Setelah menaklukkan Tembok Fajar, TK kembali menawarkan kontrak harga selangit kepada Kesatria. Sebelumnya banyak yang mencurigai apakah Kesatria akan menarik tangan dan berhenti melakukan tantangan.
Bagaimanapun, di dunia kompetitif kita sering melihat ahli sejati yang langsung pensiun setelah mendapatkan reputasi, harta, dan uang yang cukup.
Mereka khawatir reputasinya akan jatuh ribuan li jika mengalami kekalahan di kemudian hari, diikuti dengan cap sebagai yang gagal dan pendapatan ekonomi yang terjun ribuan zhang.
Jadi orang-orang juga bertanya-tanya: Apakah Kesatria akan berubah setelah punya uang?
Sepertinya ini topik abadi: Apakah pria akan jadi jahat setelah kaya? Apakah atlet kompetitif akan malas setelah tajir? Apakah proletar akan berubah menjadi kapitalis baru?
Seolah-olah uang adalah dosa awal yang membuat segala sesuatu memburuk.
Lalu Ren He menggunakan kutipan terkenal dari sastrawan Lu Xun di kehidupan sebelumnya untuk menjawab: Semoga pemuda dunia bisa melepaskan diri dari AC, hanya terus maju ke atas, tak perlu mendengarkan perkataan mereka yang menyerah. Yang bisa mengerjakan tugas, kerjakanlah tugas. Yang bisa menyuarakan teknik vokal, bersuarlah. Ada satu Fen panas, pancarkan satu Fen cahaya. Seperti kunang-kunang, bahkan dalam gelap pun bisa memancarkan tusukan cahaya, tak perlu menunggu obor raksasa.
Sampai jumpa di persimpangan berikutnya!
Namun selama ini Kesatria sama sekali tidak menunjukkan pergerakan, para maestro pun mulai gelisah, bukankah dijanjikan "sampai jumpa di persimpangan berikutnya"? Bagaimana bisa lenyap begini?
Faktanya baru belum sampai tiga bulan, tapi semua tetap merasa khawatir.
Hingga kini, perkataan Kesatria masih terpampang setiap hari di header situs web resmi TK, seolah TK telah mengubahnya menjadi prinsip mereka sendiri.
Tepat ketika kecemasan mencapai puncaknya, Kesatria akhirnya menunjukkan pergerakan baru lagi——Harap ditunggu!
Penggemar Kesatria tiba-tiba merasa mereka sangat mencintai empat kata ini, sebab begitu melihat frasa "Harap ditunggu", mereka langsung paham bahwa Jalan Tantangan Kesatria telah dimulai kembali!
Akhirnya dimulai! Tapi kali ini apa lagi? Sepertinya Kesatria belum pernah menantang downhill sepeda gunung? Sebelumnya hanya speedrun jalan raya saja, faktanya tingkat kesulitan downhill gunung memang lebih tinggi.
Namun justru karena tingkat kesulitannya tinggi dan faktor risikonya besar, sampai sekarang belum banyak yang berani menantang materi ini, juga belum ada Sang Juara yang diakui secara umum.
Mengingat Kesatria memang ahli di bidang sepeda, banyak yang sangat mencurigai Kesatria akan kembali menantang domain ini.
Tapi ada juga yang punya pendapat berbeda, langkah-langkah Kesatria saat ini jelas-jelas sedang melangkahi berbagai domain dengan gila-gilaan, kalau mau main downhill gunung pun harus menunggu sampai semua Juara di bidang lain berhasil diraih.
Ren He tidak memperhatikan hal-hal ini. Tantangan adalah urusannya sendiri, tentu harus sesuai dengan hati sejati. Apa yang paling ingin dimainkan saat ini, maka itu yang akan ditantang!
Lagipula Ren He dan Yang Xi sudah satu bulan tidak bertemu. Setiap malam Ren He tetap datang tepat waktu ke apartemen sebelah tempat Yang Xi berlatih kecapi, hari-harinya terasa begitu santai. Keduanya menikmati perasaan reuni setelah berpisah singkat, hampir tak sabar ingin nempel terus seharian.
Tapi sekarang kondisi sudah tidak memungkinkan lagi.
Ketika kembali mengajar di Juilliard School, dia diam-diam mengamati reaksi semua orang. Ini untuk memastikan apakah ekspos identitasnya di dalam negeri benar-benar tidak mempengaruhi sini. Nyatanya memang tak ada yang memberikan perhatian khusus padanya.
Hanya segelintir guru di Juilliard School yang tahu nama aslinya. Sekarang semua orang memanggilnya anything, nama asli dalam bahasa China yang sulit diucapkan itu sudah hampir terlupakan.
