Seluruh anggota keluarga menyaksikan adegan anak bandel itu menyemprotkan pistol air ke Ren He tadi. Ekspresi wajah Ren He sangat tidak baik. Orangtua bandel si anak - yaitu Paman Ren He - buru-buru melerai: "Ren He, kamu kan lebih tua 8 tahun dari adikmu, jangan marahin dia ya, dia belum paham!"
Ren He sama sekali mengabaikannya, kembali memandang Ibu Ren: "Bu, aku mau ngomong sesuatu."
Ibu Ren tertegun, seluruh keluarga juga bingung - perubahan topik dramatis apa ini? Ibu Ren bertanya: "Apa yang mau kamu bicarakan?"
"Bu tahu aku sekolah di SMA Negeri 4 Ibukota kan?" Ren He mulai memasang batu loncatan.
“Iya, Ibu tahu. Tidak seperti ayahmu yang bisa lupa sekolah anaknya sendiri. Bulan lalu dia malah mengunjungi guru wali kelasmu di Sekolah 13, baru ingat kalau kau sudah pindah ke SMA Negeri 4 Ibukota,” Ibu Ren menggerutu tentang Lao Ren.
Pfft, ada kejadian seperti itu? Tapi Ren He belum menyelesaikan poin utamanya. Setelah pengantar yang cukup, dia melanjutkan, “Bagaimana pendapat Ibu jika saya juga menjabat sebagai profesor di departemen piano Juilliard School?”
Ren He terpaksa membuka kartu akibat situasi ini. Tapi dia tak mau menyerah begitu saja. Mengungkapkan atau tidak adalah pilihannya, cara penyampaian pun jadi hak prerogatifnya. Bertarung habis-habisan demi menghindari evaluasi buruk tanpa hadiah!
Ibu Ren tertegun, “Jangan mengada-ada! Kau bisa main piano? Jadi profesor? Pagi sekolah di Sizhong, malamnya terbang ke Amerika untuk mengajar? Jangan berkhayal! Fokuslah belajar dengan tekun, jangan memikirkan hal tak berguna.”
“Benar! Ibu memang benar, aku pasti akan belajar dengan baik! Tidak berangan-angan!”
Tepat, efek yang diinginkan tercapai. Semua yang perlu kukatakan sudah kusampaikan, misi selesai!
Sistem Hukuman Langit: "Inang menyelesaikan misi, evaluasi Menengah, tanpa hadiah!"
Ternyata memang tidak ada hadiah. Begitu... Ren He tiba-tiba merasakan belenggu di tubuhnya menghilang!
Si anak bandel belum sempat paham situasi, pistol air di tangannya sudah berpindah ke genggaman Ren He dengan kecepatan ekstrim!
Paman teriak kaget melihat aksi Ren He: "Ren He, kau lebih tua delapan tahun darinya!"
Tapi sasaran Ren He merebut pistol air bukanlah si anak bandel! Dalam situasi seperti ini, menggunakan senioritas untuk menindas junior adalah mutlak tidak boleh, bahkan orangtuamu pun tak bisa membantumu!
Jadi... Ren He memutar moncong pistol dan mulai menembak "biubiubiu" ke wajah pamannya...
Wajah paman Ren He basah kuyup dan langsung terpaku. Dia tak pernah menyangka perkembangan kejadian seperti ini, sama sekali tidak sesuai skenario!
Kecepatan Ren He memutar laras senjata dengan ketegasan, tekad, dan keluwesan yang sangat kental gaya koboi bagian barat, atmosfer rumah kita langsung membeku...
Padahal tadi dia sendiri bilang Ren He lebih tua delapan tahun dari si anak bandel, lha usianya melebihi Ren He bukan cuma delapan tahun - delapan belas tahun pun lebih pantas disebut!
Sebuah paradoks langsung muncul: Dia ingin menghukum Ren He, tapi sebagai Senior sementara Lao Ren dan Ibu Ren masih menonton di samping. Semua nasihat yang baru saja dia berikan ke Ren He, kini berbalik menjerat dirinya sendiri!
Sang Paman terperangkap dalam kondisi terpaku total. Meski kepandaiannya tak diragukan, untuk sementara waktu dia benar-benar tak bisa menemukan cara melampiaskan amarah terpendam ini...
Amarah terpendam ini... benar-benar brengsek menyiksa!
Tiba-tiba, sang Paman berdiri dan bergegas mendekati si anak bandel, langsung mencambuknya plak-plak-plak-plak: "Berani-beraninya main senjata air! Berani-beraninya main senjata air!"
Pandangan dunia anak bandel itu runtuh... Ren He yang menembakmu pakai senjata air, ngapa lu mukulin gue?!
Anak bandel itu langsung nangis, dipukulinya sampai level kepedihan yang bikin ngeri - hampir seperti level pemukulan digantung! Ren He buru-buru maju menghalangi: "Ngapa mukulin dia pas Tahun Baru begini? Hari bahagia gini jangan lah, ntar aja kalo mau!"
"Ntar aja"? Ucapan ini bikin si anak bandel mikir-mikir kok rasanya nggak beres!
