Ren He dan Yang Xi kembali ke San Francisco keesokan harinya karena masih ada empat lagu yang belum direkam. Bos studio rekaman masih menunggu kepulangannya untuk bekerja. Meski Ren He sudah mengambil cuti seminggu, bos tidak tahu apa yang dilakukannya. Sebagai tenaga kerja murah, bos harus menghormati keinginan pribadinya. Bagaimana jika Ren He tiba-tiba berhenti? Yang rugi adalah si bos, bukan Ren He.
Rekan kerja di studio rekaman cukup senang melihat Ren He kembali. Ren He selalu bersikap rendah hati di sini, mudah bergaul, dan sering mentraktir makan siang seluruh tim.
Hubungan kolega di luar negeri lebih sering menerapkan sistem AA - ini sudah menjadi kebiasaan. Jadi ketika Ren He dengan murah hati mentraktir makan, semua orang merasa ini sesuatu yang segar.
Saat makan siang hari itu, segerombolan orang berkumpul. Tiba-tiba seseorang menyebutkan Kesatria: "Kalian lihat berita belum? Banyak yang menilai Kesatria telah kembali ke San Francisco setelah tantangan ini selesai!"
Ren He menyembamkan telinga. Seseorang bertanya: "Dasar penilaian apa ini?"
“Coba pikir, sebelumnya di mana Kesatria merekam lagunya? Pasti di San Francisco, waktu itu dia memang di sini kan? Orang di industri kita semua paham, kalau seseorang sudah terbiasa dengan tim produksi tertentu, jarang berani ganti. Pasti sudah terbentuk kecocokan hati. Makanya semua menilai, empat lagu yang ditulis Kesatria untuk pacarnya pasti akan direkam kembali di San Francisco,” kata orang yang duduk berhadapan dengan Ren He sambil menyantap sandwich dengan penuh keyakinan.
“Sepertinya masuk akal, tapi masalahnya aku sudah tanya ke banyak kolega studio rekaman lain, Kesatria tidak pernah datang ke sana untuk rekaman.”
Orang di seberang Ren He mengangkat bahu, “Siapa yang tahu? San Francisco punya begitu banyak studio rekaman... Aku justru berharap dia datang ke studio kita. Lagi pula kitalah yang terbaik! Kalau nanti bisa bilang Kesatria rekaman musik di tempat kita, pasti keren banget! Aku bisa berkoar-koar lagi sama teman-teman!”
“Setelah Kesatria menyelesaikan tantangan di AS kali ini, penggemarnya semakin fanatik. Entah masih ada tantangan lain di kemudian hari atau tidak.”
Ren He hanya duduk tersenyum lebar mendengar diskusi mereka. Mana mungkin mereka menyangka bahwa Kesatria memang telah kembali ke San Francisco, dan sedang duduk manis di depan mata mereka...
Peristiwa Kesatria menaklukkan dua tebing terjal Yosemite tak berhenti di sini, malah terus viral. Perlu diketahui, di kehidupan sebelumnya, penaklukkan "" (Dinding Fajar) yang berhasil bahkan akan mendapat ucapan selamat dari Presiden AS - sang juara pertama pernah menerimanya.
Tapi bisakah orang Tiongkok yang berhasil menaklukkan tebing mendapat ucapan selamat? Lagipula kali ini Presiden AS ingin mengirim ucapan selamat pun tak tahu harus dikirim ke mana...
Banyak orang menertawakan sambil menunggu hasil akhir hal ini. Pada kenyataannya, Gedung Putih sama sekali tidak berniat memberikan pernyataan resmi.
"Posting telur anjing lah, mau dikirim ke siapa?! Harus tahu alamatnya dulu baru bisa dikirim, bodo!"
Untuk masalah ini, ada yang sampai demo di situs web resmi Gedung Putih, bilang pemerintah AS yang sekarang diskriminasi ras, cuma ngasih ke ras Putih enggak ke ras kuning. Juru bicara Gedung Putih terpana, "Apa perlu sampai segitunya? Beneran kita enggak bisa nemuin orangnya, oke?!"
Kalau dicari pasti ketemu, melalui TK saja. Tapi masalahnya, buat urusan ini sampai harus mengembangkan informasi? Seberapa penting itu! Kami lagi sibuk!
Ren He juga enggak ngarepin mereka bakal ngasih ucapan selamat. Sekarang dia cuma pengin dengan tenang menyelesaikan seluruh album Yang Xi.
Dia senang kolega di studio rekaman tidak bisa menebak kalau dia adalah Kesatria. Soalnya selain nasionalitas, enggak ada banyak hubungan antara kedua identitas itu. Sang Kesatria begitu terang benderang, sedangkan Ren He bersikap rendah hati.
