Lao Richard membawa Ren He ke ruang monitor. Di layar, Ren He melihat beberapa pencuri bodoh mengenakan Kacu Merah. Hanya untuk merangkak masuk melalui jendela lantai satu rumah Lao Richard saja mereka sudah kehabisan tenaga. Benar-benar amatir...
Ren He memeluk lengan sambil berdiri di samping, menutupi wajahnya. Semua ini dilakukannya agar tidak tertawa terbahak-bahak.
Mencuri sambil mengenakan Kacu Merah? Selain fans Kesatria, siapa lagi yang akan melakukan hal seperti ini? Lagipula dari sepuluh juta fans Kesatria, muncul tiga empat pencuri bodoh impulsif seperti ini tentu bukan masalah. Lucu sekaligus menggemaskan.
Bagi manusia biasa mana mungkin menyangka di studio lukis biasa ternyata ada brankas sebesar itu? Ini benar-benar petir di siang bolong, ya ampun!
Sengaja datang tengah malam hanya untuk merasakan keputusasaan... Tak ada tandingannya! Ngomong-ngomong, kebiasaan menyimpan brankas di studio lukis itu seperti melawan kodrat manusia, ya!
Kelompok pelaku ini total 3 orang, tidak diketahui apakah ada kelompok lain. Lao Richard dengan serius bertanya pada Ren He: "Laporkan ke polisi?"
Ren He berpikir sejenak, tindakan pencurian seperti ini sebenarnya sudah melanggar batas toleransi moral, apapun tujuannya, mencuri bukanlah hal yang baik.
Tapi bagaimanapun juga ini adalah penggemar setianya sendiri. Jika mereka masuk penjara karena dirinya, di hatimu ia juga merasa tidak enak.
Ren He bukan polisi, menangkap pencuri bukan tugasnya. Kebanyakan orang biasa yang berada di posisinya dalam mempertimbangkan hal-hal, kemungkinan akan berangkat dari hati, bukan hukum.
Harus diakuri, beberapa pencuri yang memakai Kacu Merah ini bisa dibilang tepat. Jika tidak memakai Kacu Merah, mungkin mereka benar-benar akan masuk penjara. Soalnya teknik tertentu saat ini sangat canggih, mengandalkan CCTV di sekolah dan jalanan, bukan tidak mungkin mereka bisa terlacak.
Mereka juga tidak punya pengalaman anti-penyelidikan.
Tapi urusan lapor polisi sudah dilewatkan, Ren He justru merasa mereka mungkin akan datang lagi, bahkan membawa alat pembuka brankas. Jika benar demikian, memang perlu memberi hukuman ringan.
Bisa dibilang ini mengarahkan mereka ke jalan yang benar, lagipula mencuri tetap bukan hal baik.
Tiba-tiba Lao Richard berkata: "Terlepas dari kamu melapor atau tidak, lukisan ini harus segera kamu angkut. Tempatku ini tidak aman."
Ren He merenung, memang benar. Nilai pasar lukisan "Keras Kepala" saat ini mencapai 19 juta dolar AS. Meski lewat cara tidak sah harganya pasti turun, tapi tetap bisa terjual seharga beberapa juta dolar.
Ini bukan pameran seni, tak ada petugas keamanan profesional. Yang ada cuma satpam kampus amatiran. Mahasiswa keluar-masuk bebas malam hari tanpa sistem larangan akses. Brankas ini mungkin bisa menghalangi pencuri bodoh, tapi tak mampu menahan pencuri profesional sejati.
Kampus juga tak mungkin menambah satpam hanya untuk satu lukisan, lagipula ini bukan kewajiban institusi pendidikan.
Jadi pilihan terbaik adalah Ren He segera mengangkut lukisan ini.
Ren He langsung meminta An Si membantu mengatur perusahaan pengawalan, membeli asuransi, di mana perusahaan bertanggung jawab atas segala masalah selama pengiriman. Di dalam negeri, Liu Erbao bertugas menerima lalu diam-diam membawanya ke rumah Siheyuan Ren He di Liu Hai Hutong.
Lukisan ini memiliki makna khusus bagi Ren He sendiri, merepresentasikan pemahaman terdalam setelah hati menjernih, sekaligus merupakan karya asli pertamanya yang sesungguhnya.
Baik komposisi piano, menulis lagu untuk Yang Xi, maupun menulis Harry Potter - semua itu bukan karya orisinalnya, sehingga memberikannya tak meninggalkan kesan berarti.
Tapi lukisan 《Keras Kepala》 ini berbeda. Ini adalah karyanya sendiri yang penuh nilai kenangan.
Setidaknya begitulah menurut persepsinya sendiri.