Pemukulan itu berhasil dihentikan, tapi telat juga - bokong si anak bandel sekarang masih bengkak. Meski drama ini terjadi, acara Gala Tahun Baru harus tetap ditonton. Lao Ren juga sempat menegur Ren He: "Ngapa mukulin paman pakai senjata air?" Tapi situasinya lebih santai. Sejak Ren He umur 12, Lao Ren sudah nggak pernah mukulin dia - sekarang cuma teguran biasa yang sama sekali nggak dipedulikan Ren He.
Sementara Ibu Ren kini baru menyadari, anaknya ini sengaja membuat kejadian. Dengan metode tindakan drastis mengatasi Paman, lalu strategi pembunuhan lewat tangan orang lain untuk menaklukkan si anak bandel. Wah, Ibu Ren mulai memandang Ren He dengan cara baru...
Si anak bandel di sudut lain menangis tersedu-sedu dengan ekspresi hidup tak berarti, hingga kini ia masih belum memahami alur sebab-akibat kejadian tadi.
Secara logika, bukankah seharusnya aku yang menyemprotkan air ke Kakak Sepupu, lalu ketika Kakak mau menghukumku malah dihalangi ayahku? Di rumah orang lain kan selalu begitu!
Tapi di sini kenapa bisa berbalik? Dunia orang dewasa benar-benar brengsek kompleks! Apa tidak ada hukum lagi?!
Ren He merasa hari ini cukup sukses memberi pelajaran si anak bandel. Hanya belum tahu apakah si brengsek ini benar-benar akan bertobat. Malam hari setelah mengantar perpisahan seluruh keluarga Paman Kedua, yang mengejutkan Ren He adalah Ibu Ren secara khusus memintanya duduk untuk membahas beberapa hal.
Ibu Ren bertanya: "Katanya bos perusahaan Qinghe yang sedang booming itu adalah teman sebangkumu?"
Saat bagian pertama kalimat itu diucapkan, Ren He sempat kaget, jangan-jangan dirinya sudah ketahuan. Tapi bagian kedua yang tak terduga justru membuatnya lega.
Ren He berpikir sejenak lalu menjawab: "Iya, bukan cuma teman sebangku, hubungan kami juga sangat dekat."
Ibu Ren merenung sesaat: "Bagaimana pendapat kalian tentang pembayaran instan dan mal online?"
Sebagai pelaku properti komersial, minatnya justru tersulut oleh sistem pembayaran baru dan konsep mal online yang ramai diberitakan. Bukan berarti ia ingin banting setir, mengingat kapasitas terbatas, tapi lebih pada kekhawatiran: Jika benar seperti klaim Grup Qinghe bahwa siapapun bisa berjualan online tanpa perlu membayar sewa, apakah hal ini akan mempengaruhi penjualan ruko dan pendapatan sewa properti?
Perlu diketahui, model bisnisnya selama ini adalah menjual sebagian aset untuk likuiditas, sementara ruko yang tersisa menjadi sumber arus kas stabil melalui sewa.
Pendapatan sewa juga merupakan bagian yang sangat besar.
Ren He justru terkejut bahwa Ibu Ren bisa memikirkan hal ini begitu cepat. Kemampuan melihat keterkaitan ekonomi antar industri ini sangat tajam. Dugaan beliau benar adanya - di kehidupan sebelumnya ketika belanja online bangkit, hantaman terhadap penjualan toko fisik bukan hanya sedikit! Pernah ada periode dimana sewa ruko di Guangzhou anjlok 30% (terparah di negeri), lebih dari 5% toko fisik langsung gulung tikar!
Maka tak heran ada yang meragukan di dunia maya: Apakah Alibaba lebih banyak menciptakan lapangan kerja atau justru meningkatkan pengangguran?
Ini mungkin salah satu peristiwa paling parah dari dampak ekonomi internet terhadap ekonomi riil.
Ren He berpikir sejenak lalu berkata: "Menurutku dampak ini pasti akan terjadi. Properti komersial tak perlu mempertahankan lahan kecilnya sendiri. Lebih baik fokus ke pengembangan budaya dan hiburan. Tapi ingat, properti komersial tetap fondasi utama yang tak boleh goyah."
Ini pertama kalinya ia berbicara serius dengan Ibu Ren di bidang bisnis sebanyak ini, dirinya pun tak tahu dampak seperti apa yang akan timbul.
Namun Ren He tiba-tiba teringat suatu masalah: Jika Qinghe Pay berkolaborasi dengan properti komersial Ibu Ren, mungkinkah muncul efektivitas tak terduga? Misalnya, semua toko di 67 pusat properti komersial mereka mulai menggunakan pembayaran via ponsel Qinghe?
Tanpa kerja sama perusahaan seperti ini, pekerjaan promosi offline saja akan menyedot banyak sumber daya manusia dan material Qinghe. Walaupun ia punya konsep, sumber daya, dan dana, industri internet ini sama sekali bukan hal yang mudah dikembangkan.
Mungkinkah terjadi kerjasama antara dua pihak yang kuat?
……