Seminggu kemudian, situs web resmi TK akhirnya merilis video tantangan Kesatria. Kali ini berupa dokumenter sepanjang 24 menit, sekaligus pertama kalinya proses tantangannya dicatat dalam bentuk dokumenter sejak awal.
Dalam video ini, semua orang bisa melihat rekaman detail: rute yang dilewati Kesatria di Yosemite, dan bagaimana ia mengerjakan sendiri penghalusan puing-puing kecil di tebing berlumut.
Proses pembersihan puing di tebing justru membuat semua paham bahwa olahraga ekstrem sendiri tak sesederhana yang terlihat - tak hanya ada kejayaan setelah sukses, tapi juga kerja keras selama persiapan.
Adegan pendakian Half Dome menjadi klimaks. Saat Kesatria membelakangi kamera, mengikat Kacu Merah sambil mengangkat lengan dengan ibu jari teracung, semua penonton tersulut emosi. Punggung legendaris ini - yang jadi bahan perbincangan tak terhitung orang setelah Gunung Everest - baru pertama kali terungkap ke publik, lengkap dengan aksi kemenangan ikoniknya!
Komunitas panjat tebing profesional justru terpukau oleh kecepatan luar biasa Kesatria dalam menaklukkan Half Dome. Bagaimana mungkin secepat itu?!
Setelah menonton, banyak yang diam. Mereka juga secara sensitif menyadari kemampuan Kesatria dalam mengingat rute. Bagaimana perasaan seorang pemanjat tebing free solo yang mampu mengingat setiap titik transisi yang akan dihadapi?
Sebelumnya ada yang mengira Kesatria mungkin tidak punya banyak pengalaman panjat tebing, keberhasilannya mendaki sepenuhnya mengandalkan fisik dahsyat. Bagaimanapun semua paham logika - energi manusia terbatas. Tidak pernah terdengar kabar latihan panjat tebing free solo sebelumnya.
Namun faktanya setelah menonton video, mereka paham. Setiap aksi Kesatria selama panjat menunjukkan presisi dan profesionalitas, bahkan melebihi para ahli Larangan sekalipun.
Terutama saat melintasi celah dinding batu dengan gaya pull-up tanpa alat, banyak yang jujur mengaku tidak mampu melakukannya tanpa bantuan peralatan.
Berapa banyak bidang olahraga ekstrem yang kini menobatkan Kesatria sebagai Sang Juara? Speedrun jalan raya, mendaki puncak Everest tanpa oksigen, downhill skiing, parkour, panjat tebing tanpa peralatan...
Di manakah sebenarnya batas maksimalnya? Tak seorang pun tahu...
Kini giliran bidang lain yang resah. Usia Kesatria baru 16 tahun! Durasi potensialnya dalam dunia olahraga ekstrem masih sangat panjang. Justru faktor usia inilah yang paling membuat geli di selangkangan - masih terlalu muda!
Para juara terdahulu yang telah tergeser kini tersenyum kecut. "Jangan buru-buru," bisik mereka. "Kami hanya sedikit lebih dulu melangkah. Satu per satu akan tiba giliranmu..."
Mencium peluang bisnis, para petinggi TK mulai mengincar figure koleksi Kesatria. Penjualan Kacu Merah sebelumnya telah melampaui ekspektasi dengan pembagian 50-50 yang menghasilkan transfer dana 3,3 juta dolar AS ke rekening Ren He.
Bahkan Ren He sendiri tak menyangka sebuah Kacu Merah bisa sepopuler ini. Meski jumlah penjualan ini mungkin sedikit bagi kinerja penjualan keseluruhan TK, masalahnya ini baru satu item pengembangan saja. Nilai komersial Kesatria jauh melampaui ini.
Saat Kesatria baru muncul di wawasan publik, ia bahkan belum bisa ditandingi dengan selebritas olahraga besar. Namun kini nilai komersialnya telah menyamai para selebritas olahraga super, ini adalah fakta yang tak terbantahkan.
Di kehidupan sebelumnya, fee endorsement 10 besar selebritas olahraga dimulai dari 49 juta dolar AS, di mana merek olahraga besar sendiri menyumbang setengahnya.
Karena itu pembayaran tahunan TK ke Ren He sebesar 7,2 juta dolar AS kini terasa kurang. TK terpaksa mengajukan syarat baru: Hapus sebagian besar klausul kontrak yang ada, pertahankan beberapa bagian asli, jaminan kontrak 28 juta dolar AS. Setiap tambahan tantangan, TK akan membayar tambahan 3 juta dolar AS biaya tahunan untuk Kesatria. Pengembangan nilai komersial merchandise Kesatria dibagi 50-50.
Artinya, mulai sekarang fee endorsement tahunan Kesatria sudah melebihi miliar! Ini baru dari satu sponsor saja, bagaimana jika ditambah yang lain?
Tak diragukan lagi, Kesatria kini adalah salah satu selebritas olahraga paling bernilai secara komersial!
