu Ren He, sementara Ren He juga berdiri tenang di sana, mengulang peta rute yang akan dilaluinya di dalam pikiran.
Lebih dari 600 meter dinding batu vertikal merupakan tantangan baru bagi Ren He, apalagi tanpa lapisan perlindungan apapun.
Ia menyesuaikan tarikan napasnya, menempatkan kantong magnesium powder di posisi paling ergonomis di kantong pinggang. Saat ini Ren He mengenakan sepatu panjat level profesional yang membungkus telapak kaki dengan pas. Sol karet khusus pada sepatu ini mampu memaksimalkan gesekan antara telapak/ujung kaki dengan dinding batu.
Segala persiapan telah rampung. Ren He memandang dengan penuh hormat ke dinding batu di hadapannya - ini hanyalah salah satu puncak yang harus ditantang dalam seumur hidupmu, tak ada yang perlu ditakuti.
Ia menoleh tajam ke kerumunan yang hening sambil tersenyum, lalu tiba-tiba mengangkat lengan kanan tinggi-tinggi seperti kebiasaannya setiap akan menghadapi hidup dan mati, sambil menegakkan ibu jari!
Mulailah!
Semangat semua orang langsung bangkit - pertunjukan akan dimulai!
Liu Erbao berteriak melalui walkie-talkie: "Semua posisi kamera siap! Drone jangan sampai mempengaruhi tantangannya! Pertahankan jarak aman! Mulai!"
Faktanya dalam bidang panjat tebing tanpa peralatan, ada persyaratan waktu untuk menantang tebing ekstrem. Bukan berarti harus menyelesaikan dalam waktu tertentu, tetapi saat membandingkan antar penantang, dua orang yang memanjat gunung sama dengan teknik free solo - semakin cepat waktunya berarti semakin kuat. Ini sudah menjadi konsensus diam-diam sejak lama.
Namun tiba-tiba semua orang menyadari: siluet Ren He di tebing ini persis seperti kera lincah! Terlalu cepat!
An Si langsung panik: "Kamu tidak punya tali pengaman, jangan mengambil risiko!"
Tapi di telinga Ren He sudah tak ada suara lain. Di hatimu hanya ada tebing ini, dunia seolah hanya menyisakan dirinya sendiri!
Staf TK di bawah tiba-tiba menyadari ada perbedaan yang sangat besar antara teknik panjat Ren He dengan orang lain. Di mana bedanya?! Beberapa mulai merenung dengan susah payah, tapi tetap tak menemukan jawaban!
Tiba-tiba seseorang berteriak kaget: "Waduh, kalian sadar nggak, dia sama sekali tidak perlu konfirmasi rute! Seolah-olah sama sekali tidak perlu mikir sudah bisa menentukan titik pijakan berikutnya di sana!"
Para penonton merenung dan menyadari memang benar. Gerakan Ren He berpindah antar titik pijakan terlihat sangat lancar, bahkan kadang tangannya langsung meraih tanpa melihat. Inilah yang membuat seseorang akhirnya menyadari keanehan ini.
Ini jadi agak mengerikan. Apa seluruh tebing sudah tergambar di hatinya?! Bagaimana mungkin?!
Tapi jika dikatakan mustahil, fakta ada di depan mata. Tidak bisa tidak membuat semua orang percaya!
Ini pertama kalinya mereka menyaksikan langsung tantangan Sang Kesatria. Baru pada momen inilah mereka paham, menyaksikan langsung ternyata jauh lebih menggugah daripada sekadar melihat lewat video!
Telapak tangan setiap orang berkeringat dingin. Seolah-olah yang sedang memanjat seperti cicak di tebing itu bukan Sang Kesatria, melainkan diri mereka sendiri.
Tak ada yang mengerti mengapa Kesatria harus memanjat secepat ini. Padahal tanpa lapisan perlindungan pun sudah cukup untuk membuktikan dirinya pada dunia, mengapa masih mengejar kecepatan?
Faktanya, sepanjang sejarah, berapa rekor tercepat panjat tebing tanpa peralatan di Half Dome? Dengan alat dan tali pengikat: 5 hari!
Benar, jarak 600 meter ini memakan waktu 5 hari. Di sela waktu itu, mereka langsung memasang tenda di dinding batu untuk beristirahat.
Tapi Ren He tidak puas dengan performanya. Sebab ia tahu, di kehidupan sebelumnya rekor tercepat adalah 6 jam!
Konsep apa yang terbayang saat membandingkan 5 hari dengan 6 jam? Jauh berbeda. Rekor 6 jam ini dicapai oleh pemuda bernama Honnold, seorang maestro sejati di dunia panjat tebing tanpa peralatan.
Mengapa ia bisa jauh lebih cepat dari orang lain? Karena sama seperti Ren He, dia melepaskan segala tali dan peralatan, hanya mengandalkan tubuhnya sendiri. Fakta membuktikan inilah cara tercepat untuk menaklukkan tebing terjal! Tidak perlu lagi memasang tali pengikat, tidak perlu membuang waktu sia-sia. Inilah kenikmatan penaklukan yang paling primordial!
