Kedatangan Ren He dan Ibu Ren sempat menghentikan ritme kerja yang sibuk. Sejujurnya staf Qinghe juga tak menyangka bos besar akan datang mendadak malam ini.
Ren He membimbing Ibu Ren ke ruang rapat. Tak sampai lima menit, lebih dari 30 orang berbaris masuk. Sebelumnya hanya ada 21 eksekutif di Qinghe. Sehari sebelumnya, 18 orang mengundurkan diri dan 18 orang lain dipromosikan untuk menggantikan, sehingga total sekarang menjadi 39 orang.
Meski 18 maestro faksi Qinghe mengundurkan diri dari Grup Qinghe dan menjadi mitra faksi Qinghe, dalam kondisi Qinghe masih memegang kendali penuh atas semua anak perusahaan, mereka masih menganggap diri sebagai bagian Qinghe. Orang pintar seperti Cheng Shanshui memahami situasi ini dengan jelas di hatinya.
Bahkan jika mereka mencoba mencari pendanaan sendiri, di tahun 2007 yang genting ini mustahil mendapat 10 juta hanya dengan kata-kata mereka. Lagipula, siapa yang tahu tujuan tersembunyi pemegang saham besar yang memberikan pendanaan tersebut?
Di dunia kapitalis, peristiwa "membuang kuda setelah penggilingan selesai" bukan hal langka. Tingkat kepemilikan saham mereka yang akan diencerkan pada akhirnya adalah konsekuensi yang bisa diprediksi.
Dan sejujurnya, konsepsi saya tentang masa depan internet dibandingkan bos besar di balik layar Qinghe yang sejati ini terasa tak berarti. Bisa dibilang bahkan di dalam faksi Qinghe, ada perasaan memuja di antara para maestro sekalipun.
Jadi Qinghe tetaplah Qinghe, bos besar tetaplah bos besar!
Setelah semua orang berkumpul, tak ada yang paham apa maksud bos besar kali ini. Perempuan paruh baya di tempat duduk di sebelah bawah bos besar itu siapa? Dari kebijaksanaannya, terlihat seperti seseorang yang lama menduduki posisi tinggi.
Jangan-jangan ini eksekutif tenaga eksternal bos besar? Seharusnya tidak. Semua saling memahami diam-diam betapa bos besar menekankan pembinaan internal, terutama dalam warisan budaya perusahaan.
Apa itu warisan budaya perusahaan? Yaitu tingkat pengakuan setiap karyawan Qinghe terhadap budaya dan prinsip perusahaan, agar semua bisa menyatukan tenaga.
Kebanyakan eksekutif eksternal akan mengalami ketidaknyamanan beradaptasi dengan budaya perusahaan, bahkan sampai menolak. Ren He juga tak mau mengorbankan kolektif demi satu individu.
Posisi Direktur SDM sebelumnya tetap dibiarkan kosong, ada yang menyarankan Ren He untuk merekrut tenaga eksternal, namun Ren He tetap tidak setuju. Alih-alih, ia mempromosikan Shi Yan, karyawan senior melalui sistem promosi internal. Awalnya Shi Yan sempat merasa tidak nyaman, namun kini sudah mahir menjalankan tugasnya.
Hingga kini, dari tiga maestro yang tersisa, terdapat Shi Yan yang menangani manajemen SDM, Wang Yihan di bidang keuangan, dan Huo Yuhao di administrasi.
Ketiga posisi ini selalu menangani urusan internal. Keluar untuk merintis usaha pun tak menarik bagi mereka...
Xu Nuo sendiri berstatus sebagai Presiden Direktur sekaligus pemegang saham, sehingga tidak termasuk dalam 21 orang tersebut.
Lalu siapakah orang ini? Hingga harus memanggil kami semua dengan skala sebesar ini, bahkan tahun baru pun dilewatkan.
Tanpa disadari, Ibu Ren juga merasa canggung. Biasanya ia selalu duduk di posisi utama Ren He. Hari ini duduk di samping bawah justru terasa segar, sekaligus memunculkan rasa bangga yang unik.
Ren He tersenyum: "Para maestro sekalian, di hari Tahun Baru seperti ini tidak pulang merayakan? Apakah merintis usaha membuat kalian begitu bersemangat? Seingatku tahun lalu, 17 dari 21 eksekutif mengambil cuti kan?"
“Ini kan menunggu bos besar datang memberi perhatian, ditambah gaji lembur tinggi dari Qinghe kita,” Cheng Shanshui tertawa.
