Dalam ingatan Lao Ren dan Ibu Ren, selain performanya yang semakin membaik akhir-akhir ini, seolah tak ada lagi hal menonjol dari anak mereka. Padahal harapan mereka terhadap Ren He hanyalah keselamatan sepanjang hidup, sarta warisan yang ditinggalkan Ibu Ren pun sudah cukup untuk dinikmati seumur hidup.
Tapi kini saat memandang Ren He yang duduk berhadapan, mereka sama sekali tak mengerti bagaimana anak yang biasa-biasa saja ini bisa berubah seperti ini?
Setelah mengetahui segala yang dilakukan Ren He kini, Ibu Ren tiba-tiba menyadari aura kepemimpinan yang sungguh terpancar dari diri pemuda itu.
Pantas saja saat Paman kecil Ren He mengusulkan menyewa gerai tanpa bayar, Ren He langsung mengambil tindakan drastis untuk memutus harapannya.
Sebenarnya, langkah Ren He mendirikan Kelompok Qinghe bukan sekadar menghasilkan uang, tapi juga menunjukkan pemahaman mendalamnya tentang ekonomi internet masa depan.
Ini membuat Ibu Ren dan Lao Ren benar-benar paham, kesuksesan yang diraih anak mereka hari ini sama sekali bukan kebetulan. Bukan seperti perasaan Si Tukang Pamer yang seolah menemukan tiket lotre, melainkan segala sesuatu yang diperoleh melalui kerja kerasnya sendiri yang sejati.
Ini berbeda.
Banyak orang sekarang menyebarkan teori 'belajar tak berguna' - si Anu jadi orang terkaya tanpa kuliah, si Anu malah bangkit setelah DO, banyak contoh seperti racun beracun terhidang di depan mata.
Tapi faktanya, Ren He tak bisa menilai apakah belajar berguna atau tidak. Tapi tak belajar bukan berarti bisa sukses dengan kebodohan.
Zaman sekarang semakin kejam terhadap yang berhasil. Mereka yang benar-benar sukses tak pernah berhenti mengisi daya dan memperkaya dasar pengetahuan.
Tak sekolah boleh saja, tapi harus punya kecerdasan, atau setidaknya kemampuan khusus untuk bertahan hidup.
Dulu saat nilai Ren He jelek, Ibu Ren sering mengomel tapi sebenarnya tak terlalu dipedulikan, bahkan tak pernah mendaftarkannya ke kelas kursus.
Kini Ren He juga bukan langsung putus sekolah, melainkan melanjutkan pendalaman di Sizhong sambil merintis usaha, hal ini membuat Ibu Ren merasakan kehangatan...
Jika ia tahu Ren He diam-diam sudah pergi ke AS, tak tahu apa reaksinya. Saat ini Ren He hanya membuka semua urusan Qinghe, tapi detail seperti Kesatria, profesor muda dll belum diungkap, tak berani menjelaskan.
Tindakan nekat pergi ke luar negeri dan main olahraga ekstrem memang belum saatnya diungkap. Lebih baik ditunda, jangan sampai Ibu Ren menganggapku melanggar segala hukum...
Saat itu Ibu Ren bertanya: "Lalu bagaimana kau menyeimbangkan studi dan pekerjaan sehari-hari?"
"Yah, jadi manajer penginapan yang melemparkan tanggung jawab. Di awal semua urutan dikerjakan sendiri. Sekarang setiap hari cuma melihat 13 laporan keuangan saja, termasuk delegasi wewenang penuh. Presdirnya Xu Nuo, latihannya juga cukup baik," Ren He menggeleng-geleng kepala menjelaskan. Ibu Ren memang tipe yang selalu ikut campur urusan perusahaan di fase apapun, sementara dirinya lebih suka memilih cara praktis. Tapi dia tetap menekankan: "Sebenarnya faksi Qinghe sekarang bisa bertunas dan bercabang justru karena delegasi wewenang dan filosofi saya benar-benar membina banyak pendiri yang mandiri. Kalau saya ikut mengurus segalanya, mereka pasti ragu-ragu dalam bertindak, hasilnya cuma budak rumah kita saja."
Pernyataan ini membuat Ibu Ren tertegun. Lao Ren sambil merenung berkata: "Aku memang merasakan, eksekutif Qinghe kalau bicara tidak rendah diri atau sombong. Jarang bilang 'ini harus lapor ke bos dulu'. Banyak urutan bisa mereka putuskan sendiri."