Pertama, mereka tidak memahami bahasa Mandarin. Kedua, nama Ren He di Amerika juga muncul dalam bentuk huruf Latin. Tepat benteng bahasa inilah yang menambahkan satu lapisan payung pelindung bagi Ren He.
Hanya saja kini status Yang Xi juga telah berubah luar biasa. Dulu mereka bisa pergi bersama ke supermarket membeli sayuran, camilan, dan kebutuhan sehari-hari layaknya pasangan suami istri.
Namun sekarang berbeda. Bahkan saat berjalan di supermarket pun Yang Xi berisiko dikenali. Sungguh, Yang Xi telah menjadi figur yang dikenal setiap rumah.
Sepuluh lagu, masing-masing memiliki basis pemirsa raksasa. Setelah sebulan berlalu, mereka masih kokoh bertengger di 10 besar daftar 100 besar.
Prestise semacam ini setara dengan super diva domestik, berada pada level pemantauan yang sama. Kini di luar rumah dan Akademi Musik Juilliard, ia harus selalu mengenakan kacamata hitam dan masker.
Lagipula Yang Xi tidak terlalu mempedulikan penampilan. Baginya, menyanyi dan kehidupan itu sendiri jauh lebih penting daripada nama dan harta. Metode penyamarannya pun aneh dan unik.
Ini membuat Ren He tiba-tiba teringat pada Leonardo DiCaprio dari kehidupan sebelumnya...
Namun belum genap seminggu Ren He tiba di New York, tiba-tiba telepon Liu Erbao menyambung: "Saudara, kami sudah sampai di bandara New York, kamu di mana?!"
Mendengar telepon itu, Ren He langsung terpaku: "Benda apa ini?"
"Hahaha, kejutan dan sukacita? Kami sudah sampai di New York, equipment juga datang! Tinggal menunggu memvideomu, kebetulan kami juga belum pernah benar-benar bermain di AS, datang untuk menikmati hidup," teriak Liu Erbao penuh sukacita di seberang telepon.
Ren He agak linglung, sialan, dia memang berencana melanjutkan tantangan, tapi equipment pesanan khususnya belum selesai, minimal butuh siklus waktu 2 bulan. Pesan setelan jas biasa saja butuh 20 hari, apalagi equipment profesional seperti ini?
Hasilnya, dalam kondisi sama sekali tidak siap, dia menerima telepon Liu Erbao yang bahkan tidak memberi tahu sebelumnya—mungkin bermaksud memberi kejutan...
Ren He antara ingin tertawa dan menangis: "Kenapa datangnya cepat sekali? Tunggu, aku akan menjemput kalian sekarang."
Liu Erbao sebenarnya cukup sering datang ke AS untuk urusan bisnis internasional, tapi New York benar-benar pertama kali baginya. Kedatangannya yang lebih awal juga karena kesal terus diawasi wartawan di kampung halaman. Di sini dia bisa minum arak beberapa gelas dengan Ren He yang selalu mengeluh kesepian di Amerika.
Memang Ren He sedang santai. Di Columbia University urusannya bisa ditinggal karena ada dukungan Lao Richard. Sementara di Juilliard School, sehari maksimal satu kelas, seminggu cuma empat sesi pelajaran.
Bagaimanapun musik lebih mengandalkan latihan dan bakat. Tugas Ren He hanya mengajarkan teori revolusionernya, lalu mengevaluasi hasil latihan mingguan murid-murid sekaligus melakukan koreksi bertahap.
Tapi kedatangan Liu Erbao ini... benar-benar terlalu awal!
Gerombolan Arak Maniak ini sampai di New York juga tak punya kegiatan penting, pasti bakal menyeretnya minum tiap hari. Meski Ren He punya toleransi alkohol cukup baik berkat poin fisiknya, tetap saja tak kuasa menahan mereka yang tiap hari memaksanya minum, apalagi sulit menolak.
Ren He tiba-tiba merasa para wartawan dalam negeri yang tiap hari menguntit Liu Erbao dan kawan-kawan, sampai mereka tak bisa mencari dirinya minum tiap hari, sebenarnya sedang menyelamatkannya dari lautan alkohol...
Harus cariin mereka kegiatan... Tapi kegiatan apa ya yang cocok?
Hah, apa bisa menyuruh mereka membuat MV untuk lagu baru Yang Xi? Kan ada peralatan dan waktu luang, tidak digunakan sayang! Lagipula di kepalanya sudah tersimpan konsep kreativitas luar biasa!
