Saat Ren He mengetahui identitasnya sebagai bos besar di balik layar Qinghe terbongkar, reaksi pertamanya adalah menganalisis hubungan antara Qinghe dengan Kesatria - apakah ada yang akan menemukan petunjuk kecil dari informasi identitas ini.
Berapa banyak orang yang tahu identitas Kesatrianya? Klub Qinghe, Xia Yuting, Liu Erbao, An Si, Xu Nuo, Yang Xi - apakah masih ada lagi? Tidak.
Dulu ada wartawan yang menyelidiki identitasnya. Karena dia langsung menyebut nama Xu Nuo saat mendaftar maraton, sang wartawan mengira Kesatria adalah Xu Nuo. Setelah rombongan wartawan datang, Ren He bersembunyi. Tanpa disadari, kebetulan ini justru menjadi berita palsu.
Bahkan wartawan itu pun tidak tahu namanya sendiri.
Tapi ini bukanlah kunci utamanya. Yang paling penting seharusnya adalah aksi berbahaya yang pernah kulakukan di sekolah - panjat gedung, lompat dari ketinggian. Ini sangat mudah dikaitkan dengan Ksatria, karena ciri khas olahraga ekstrem yang terlalu mencolok!
Jika bukan orang yang berani mempertaruhkan nyawa, hal seperti melompati gedung sekolah ini puluhan ribu tahun pun takkan bisa dilakukan.
Dan di saat seperti ini, media pasti akan menggali semua petunjuk. Misalnya, linimasa Ren He dan Ksatria.
Ksatria pergi ke ibukota, Ren He juga masuk SMA Negeri 4 Ibukota.
Ksatria pergi ke California Amerika, Ren He cuti studi dari SMA Negeri 4 Ibukota ke New York. Meski lokasi berbeda, tapi sama-sama di Amerika. Orang-orang sama sekali tidak bodoh.
Sebelumnya benar-benar karena fenomena "hitam di bawah lampu". Jika seseorang menilai sesuatu dari sudut pandang Tuhan tentu mudah, tapi saat berada di dalam situasi tersebut, sangat sulit untuk menemukan sesuatu.
Tapi sekarang media sudah turut campur. Mereka menyelidiki Ren He dengan sikap seperti menginvestigasi masa lalu hitam selebritas. Mereka mengumpulkan petunjuk paling objektif dari sudut pandang paling objektif, bahkan petunjuk yang tidak objektif pun bisa mereka karang berdasarkan imajinasi sendiri.
Pihak lawan tidak perlu bukti. Ren He juga tidak punya ruang untuk berdebat dengan mereka. Mereka punya koran, punya TV. Ren He cuma punya akun Weibo yang baru uji coba, sama sekali bukan tandingan.
Jadi masalah ini tidak bisa diperdebatkan dengan jelas, dan memang tidak perlu diperdebatkan, karena Ibu Ren tidak membutuhkan bukti...
Sebelumnya, Ren He tidak pernah benar-benar mempertimbangkan matang-masak masalah apa saja yang akan dihadapi jika identitasnya sebagai pemilik Qinghe terbongkar, misalnya beberapa kejadian yang sangat mungkin terjadi sekarang.
Dia terlalu gegabah!
Identitas Kesatria-nya sangat mungkin akan terungkap, namun masalahnya sekarang Ren He sama sekali tidak memiliki alasan yang bisa diterima untuk mempertahankan kerahasiaannya. Bagaimana reaksi Ibu Ren dan Lao Ren jika mengetahui segala yang ia lakukan selama ini? Pasti mereka akan mengurungnya dan memaksanya bertobat! Mereka hanya punya satu anak, yang setiap hari hanya memikirkan cara mempertaruhkan nyawa. Mana mungkin mereka tenang!
Jika berada di posisi Ren He, ia sendiri pun merasa akan mengurung anaknya, bahkan membawanya ke psikiater: "Jangan-jangan ada gangguan psikologis, brengsek!"
Saat ini masih dalam tahap investigasi para wartawan, jadi Ren He masih punya waktu untuk berlomba dengan media. Tapi, mampukah ia menghapus ingatan begitu banyak orang?
Mustahil mengulang skenario sebelumnya dimana Lao Zhou melarang semua pihak bersuara secara kolektif, karena Zhou Wumeng sudah tidak lagi bergabung dengan Kelompok Media Ibukota.
Inilah makna idiom "dukungan menguap setelah kejatuhan". Dulu Lao Zhou adalah pemimpin redaksi dan Ketua Dewan Kelompok Media Ibukota, orang-orang tidak berani melawanmu karena statusmu sebagai maestro di sektor pemerintah.
Tapi sekarang kamu sudah pensiun, masih bisa menghalangi kami menyelidiki berita? Tak ada aturan seperti itu!