Dunia ini belum memiliki ahli seperti Honnold yang membalikkan bidang panjat tebing tanpa peralatan. Sebenarnya Ren He bisa memanjat perlahan, tapi dia tidak melakukannya. Karena di hatinya telah tertancap tolok ukur Honnold - segala yang dilakukannya sekarang sama sekali bukan untuk membuktikan apapun pada dunia...
An Si yang menyaksikan dari bawah gunung berkata dengan tenang sambil menatap punggung Ren He: "Dia sudah tidak perlu membuktikan apapun pada dunia. Ini tentang membuktikan pada dirinya sendiri bahwa mimpinya tidak salah."
Benar! Apa yang diucapkan An Si persis seperti yang tersirat di hati Ren He. Begitu menginjakkan kaki di jalan ini, jangan lagi hidup dalam keterbatasan dengan merindukan prestasi saat ini. Jika ingin melakukan, jadilah yang terbaik!
Ren He mempertaruhkan nyawa demi menyentuh ambang mimpinya, bukan untuk mendapat tepuk tangan dari seluruh dunia. Tepuk tangan dan bunga ia bisa berikan sendiri.
Di hatinya sudah ada sosok Honold. Ia tahu, nyatanya memang ada orang yang menaklukkan tebing terjal ini dalam 6 jam tanpa alat pengaman. Jika Ren He harus menipu diri sendiri bahwa dengan tanpa perlindungan ia bisa menjadi Sang Juara di dunia paralel, ia tak rela.
Hatinya sendiri yang tak bisa membohongi diri. Bukankah poin fisiknya lebih Kuat daripada Honold? Bukankah ia juga Bisa melakukannya? Mengapa tidak mencoba?
Mimpi dalam realita mungkin begini adanya: "Mengapa aku tidak melakukannya?"
"Aku kan juga bisa!"
Ren He ingin memberi jawaban untuk mimpinya. Bukan jawaban setengah hati. Bukan jawaban biasa. Ini harus jadi jawaban dengan segala kemampuan yang dikerahkan sepenuhnya!
Seperti saat ia melakukan Lompatan Keyakinan dari Everest dulu, sejak saat itu hidup dan mati tak lagi ia pedulikan.
Ini adalah tantangan tentang keberanian, sebenarnya bagi banyak orang memang seperti ini, makna olahraga ekstrem bukan hanya mengejar batas maksimal, tapi lebih pada keberanian untuk secara proaktif memaksa diri ke situasi genting dalam kehidupan biasa.
Staf TK sama sekali tidak menyangka Ren He bisa secepat ini, bahkan Liu Erbao pun tidak menduga. Untuk setiap peralatan dia menyiapkan baterai cadangan tak terhitung, berencana langsung mengganti yang baru begitu habis.
Semua orang telah mempersiapkan diri untuk pertempuran panjang, namun akhirnya diinformasikan Ren He: "Tidak perlu menunggu lama, aku akan membalikkan persepsi kalian."
Perasaan ini benar-benar aneh.
Ren He terus mendaki ke atas, hanya dengan mencengkeram erat jarinya ke celah-celah batuan yang rapat dia bisa mengabaikan kehampaan ketinggian di bawah kakinya.
Mengapa tebing maut ini tak pernah ada yang berani tantang tanpa perlindungan atau peralatan? Karena di ketinggian ratusan meter, terdapat segmen jarak dimana hanya ada celah batuan berkelok naik secara miring yang bisa dimanfaatkan untuk berpijak.
Di tempat ini, penentuan tiga titik tradisional sudah tak berlaku lagi. Pendaki tanpa alat harus mencengkeram mati-matian celah sempit ini, memanjat seperti melakukan pull-up!
Melakukan pull-up di palang horizontal memang mudah, tapi bayangkan jika palang itu dimiringkan 70 derajat! Palang bisa dicengkeram erat, sementara celah hanya bisa dimasuki jari. Ren He harus memanjat 6 meter vertikal dalam kondisi ini - hal yang tak terpercaya bahkan bagi ahli panjat tebing terbaik sekalipun.
Tapi Ren He benar-benar berhasil melakukannya!
Semua orang tahu ini bagian paling sulit di tebing utuh. Jika Ren He bisa melewatinya, sisa rute tak akan menjadi hambatan lagi.
Sorakan gembira bergemuruh dari atas dan bawah tebing secara bersamaan. Mereka sulit membayangkan Ren He benar-benar berhasil!
Saat jari Ren He mencengkeram celah batu dan melepas titik tumpu kaki, seolah ia telah menyerahkan takdirnya sepenuhnya pada tebing ini.
Semua orang bisa melihat lengan berotot yang tegang di balik baju lengan pendek Ren He, bagaikan besi baja!
Inilah Kesatria!
Inilah Kesatria yang mereka puja!
