Di tebing terjal ini, sangat sedikit titik yang bisa memberikan istirahat singkat, bahkan bisa dibilang sangat sedikit.
Bahkan saat Ren He berhenti sejenak untuk memulihkan detak jantung, itu tetap termasuk pengeluaran tenaga - dia harus bertahan menggantung di tebing sementara tenaga tetap terkuras terus-menerus.
Hanya saja kali ini dia tidak makan cokelat. Jika Honnold bisa melakukannya tanpa alat, secara teori dia juga pasti bisa.
Sekarang dia akan mengubah teori ini menjadi realita.
Fakta membuktikan kecepatan Ren He sudah melampaui Honnold. Tanpa daya ingat sekuat Ren He, Honnold tidak bisa memilih jalur dan titik pijakan secara instan seperti dia, sehingga dari segi kecepatan, keunggulan pasti ada di pihak Ren He.
Saat memasuki 200 meter terakhir, semua orang bisa melihat kelelahan Ren He. Baju lengan pendeknya sudah basah kuyub oleh keringat yang terus mengucur dari pori-pori kulitnya. Jejak magnesium powder yang tertinggal di permukaan tebing membentuk rangkaian titik-titik putih kecil, menandai jalur pendakiannya yang utuh.
Di 100 meter penutup, semua penonton menahan napas. Jelas terlihat bahwa tenaga Ren He sudah di ambang kehabisan.
Melalui teleskop, getaran di lengannya yang gemetar menjadi bukti tak terbantahkan.
Secara fisik Ren He sebenarnya lebih unggul daripada Honnold, namun kecepatan pendakiannya yang jauh melampaui menyebabkan pengeluaran tenaga berlipat ganda.
Bahkan Honnold sendiri, saat menghadapi 150 meter vertikal terakhir di puncak tebing, sudah menunjukkan reaksi kehabisan tenaga.
Namun kehabisan tenaga tidak berarti kegagalan, Ren He menyimpulkan bahwa faktor terbesar yang membuat manusia bisa meraih kesuksesan terletak pada kehendak yang dahsyat.
Pada titik ini, yang dipertaruhkan Ren He bukan lagi teknik atau tenaga, melainkan kekuatan kehendak.
Selain itu, ia yakin pengalaman hidup dan mati yang tak terhitung jumlahnya membuatnya tidak kalah dari siapapun.
Saat jari Ren He akhirnya mencengkeram pinggiran puncak tebing vertikal, hatinya legawa—ia berhasil...
Dirinya berhasil!
Dengan susah payah ia menarik tubuhnya naik ke puncak. Begitu tiba di atas, ia terbaring di batu altar sambil menghela napas keras-keras. Ren He melepas Kacu Merah dan bertanya pada staf TK: "Berapa lama waktuku?"
"4 jam 47 menit!" jawab staf TK dengan bersemangat.
Wajar mereka antusias—yang mereka saksikan adalah sejarah baru dalam dunia panjat tebing tanpa peralatan!
Sebelum Ren He, rekor tercepat adalah 5 hari. Tapi Ren He menyelesaikannya hanya dalam 4 jam lebih—ini adalah konsep yang sama sekali berbeda!
Seperti saat kamu bermain game masuk dungeon, rekor pembunuhan pertama orang lain 3 jam, tapi kamu cuma butuh 30 menit. Coba pikirkan di kepala, pasti langsung paham kalau ini pertarungan dengan kemampuan yang sama sekali tidak seimbang antara kedua pihak.
Ren He tersenyum. Ia berhasil! Bahkan di kehidupan sebelumnya, dialah pemanjat tebing tanpa peralatan tercepat yang berhasil mendaki Half Dome!
Tak ada yang tahu bahwa lawan tanding di hati Ren He sudah bukan lagi sang juara panjat tebing zaman sekarang, melainkan sebuah tolok ukur dalam dirinya sendiri!
Namun tiba-tiba staf TK menyodorkan walkie-talkie ke Ren He. Dari dalam terdengar suara An Si: "Sekarang banyak orang di luar Taman Nasional Yosemite yang datang mencarimu. Mereka sudah menebak kamu ada di sini. Gimana nih?"
Ren He tertegun. Mereka bisa menemukan ke sini?! Ia bertanya lewat walkie-talkie: "Berapa lama lagi mereka bisa sampai di sini?"
"Setengah hari!" jawab An Si. Taman Nasional Yosemite sangat luas, bahkan setelah masuk pun masih harus berjalan jauh.
Ren He merenung beberapa detik lalu berkata: "Cokelat yang kuminta kamu bawa sudah dibawa?"
"Sudah," An Si tidak mengerti mengapa di saat seperti ini lawan bicaranya tiba-tiba menanyakan hal tersebut.
"Bagus. Sekarang mulailah tantangan Tembok Fajar!" kata Ren He dengan tegas.