Apa lagi cara yang dimiliki Ren He?
Sebenarnya teman-teman sekelas Ren He juga bingung, terutama teman SMP. Awalnya mereka ingin mendekatinya karena statusnya sebagai juara ujian masuk SMA.
Masa remaja memang suka bergaul dengan orang-orang berprestasi. Bahkan siswa terbelakang pun diam-diam ingin menjelaskan keinginan mereka pada sosok populer di sekolah.
Tapi Ren He menolak mereka dengan tindakan nyata. Ia membuat mereka paham bahwa dirinya tak berminat berteman. Dalam perjalanan hidup, Ren He selalu memilih pola ringkas - terlalu banyak hutang budi dan urusan duniawi justru membuatnya lelah.
Namun tiba-tiba saat ini tersebar kabar bahwa Xu Nuo adalah pendiri perusahaan game Qinghe. Semua orang segera mengerumuni Xu Nuo. Mereka juga masih bermain game Kunlun. Karena jabatannya, Xu Nuo kadang-kadang memberikan beberapa equipment kepada teman sekelas lamanya. Saat ini game Dota masih dimainkan, perusahaan game Qinghe selalu sukses dengan setiap game yang dirilis, mustahil dihentikan.
Selain itu, Xu Nuo sangat royal dalam mengeluarkan uang. Reuni sekolah setelahnya selalu diadakan di tempat mewah, dan selamanya Xu Nuo yang membayar semuanya.
Saat ini semua orang merasa telah mendapatkan 'kaki besar'. Keinginan untuk mendekati Ren He sebelumnya pun memudar.
Hasilnya, sialan! Ternyata kepemilikan saham Xu Nuo hanya 3%, sementara Ren He menguasai 97%!
Sosok yang hampir menghilang dari pandangan tiba-tiba muncul kembali dengan sikap yang tegas dan berkuasa.
Semua orang terpana, Ren He... benar-benar jempolan brengsek!
Dulu saat semua memuji Xu Nu, dia selalu merendah dengan berkata "Ini bukan jasaku". Semua mengira itu basa-basi, ternyata itu benar-benar pernyataan jujur!
Namun kehidupan Ren He sudah terlalu jauh melampaui mereka, seolah berada di dunia yang berbeda. Pemuda itu sejak tingkat tiga mulai Mengguncang Langit, lalu menghilang dari pandangan semua bagai debu tertiup angin.
Bukan karena kita memilih jalan berbeda lalu berpisah, tapi karena orang di depan berjalan terlalu cepat, tak ada yang mampu menyamai langkahnya.
Kesepian yang pernah dirasakan Ren He memang berasal dari sini. Seperti sepulang sekolah kita pulang bersama, tas digendong di punggung, namun satu per satu teman sampai di rumah mereka, hingga jalanan hanya menyisakannya sendirian.
Bukan dia tak ingin pulang, tapi jalannya... lebih panjang, lebih jauh.
Saat identitas Ren He terbongkar, yang paling terguncang adalah anggota Klub Qinghe. Awalnya mereka pikir dengan mengetahui identitas Kesatria berarti sudah memahami wajah asli Ren He, namun kini mereka sadar diri mereka terlalu polos.
Benar, Ren He sama sekali tidak kekurangan uang. Bahkan bisa dengan mudah melepas Permainan Pembunuhan yang dibuatnya, karena memang uangnya habis bukan masalah.
Tapi sebelumnya tak ada yang punya konsep jelas tentang seberapa tajir Ren He sebenarnya. Kini mereka paham, nilai diri 16 tahun mencapai puluhan miliar, itu pun baru garis start Ren He...
Sizhong dipenuhi generasi berbakat luar biasa. Seperti kesan Ren He, mereka memiliki kecerdasan ala Yahudi yang luar biasa dan sikap sok hebat.
Namun ketika kabar tentang Ren He terungkap, semua mengira Klub Qinghe sudah cukup bersinar - sampai-sampai murid Sizhong bisa menyumbang beasiswa yang tercatat dalam sejarah sekolah.
Tapi sekarang mereka sadar: mereka masih menilai rendah pemuda itu...
Yang disebut kesombongan komunitas studi wisata itu, di hadapan faksi Qinghe hanyalah permainan kecil belaka. Tak heran Ren He di Sizhong terkesan angkuh, menolak semua undangan acara klub lain, membuat anggota Klub Qinghe pun ikut bersikap angkuh.
Klub Qinghe kini melambung bagai matahari di tengah hari di Sizhong, memancarkan kilau yang sulit dijangkau.
Rupanya semua ini bersumber dari kesombongan sang pemuda itu.
Benar, ia punya modal untuk itu - bisa menolak acara klub, mengabaikan semua pendapatan Klub Qinghe, dan tetap angkuh.
Karena dialah nakhoda faksi Qinghe.
