Jejak di Half Dome telah menjelaskan segalanya, Kesatria benar-benar datang ke sini dan baru saja menyelesaikan tantangan. Meski sulit dipercaya seseorang menyelesaikan pendakian dalam tiga setengah hari, fakta telah terpampang di depan mata.
Lalu tujuan berikutnya di mana? Tembok Fajar!
Saat ini Ren He dan rombongan juga telah tiba di kaki El Capitan. Untungnya selama tiga hari sebelumnya sudah dilakukan pembersihan puing-puing kecil, kalau tidak Ren He pasti tidak berani melakukan panjat tebing tanpa peralatan.
Tidak membersihkan tebing terjal, tidak memahami jalur pendakian lalu langsung memanjat tanpa alat, jelas-jelas perilaku mencari kematian, tak perlu diragukan lagi.
Setelah turun dari mobil, Ren He menatap Gunung El Capitan setinggi 1100 meter dengan tetap membisu. An Si bertanya serius: "Apakah kau benar-benar akan melakukan tantangan beruntun?"
"Ya," jawab Ren He dengan tenang.
Tiba-tiba An Si terkejut menemukan bahwa entah bagaimana, ia merasa Ren He sekarang seolah tak lagi menunjukkan kelelahan, malah berenergi meluap-luap dengan kilau spiritual dan penuh vitalitas seperti saat sebelum memanjat Half Dome.
Apakah ini halusinasi?! An Si terperangah, pastilah khayalan. Bagaimana mungkin seseorang memulihkan tenaga secepat itu?
Inilah keunggulan skill pasif 'Pesta' milik Ren He. Proses memulihkan tenaga melalui makanan bersifat menyeluruh, bahkan membuatnya merasa lebih bugar dari sebelumnya.
Tanpa skill pasif Pesta ini, ia pun takkan berani melakukan tantangan beruntun. Mempertaruhkan nyawa dan bunuh diri adalah dua konsep yang berbeda.
Liu Erbao berjalan mendekat dan berkata: "Jika terburu-buru mengambil tantangan, hanya kamera di permukaan yang bisa mengikuti shooting, sisanya harus diserahkan ke drone."
"Tak apa, yang penting bisa membuktikan aku sudah menaklukkan tantangan," Ren He tersenyum santai: "Jangan khawatir, percayalah padaku, kesulitan Tembok Fajar sebenarnya tidak jauh lebih tinggi dari Half Dome."
Faktanya, tingkat kesulitan Tembok Fajar memang sebanding dengan Half Dome. Namun faktor utamanya justru jarak vertikalnya yang mencapai 1.100 meter - jauh melebihi Half Dome. Karena itu Ren He harus membawa cokelat jika ingin menyelesaikan pendakian ini sekaligus.
Liu Erbao dan krunya tertegun melihat Ren He menyelipkan sepuluh batang cokelat yang belum dibuka kemasannya di samping kantong magnesium powder. Untuk apa ini? Mau makan di tengah-tengah tebing terjal?!
Ini pertama kalinya aku melihat orang berniat langsung makan selama proses panjat tebing tanpa peralatan. Perlu diketahui, Ren He bukan tipe orang yang akan memasang tenda di tebing terjal. Jika memanjat seperti itu, dari awal sudah butuh beberapa hari, sedangkan dia ingin langsung memanjat sampai puncak. Semua orang khawatir tentang tenaga Ren He.
Tapi 10 batang cokelat, meski dimakan, takkan bisa mengurangi kelelahanmu, kan?! Lagipula sekarang sudah pukul 5 sore. Kalau mulai memanjat sekarang, diperkirakan baru selesai tengah malam nanti.
Yang Xi berkata dengan tenang kepada Ren He, "Perhatikan keselamatan."
Liu Erbao dan An Si yang berada di samping langsung geli di selangkangan. Ren He dan Yang Xi, dua orang gila ini, benar-benar menemukan orang yang tepat.
Tapi mereka juga agak iri. Mampu menemukan gadis yang sepenuhnya memahami mimpi yang tak mungkin terwujud mereka, betapa langkanya itu.
"Bagus," kata Ren He, lalu berbalik dan berjalan menuju Tembok Fajar.
Semua orang menyaksikan dari tempatnya saat ia menuju tebing terjal. Tiba-tiba seseorang teringat deskripsi tim pendakian Gunung Everest tentang Sang Kesatria: "Kami berusaha menghalanginya, tapi tak ada yang bisa menyusul langkahnya. Hanya bisa memandang punggungnya yang menyendiri menjauh. Punggung itu terasa begitu sepi, bahkan sempat kukira itu siluet pahlawan yang terpojok."