Ini walkie-talkie bukan telepon. Hampir setiap kelompok kerja memiliki walkie-talkie dengan pengeras suara, sehingga semua yang hadir mendengar ucapan Ren He: Mulailah tantangan Tembok Fajar sekarang!
Waduh, ini gila! Menantang dua tebing mematikan dalam satu hari? Semua baru saja menyaksikan betapa lelahnya Ren He di Half Dome, mana mungkin melanjutkan tantangan?
Suara An Si tiba-tiba mengaum melalui walkie-talkie: "Kamu tidak peduli nyawa? Yang Xi masih di sini! Mau dia melihatmu mati?!"
Ren He menjawab dengan tenang: "Percayalah padaku."
Hanya tiga kata sederhana itu memiliki daya pikat magis tak terhingga - Percayalah padaku. Kalian hanya perlu mempercayaiku!
“Turunkan tali, saya akan langsung turun menggunakan tali,” Ren He berkata dengan tenang kepada staf TK. Staf TK secara refleks mengikatkan tali dan menyodorkannya ke Ren He...
Semua orang merasa Kesatria ini mungkin sudah gila, Kesatria ini benar-benar tak peduli nyawa!
Tapi entah mengapa, semua orang memilih untuk mempercayainya sepenuhnya di momen ini, tanpa ragu-ragu! Inilah daya pikat magis sang Kesatria!
Semua terdiam. Baru saja bersorak gembira, kini mereka bingung harus menyikapi peristiwa ini dengan emosi apa - menantang dua tebing maut dalam sehari, sungguh tak terpercaya.
Sang Kesatria sebenarnya bisa mendaki Half Dome secara perlahan, tapi ia memilih untuk menembus batas kecepatan maksimal. Bisa saja ia menunggu hari lain untuk menantang Dawn Wall, namun justru memilih sekarang ini.
Mereka menyaksikan siluet Ren He yang melesat cepat menuruni tali, rasa sesak mengganjal di hati - inikah kehidupan orang lain? Begitu memukau!
Setelah turun, Ren He menerima tas besar cokelat yang disodorkan An Si. Sambil naik ke mobil, ia terus mengunyah. Kru lain mengumpulkan peralatan kamera. Rombongan gerbong segera bergerak menuju Dinding Fajar di Gunung El Capitan! Sementara orang-orang di tebing pelan-pelan menyusuri lereng, mengikuti dari belakang rombongan. Ren He telah memberi mereka misi baru.
Tujuh mobil offroad melaju kencang meninggalkan debu, menyisakan Half Dome yang megah dan sunyi tetap berdiri di tempatnya.
……
Setengah hari kemudian, ratusan penggemar fanatik Kesatria menjadi yang pertama tiba di Half Dome. Di belakang mereka, ribuan orang terus berduyun-duyun menuju lokasi ini. Inilah daya tarik sang Kesatria.
Saat tiba di Half Dome, semua merasa kecewa: "Tidak ada siapa-siapa? Kok tidak ada orang sama sekali?"
"Aneh. Kalau Kesatria benar-benar datang ke sini untuk tantangan, secara logika waktu kedatangan kita sudah cukup cepat. Baru 3,5 hari sejak update di website resmi. Masa pendakian Half Dome oleh Kesatria mestinya butuh 5 hari?"
"Jadi kalau dihitung berdasarkan waktu ini, sebelumnya semua orang semangat sekali berpikir pasti bisa menyaksikan keperkasaan Kesatria panjat tebing tanpa alat tepat saat tiba, tapi hasilnya sampai di sini malah nggak ada apa-apa!"
"Ini tidak ilmiah... Tidak benar!"
Ada yang berteriak kaget: "Lihat, di Half Dome!"
Hah, ada apa di Half Dome? Semua orang memperhatikan lebih seksama, jejak bubuk magnesium putih bersih segar itu membentang dari dasar tebing hingga puncak gunung. Ada yang mengeluarkan teleskop: "Waduh, ini kan bekas pendakian baru! Lihat, bubuk magnesium ini masih baru, nggak ada debu yang menempel di atasnya!"
"Apakah ini yang ditinggalkan Kesatria?" seseorang bertanya heran. "Kita ternyata terlambat datang!"
"Pasti Kesatria, masa ada orang lain yang iseng datang menantang sini diam-diam," ada yang sudah yakin ini pasti jejak yang ditinggalkan Kesatria.
Tapi yang jadi masalah, jika ini benar-benar jejak Kesatria yang baru saja mendaki puncak, berapa lama waktu yang dia butuhkan? Tiga setengah hari? Ini benar-benar mengerikan, langsung melebihi rekor sebanyak satu setengah hari?
Namun pada kenyataannya, mereka masih terlalu jauh dari kebenaran...
……
