Tentu saja mereka tidak percaya Ren He benar-benar melengkapi prosedur pendaftaran. Ada yang terus bertanya, "Apa Rektor Lama mau menerimamu sebagai murid?"
"Bukan, tentu saja bukan," jawab Ren He tersenyum lebar. "Benar-benar hanya prosedur pendaftaran."
Secara tiba-tiba, seorang murid yang sebelumnya paling transparan di kelas tiba-tiba menjadi fokus sorotan ribuan pasang mata. Tapi apapun cara penyelidikan mereka, tidak ada informasi berguna yang bisa didapat dari mulut Ren He.
Bagi Ren He, gerombolan murid ini masih terlalu hijau.
Malam harinya ia langsung pergi ke studio lukis Lao Richard. Lukisan sendiri tentu harus diberi perhatian lebih.
Saat sedang bosan, Ren He mulai membuat sketsa hitam-putih dalam kegelapan studio. Satu per satu siluman jahat yang seolah hidup dalam lukisan perlahan lahir. Ren He bersenandung kecil sambil melukis beberapa karya yang langsung ditaruhnya di tepi jendela, lalu menunggu dengan senyum lebar. Ia masih punya sedikit keyakinan pada tingkat melukisnya.
Menurut perkiraan Ren He, biasanya pelaku tidak akan kembali malam ini - toh kemarin mereka sudah gagal. Kalau kembali lagi kan bodoh? Tapi ada kemungkinan mereka mengira Lao Richard tidak akan menemukan jejak kedatangan mereka, sehingga mengambil risiko untuk mencoba sekali lagi.
Bagaimanapun, Ren He juga melihat jejak pembobolan pada pintu brankas yang sebenarnya tidak terlalu jelas. Jika bukan karena hari ini Lao Richard kebetulan ingin memasukkan dua lukisan minyak yang dianginkan di tempat teduh, kemungkinan besar tidak akan terdeteksi.
Tapi sebenarnya lebih baik jika mereka datang malam ini. Ini merupakan bentuk tanggung jawabku sebagai Suzerain terhadap para pengikut, membawa mereka ke jalan yang benar agar tidak melakukan kesalahan di masa depan.
Jika tidak datang malam ini, setelah aku pergi dan mereka kembali lagi, Lao Richard tidak akan sepertiku yang masih khawatir akan masa depan mereka. Lao Richard pasti akan lapor polisi, dan sejujurnya melaporkan ke polisi bukanlah tindakan salah.
Keputusan Ren He untuk tidak melapor murni karena faktor emosional belaka.
Menjelang larut malam, saat Ren He sedang asyik menonton dengan penuh semangat diskusi daring tentang Kesatria di ponselnya, tiba-tiba terdengar langkah kaki yang sengaja diredam dari luar. Langsung semangat Ren He melonjak - benarkah mereka datang?
Ia melirik waktu di ponsel - sudah pukul 2 subuh. Tiga pencuri bodoh ini benar-benar memiliki kesabaran yang luar biasa...
Ren He membuka rekaman suara hantu yang susah payah dicarinya di ponsel, menyesuaikan volume ke tingkat yang pas, lalu mematikan semua sumber cahaya dan menunggu diam-diam.
Dari luar tiba-tiba terdengar suara bergumam pelan: "Apa kalian dengar sesuatu? Seperti ada tapi tiada..."
"Kenapa aku merasa agak dingin? Aku juga kayaknya dengar... Seperti suara hantu?!"
"Omong kosong! Di dunia ini mana ada hantu! Sudah sampai sini, kemarin gagal, kalau hari ini tidak berhasil lagi tak ada kesempatan! Pasti ketahuan! Aku masuk dulu, kalian ikut!"
Tak lama berselang, Ren He mendengar suara jendela dibuka. Sebuah siluet manusia membalikkan jendela dan melompat masuk. Senter yang baru dinyalakan langsung menyorot benda di lukisan itu. "Waduh!" teriaknya sambil melompat keluar kembali...
"Ada apa? Lihat apa?!"
"Kayaknya beneran ada hantu!" kata yang baru saja melompat masuk-keluar sambil menekan suara. "Aku liat, persis di samping jendela!"
"Katanya nggak ada hantu, kok malah takut?! Mending kita pergi, jepretan dibatalkan!"
Orang yang melompat masuk lalu keluar itu menggigit rahangnya berkata: "Tidak boleh, aku sudah bertaruh dengan David pasti bisa mencuri keluar, masih ada 1000 dolar milikku di sana! Dan aku sudah bersumpah akan menempatkan lukisan ini di kamarku!"
Ren He di dalam langsung tertawa, rupanya ketiga pencuri bodoh ini mencuri lukisan bukan untuk dijual.
Terlihat siluman tadi menyembul kepalanya diam-diam lagi ke dalam, membuktikan keberaniannya memang lebih besar dari manusia biasa. Ren He mematikan ponsel dan bersembunyi di sudut sambil memakai Kacu Merah, menunggu mereka masuk.
Orang ini mengamati ruangan dengan seksama lalu menghela napas lega. Saat itu suara hantu yang samar-samar sudah hilang. Ia berbisik: "Aku salah lihat, cuma beberapa sketsa biasa. Entah siapa yang brengsek menggambar siluman jahat mirip betulan di samping jendela, benar-benar kurang ajar!"