"Hmm, secara pribadi saya berpendapat, setelah manajemen perusahaan mencapai tingkat seperti ini, menurut saya cukup dengan mengontrol SDM dan keuangan saja," kata Ren He dengan tenang. Sebenarnya, kemunculan banyak eksekutif di Grup Qinghe yang mampu bekerja mandiri juga merupakan kebanggaan baginya.
Di perusahaan modern, terlalu mudah menemukan yes-man. Para direktur atau wakil direktur pun sering tak berani mengambil keputusan kecil atau memikul tanggung jawab. Untuk apa Ren He mempertahankan eksekutif seperti itu? Ujung-ujungnya yang capek tetap dirinya sendiri.
Ada pepatah yang sangat disetujui Ren He: "Jika seorang bos bisa meninggalkan perusahaan selama 24 jam tanpa menyebabkan kekacauan, berarti sistem manajemennya sudah cukup baik."
Ren He bukan sekadar absen 24 jam, bahkan 24 hari atau 24 minggu pun lebih dari itu...
Tentu saja, dengan kecanggihan jaringan internet sekarang, rapat video bisa dilakukan kapan saja. Saat berada di New York untuk urusan Assassin's Creed, Ren He juga sering mengadakan pertemuan dengan para eksekutif. Tapi itu semua hanya untuk menyamakan persepsi strategis, secara umum tetap menerapkan pola pengembangan tanpa intervensi.
Ini juga bisa dijelaskan sebagai perbedaan sikap mental Ren He dengan sebagian besar pengusaha sukses. Meski memiliki pengalaman berharga dari kehidupan sebelumnya, ia tidak terlalu menggebu-gebu akan uang. Ia tetap mempertahankan sikap mental orang biasa: Uang dari Dota saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya...
Sebelumnya Ren He sempat khawatir akan munculnya penguasa di industri perangkat lunak komunikasi yang membuat game Dota palsu berbasis basis pengguna untuk merebut pasarnya. Kini setelah ia memutuskan untuk terjun langsung, posisi Dota semakin tak tergoyahkan...
Ibu Ren dan Lao Ren terdiam lama. Hingga saat ini mereka masih belum bisa sepenuhnya mencerna volume informasi raksasa yang disampaikan Ren He. Sejujurnya, mereka adalah orang-orang yang sudah berpengalaman menghadapi ombak raksasa. Andai mereka menyaksikan Ren He membangun Qinghe perlahan-lahan, tentu tak akan seguncang hari ini.
Namun faktanya, kontras performa Ren He sebelum dan sesudah benar-benar mencolok. Dari remaja SMA biasa tiba-tiba berubah menjadi pemimpin perusahaan bernilai puluhan miliar, bahkan salah satu pemimpin di industri internet saat ini...
Industri internet memiliki keunikan tersendiri. Di dunia baru ini, pengaruh posisi kepemimpinan jauh melampaui para raksasa di ekonomi riil.
Anak kandungnya tiba-tiba memiliki nilai diri puluhan miliar? Padahal sebelumnya mereka susah payah membatasi ekonominya! Ini sama sekali nggak ada gunanya, nggak bisa dikendalikan!
Yang paling menghangatkan hati Ren He sebenarnya adalah sikap hormat Lao Ren dan Ibu Ren terhadapnya. Seperti tahun lalu ketika ia mengusulkan pemikiran tentang mode operasi pusat properti komersial Luohe, kini Ibu Ren telah mengadopsinya.
Banyak perusahaan yang mempertahankan kebijakan "hanya menyewa, tidak menjual" saat merambah properti komersial, justru menyebabkan masalah serius pada rantai pendanaan mereka. Namun properti Luohe tetap sehat, bahkan berpeluang menaikkan peringkat.
Rantai pendanaan yang baik berarti prospek pengembangan yang lebih cerah dan kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Lao Ren belum merasakan apa-apa, tapi Ibu Ren berbeda. Sekarang ia menyadari, ucapan Ren He tahun lalu sama sekali bukan kebetulan. Sebenarnya itu adalah peringatan terselubung yang disampaikan dengan pura-pura polos!
Sekarang ketika diingat-ingat, syukurlah waktu itu aku mendengarkan.
Tatapan Ibu Ren sekarang pada Ren He seperti melihat anggota tim penasihat brilian. Dulu tim penasihat pun tak mampu menyusun skema utuh, hanya menyebut pendanaan sebagai jalan wajib untuk kesehatan keuangan perusahaan.
Rasio utang Nuohe Property saat ini 38.7%, sebagian besar berasal dari pinjaman berbunga seperti kredit bank, trust, dan obligasi luar negeri.
Ini sudah termasuk terbaik di industri properti!