Di bawah sinar senja, Ren He mengikat Kacu Merah sambil berjalan. Para maestro memandangnya dengan tenang, lalu menyaksikannya kembali mengangkat lengan kanan dan menegakkan ibu jari. Tantangan Dinding Fajar, mulailah!
Gerakan ikonis Kesatria menegakkan ibu jari di bawah matahari terbenam itu membakar jejak spiritual dalam kedalaman ingatan semua orang. Namun tak satu pun bisa berbuat apa. Mereka hanya yakin sepenuhnya: selama Sang Kesatria sendiri berkata bisa sukses, maka pasti Bisa.
Hanya Ren He yang sangat jelas di hatinya, efek dari rekaman visual super membuat pandangan di malam hari tidak mempengaruhinya. Dari segi tenaga, 10 batang cokelat sudah cukup. Saat memotong langsung ketinggian vertikal 900 meter di Everest dulu, ia hanya memakan 4 batang cokelat saja.
Yang paling dibutuhkan Ren He sekarang sebenarnya tidak serumit itu, hanya perlu tidak melakukan kesalahan.
Kedengarannya sederhana, tetapi kenyataannya sangat mustahil. Berapa banyak orang yang bisa melakukan sesuatu tanpa bersalah? Menyalin satu buku contoh tulisan pun masih mungkin ada kata yang salah, apalagi di tebing vertikal 1100 meter ini?
Liu Erbao dan timnya sudah mengeluarkan lampu sorot raksasa sebelumnya. Di malam hari, generator kecil yang berkoordinasi dengan lampu sorot siap menerangi Ren He kapan saja.
Ren He tidak lagi ragu, seluruh tubuhnya telah memanjat ke atas dengan mantap. Ini akan menjadi tantangan yang lebih memakan waktu dibandingkan Half Dome. Rekor pemegang gelar Sang Juara panjat tebing free solo saat ini adalah 19 hari penuh, catatan yang pernah menggemparkan dunia bahkan sampai Presiden AS mengirimkan ucapan selamat.
Hal ini sebenarnya sesuai dengan sejarah di kehidupan sebelumnya. Di kehidupan lalu, Jorgensen dan Caldwell juga membutuhkan 19 hari untuk sukses mencapai puncak, dan sama-sama mendapat ucapan selamat dari Presiden AS.
Sedangkan Honnold tidak pernah menantang Tembok Fajar ini, sungguh karena dia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk menaklukkan tebing vertikal dengan ketinggian 1100 meter!
Staf TK menyaksikan Ren He dengan cepat memanjat 50 meter lebih di lereng yang agak landai, langsung terkejut: "Mengapa aku merasa setelah menaklukkan Half Dome dia seperti tidak kenapa-kenapa? Tadi lengannya masih gemetar, sekarang sepertinya sudah pulih sama sekali..."
"Stamina yang tidak manusiawi..."
Liu Erbao bergumam di samping: "Aku sudah terbiasa, kalian juga perlahan-lahan akan terbiasa..."
Orang yang mampu memanjat tebing tanpa peralatan di Gunung Everest memang sudah terkesan melawan kodrat manusia. Liu Erbao dan An Si yang selalu menyaksikan langsung Ren He menyelesaikan tantangan, mulai mati rasa terhadap kedahsyatannya.
Tepat ketika Ren He mencapai ketinggian lebih dari 700 meter, penggemar Kesatria akhirnya tiba!
Mereka turun dari mobil dengan wajah terguncang, memandang lampu sorot raksasa yang menyinari tebing curam. Di bawah cahaya terang, siluet manusia berkacu merah terus merangkak naik, sementara pilar cahaya putih berbentuk silinder mengikuti gerakan bayangan itu.
Dalam kegelapan malam yang pekat, tebing itu bagaikan panggung raksasa dimana hanya ada satu aktor - manusia paling gemilang.
Tak ada yang meragukan: inilah Kesatria yang rela menempuh ribuan li untuk sekadar melihatnya. Ternyata benar seperti dugaan mereka, Sang Kesatria memang sedang menaklukkan Tembok Fajar!
“Tidak benar! Bukankah Kesatria baru saja menyelesaikan Half Dome? Bagaimana bisa langsung mulai menantang Tebing Fajar?! Ini tenaga macam apa?!”
“Dan dia sudah mencapai lebih dari setengah ketinggian! Bagaimana mungkin? Aku ingat sang Juara panjat tebing sebelumnya butuh 8 hari untuk mencapai posisi ini...”
“Lihatlah! Gerakannya sangat cepat, sama sekali tak menggunakan peralatan atau tali pengikat!”
Seseorang tiba-tiba terpaku mendengar ini: “Tunggu... Tanpa tali... Waduh! Mendaki Tebing Fajar tanpa perlindungan?!”
……