“Lho,” Ren He meliriknya sambil mengolok-olok: “Bukan begitu kesepakatan kita sebelumnya? Kau sudah jadi mitra usaha dan pemegang saham, kok masih mengincar gaji yang aku posting?”
“Kan Bapak tajir. Tabungan kami semua sudah diinvestasikan. Kalau Bapak tidak posting gaji, kami bisa kelaparan,” seorang lain berkelakar: “Dan tolong tetapkan gaji lebih tinggi. Saat ini ada dua identitasku: pertama sebagai pengusaha sukses, kedua tetap sebagai karyawan Qinghe. Aku sudah mantap di sini.”
Ren He tersenyum. Ia paham ini cara mereka menyatakan kesetiaan secara terselubung. Di perusahaan lain, jarang karyawan berani tawar-menawar gaji dengan bos. Tapi ia tidak kekurangan uang. Selama mereka setia pada Qinghe, Qinghe pun akan setia pada mereka.
Di Qinghe, segala sesuatu yang logis selalu sederhana.
Ibu Ren yang berada di dalam situasi tersebut merasa paling penasaran, di Kelompok Luohe siapa yang berani menawar-menawar dengan bos secara terang-terangan? Jangan dikatakan Qinghe, di 99% perusahaan Tiongkok pun orang tidak berani, membicarakan gaji dengan bos selalu menjadi hal yang tabu.
Kalau kamu sudah mengangkat masalah gaji, apakah tidak canggung jika bos tidak memberikannya? Tapi jika diberikan, bos sendiri juga akan merasa sakit hati.
Ren He adalah orang yang tidak akan sakit hati, sebenarnya mereka semua bekerja untuk diri sendiri. Dibandingkan prospek masa depan 18 cabang ini, mengeluarkan gaji eksekutif lebih banyak sekarang hanyalah hal sepele.
Dia mulai membahas hal lain. Ren He berkata kepada Huo Yuhao yang bertanggung jawab di bidang administrasi: "Rencana proyek kawasan perumahan Qinghe harus memiliki jadwal mundur. Tidak perlu memperlihatkannya padaku, tapi jika target waktu tercapai dan kamu gagal, bonus akan dipotong."
"Jamin menyelesaikan misi, kalau selesai lebih cepat apa ada hadiah?" Huo Yuhao juga bercanda, di Tahun Baru Imlek seperti ini meski sedang lembur, tapi suasana hati semua orang masih relatif santai. Lagipula mereka sudah terbiasa bercanda dengan Ren He.
"Ada, ada hadiah. Hadiahnya adalah semua kolega Qinghe akan berterima kasih padamu!" Ren He menghindari topik itu dan melanjutkan sambil tertawa, "Saya tegaskan, meski saat ini Qinghe baru memiliki lebih dari 1000 karyawan, prospeknya sudah kalian pahami. Apapun kondisi perusahaan di masa depan, 18 anak perusahaan yang dikendalikan Grup Qinghe ini akan diperlakukan setara."
"Investasi kita untuk sebidang tanah ini benar-benar tidak kecil. Saat ini di seluruh Luocheng tidak ada perusahaan yang mengambil tanah seperti kita, bahkan Grup Luohe pun tidak memiliki keberanian visioner seperti ini," kata Ren He sambil melirik Ibu Ren dengan tersenyum.
Perasaan Ibu Ren campur aduk. Dia sama sekali tidak marah, hanya merasa anaknya tumbuh terlalu cepat. Duduk di sana berbincang santai sama sekali tidak terasa aneh, seolah dia memang ditakdirkan untuk duduk di posisi itu.
Ini adalah aura kepemimpinan yang paling unik.
Ren He melanjutkan: "Apartemen karyawan harus dibangun dengan standar tinggi. Kalau sekarang kamu mengurangi kualitas material, nanti karyawan akan memaki ibu di belakang. Ingat kebijakan kita - rumah ini akhirnya harus bisa digunakan karyawan untuk pensiun di dalamnya. Saya tidak ingin melihat ranjang bertingkat atau toilet umum seperti pabrik nakal. Harus dipasang kloset, karena itu adalah rumah mereka."
"Yang belum menikah di bawah 25 tahun berdua satu kamar, yang sudah menikah atau melebihi 25 tahun harus dapat kamar sendiri," Ren He menyampaikan detail ini karena khawatir Huo Yuhao terlalu berhemat untuk perusahaan. Sebenarnya di tahun 2007, berapa banyak yang bisa dihemat? Tidak cukup untuk menutup gaji karyawan.