Namun muncul sedikit masalah saat menghubungi perusahaan pengawalan: Proses pembayaran, asuransi, dan perencanaan perjalanan paling cepat baru bisa diselesaikan besok. Sebelum rencana detail disusun, perusahaan enggan menanggung tekanan secara sembarangan. Artinya, lukisan ini masih harus tinggal satu hari lagi di tempat Lao Richard.
Wajah Lao Richard langsung memerah. Masih harus disimpan di sini sehari lagi? Bagaimana jika pencuri tetap datang tapi tidak mencuri lukisannya? Apakah luka harus terulang!? Sekali saja belum cukup?
Tentu ini pemikiran yang tak biasa. Pemikiran resminya adalah: Bagaimana jika pencuri benar-benar datang malam ini dan mencuri "Keras Kepala"?
Saat melukis "Keras Kepala", Ren He menggunakan kanvas lebih besar sehingga ukurannya memang menyolok. Mengangkutnya secara mendadak juga akan menarik perhatian banyak orang, mengingat baru saja dibawa kembali. Bahkan beberapa murid pun punya kesan mendalam padanya.
Meski ditutupi kain saat diangkut, itu hanya ibarat menutup telinga mencuri lonceng. Siapa pun akan langsung tahu itu adalah "Keras Kepala".
"Bagaimana?" Ren He berpikir sejenak lalu berkata, "Aku akan berjaga di sini semalam suntuk."
Lao Richard membuka mulutnya, lama baru berkata, "Apa gunanya kau berjaga di sini? Mereka ada 3 orang."
"Tak apa," Ren He tersenyum percaya diri, "Mereka bahkan datangkan 10 orang pun takkan berguna. Tenang saja, Anda."
Keberaniannya bicara begitu berasal dari keyakinan. "Punya kemampuan tinggi dan berani mengambil risiko" tepat menggambarkannya. Sudah hadapi senjata api, masa takut pencuri bodoh ini? Dengan Jurus Bela Diri tingkat ahli Larangan di tubuhnya, 10 pencuri sekalipun takkan sanggup lawan Ren He. Bukan level yang sama.
Lao Richard merenung sebentar, kembali ke kantor lalu mengangkut semua karyanya pulang. Kau mau berjaga sendiri? Silakan. Lao Richard sekadar tidak ingin menerima serangan dahsyat lagi.
Ia menyerahkan kunci kantor pada Ren He. Tak ada yang perlu diinstruksikan, lalu pergi.
Ren He kembali melanjutkan pelajaran di ruang kelas. Bagaimanapun, di siang hari tidak akan terjadi apa-apa. Lukisan minyak sebesar "Keras Kepala" itu saja sulit sekali dikeluarkan dari sekolah. Jika dipindahkan sendiri pasti menyolok, prinsip yang sama juga berlaku untuk orang lain.
Kembali ke ruang kelas, siswa-siswa yang sebelumnya sedikitpun tidak memperhatikan Ren He kini menyapanya dengan perasaan kompleks: "Apa yang Dekan cari darimu?" seseorang mencoba menyelidik.
Setelah melihat sketsa Ren He, mereka langsung memahami level sebenarnya. Murid yang bisa masuk Columbia University pasti tidak kalah dalam hal sketsa. Menggambar suatu objek atau orang dengan sangat mirip dan hidup itu adalah kemampuan paling dasar.
Tapi masalahnya, apapun yang dilukis, semua orang langsung menyadari itu hanya lukisan. Inilah perbedaan antara karya seni dan realita.
Namun sketsa Ren He tadi agak berbeda. Gadis dalam lukisan itu seolah hidup di dalamnya. Saat orang-orang memandang, ia sedang tersenyum malu-malu menghadapi penonton di luar kanvas.
"Ini sungguh luar biasa, tingkat kemampuan seperti ini memang memenuhi kualifikasi untuk menjadi murid langsung Rektor Lama."
Ren He melihat ekspresi penasaran semua orang sambil tertawa, "Tidak apa, hanya melengkapi prosedur pendaftaran." Mana mungkin dia mengatakan lukisannya akan dicuri, lalu periksa CCTV dan menghubungi perusahaan pengawal?
Lagi pamer ke siapa ini, sampai menyebut-nyebut perusahaan pengawal...
Tapi alasan melengkapi prosedur pendaftaran ini terlalu mengada-ada. Teman sekelas di sekitarnya terpaku, tidak menyangka ada orang yang bisa berbohong dengan wajah terlalu serius seperti ini!
"Prosedur pendaftaran diuruskan langsung oleh Dekan untukmu? Luar biasa sekali kebohonganmu!"
……