Jika ini lantai tinggi, Ren He juga tidak berani bermain seperti ini. Di kehidupan sebelumnya, dia tahu halaman rumah neneknya sering kemalingan, di mana pencuri langsung memanjat pipa gas di luar dinding. Jadi ada rumah tangga di lantai tiga yang menaruh mainan anak di dekat jendela - jenis yang akan menyanyikan "Selamat Ulang Tahun" dengan suara kekanak-kanakan begitu tersentuh.
Saat itu belum populer memasang jeruji pengaman, hanya lantai satu dan dua yang biasanya memasangnya.
Hasilnya, beberapa hari kemudian ketika pencuri memanjat dan membuka jendela rumah itu, boneka itu langsung mulai menyanyikan "Selamat Ulang Tahun". Pencuri langsung terpaku di tempat lalu terjatuh.
Untungnya hanya lantai tiga, kalau tidak pasti langsung mati di sana... Ren He ingin menakut-nakuti, tapi tidak bermaksud membunuh.
Sekarang ini lantai satu, mana mungkin sampai bikin orang mati. Saat tiga pencuri bodoh ini melompat masuk, rekaman visual super Ren He menangkap mereka masing-masing membawa kapak besar di tangan. Ia langsung terpana, "Ini mau mencuri atau merampok bank? Begini caranya membuka brankas?!"
Kalian datang untuk mencuri atau mati?!
Ketiga pencuri bodoh itu mulai mempersiapkan alat untuk menghancurkan brankas, Ren He dengan Kacu Merah-nya muncul dari sudut: "Ahem."
Waduh! Baru saja diteror setengah mati tadi malam, sekarang tiba-tiba ada orang melompat keluar. Bener-bener bikin merinding!
Tapi reaksi mereka justru membuat Ren He terkejut. Yang paling berani berusaha mencabut kapak untuk menyerang, namun tangannya seperti terkunci di udara.
Setelah lama, barulah mereka melihat jelas Kacu Merah di leher Ren He. Pemimpin grup dengan keraguan bertanya, "Kau juga datang mencuri lukisan?"
Saat itu Ren He dibuat menggelikan sekaligus kesal, ia berkata dengan tegas: "Semua jongkok di samping dengan baik!"
Pemimpin mereka langsung tidak terima. "Kita semua sama-sama datang mencuri lukisan. Kami bertiga, kau sendirian. Atas dasar apa menyuruh kami jongkok?" Begitu meletakkan kapak, ia langsung menyambar Ren He dengan kepalan tangan. Namun dengan tendangan halus, Ren He menjungkulkan si brengsek ini ke lantai.
Tidak mengakui kekalahan, mereka bertiga bangkit dan menyerbu bersama. Hasilnya, ketiganya kembali terkapar tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.
Di titik ini, mereka baru tersadar: "Bertiga pun kita tetap bukan tandingan orang ini!"
Ren He berkata dengan tenang: "Belum juga mengenaliku? Berani-beraninya mencuri lukisanku?"
Kalimat itu bagai petir di siang bolong menghantam kepala mereka. Semalam gagal mencuri lukisan malah dipermalukan brankas, hari ini nekat kembali tapi malah bertemu Sang Kesatria itu sendiri!
Barusan ucapan Ren He telah mengonfirmasi identitas sebenarnya. Di bawah cahaya lampu redup, mereka baru menyadari siluet itu memang persis seperti Kesatria! Tadinya tak terpikir karena tidak menghubungkan, tapi begitu disebut, kemiripannya jadi sangat jelas!
Pemimpin kelompok nyaris langsung bersujud di tempat: "Tolong tanda tangani kami!"
Wajah Ren He langsung memerah, reaksi macam apa ini?!
Dengan suara tajam ia membentak: "Kembali berjongkok rapi!"
"Baik-baik, kami jongkok asal kamu tanda tangani!"
Ren He sampai geleng-geleng, "Kalian ini kurang waras apa?"
Setelah ketiganya berjongkok patuh, ia berkata: "Ikuti ucapanku: Mencuri itu tidak benar."
Serentak mereka menirukan: "Mencuri itu tidak benar..."
Namun bersamaan dengan itu, bayangan hitam gesit masuk ke dalam lewat jendela. Sosok berbaju olahraga hitam lengkap dengan penutup kepala itu membuat Ren He mengangkat kening. Koq maling lagi datang?!
Namun yang paling bingung adalah pria yang baru saja membalikkan masuk ini. Dia memang datang untuk mencuri lukisan, dan telah mempelajari kamera pengawas di Columbia University selama beberapa hari, bahkan menyelidiki fakta bahwa Lao Richard membeli brankas belasan tahun lalu! Dia bahkan menghafal model brankasnya!
Lukisan ini baginya adalah sesuatu yang dapat diraih dengan mudah—tanpa keamanan, brankas tua, terlihat seperti Kesatria sedang menghormat memberikannya sejuta untuk dihabiskan!
Tapi setelah masuk, dia merasa ada yang tidak beres...
Di malam hari ini, di kamar yang seharusnya kosong, seseorang berdiri dengan Kacu Merah, tiga orang berjongkok dengan Kacu Merah serempak berkata: "Mencuri adalah tidak benar..."
Ia menoleh tajam melihat jendela di belakangnya... Apakah cara membukanya salah?!
