Kedatangan telepon dari calon mertua di saat seperti ini benar-benar di luar dugaan Ren He. Perasaan geli di selangkangan ini sangat menyiksa.
Tapi tiba-tiba ada kegelisahan samar-samar di hati Ren He. Sebelumnya Sistem Hukuman Langit baru saja memberinya teknik dasar senjata api. Dia sudah punya teori berbeda di dasar kalbu: Jangan-jangan sistem sudah memprediksi dia akan tersedot pusaran tertentu, makanya memberikan skill ini lebih dulu sebagai perlindungan diri.
Ia tidak yakin sepenuhnya, bahkan memiliki pemikiran lebih mendalam tentang teori ini: Jika ia menerima misi lagi dan menyelesaikannya, lalu Sistem Hukuman Langit terus memberikan hadiah terkait senjata api, maka besar kemungkinan tebakannya memang benar.
Jika benar demikian, Ren He justru akan lebih senang. Meski Sistem Hukuman Langit tak memberitahukan informasi apapun, namun sepertinya ia bisa sedikit mengintip niat sistem melalui hadiah-hadiah di masa depan, sehingga meningkatkan perlindungan diri.
Mengaku sebagai orang biasa, ia tak berniat terlibat dalam pusaran manapun. Namun kenyataannya seperti saat Yang Xi diculik dulu, terkadang ia pun tak punya pilihan.
Karena itu ketika tiba-tiba telepon Yang En masuk, Ren He masih menduga apakah memang ada masalah. Mungkin isi telepon ini bisa memberinya jawaban.
Yang Xi seolah menemukan alasan untuk melepaskan diri. Dengan wajah memerah ia mendorong Ren He dan mengangkat telepon: "Hei, Ayah?"
“Xiao Xi, Ayah akan tiba di New York dari Washington malam ini. Ajak Ren He makan bersama, ya?” kata Yang En melalui telepon.
Ren He tertegun sejenak. Cuma makan bersama? Jangan-jangan dirinya yang terlalu berandai-andai? Namun sebelumnya, saat Yang En tidak muncul di Bandara Internasional New York untuk menjemput, Ren He sudah punya firasat tertentu.
Tapi yang mengejutkannya, pihak itu malah mau mengajaknya makan. Tampaknya calon mertua lebih lapang dada dibanding ibu mertua... Kalau diganti dengan ibu mertua, mungkin enggan sekadar bertemu.
Tentu saja Yang Xi menyetujui. Saat dia pulang ke Tanah Air, Yang En kebetulan baru mulai bertugas di Washington. Itu artinya mereka sudah beberapa bulan tidak bertemu.
Ren He berpikir sejenak, ia harus memanfaatkan waktu sebelum Yang En tiba untuk menguji kemampuan penggunaan senjata apinya. Hanya dengan benar-benar mencobanya barulah ia bisa memahami seperti apa sebenarnya tingkat dasar kemampuannya. Apalagi jika benar-benar terjadi sesuatu malam ini, setidaknya ia punya kemampuan bertahan diri.
Jika tebakannya benar bahwa Sistem Hukuman Langit sedang memberikan isyarat samar, setidaknya ini membuktikan bahwa bahaya kali ini benar-benar luar biasa - sampai-sampai perlu menggunakan senjata api.
Setelah memberi tahu Yang Xi, ia segera pergi untuk mencoba senjatanya di klub shooting di New York.
Bisakah wisatawan yang bepergian ke luar negeri bermain senjata di AS? Jawabannya sangat mungkin, cukup bawa paspor. Hanya saja untuk pertama kali harus didampingi. Yang menemani Ren He adalah Liu Erbao, karena status Yang Xi sekarang sudah tidak cocok untuk menemani hal seperti ini.
Liu Erbao juga sangat antusias mendengar ajakan main senjata. Tidak banyak pria yang tidak antusias bermain senjata. Ren He di tanah air masih pernah memegang beberapa kali, sementara Liu Erbao sama sekali belum pernah...
Harga sewa senjata hanya 20 dolar, yang mahal adalah harga peluru dan kertas target. Ren He pernah dengar bahwa saat masuk ke tempat latihan tembak harus membawa penyumbat telinga sendiri, penutup teping yang disediakan klub tembak sama sekali tidak berguna...
Saat tiba di klub tembak, petugas bertanya senjata apa yang ingin disewa Ren He. Ren He memandang semua senjata yang tergantung di dinding sekelilingnya, beberapa senjata bahkan tidak ia ketahui namanya. Yang ia tahu hanyalah, semua bisa ia gunakan...
Saat itu klub tembak sedang sepi. Ren He berpikir sejenak lalu bertanya: "Bisakah saya mencoba semuanya?"
Ini adalah pemikiran jujur dari lubuk hatinya. Mengingat jika benar terjadi masalah, ia tidak tahu senjata apa yang akan digunakan. Jadi mencoba semuanya sepertinya lebih aman.
Pemilik klub langsung terpaku. Ini pertama kalinya ia mendengar permintaan seperti ini...
Liu Erbao juga menarik lengannya dengan wajah bersalah: "Jangan berlebihan, kita main-main saja!"
Tapi mereka semua tidak tahu tujuan Ren He. Ini semua Ren He lakukan demi keselamatan dirinya sendiri. Siapa yang tahu hantu macam apa yang akan ia temui? Namun setelah dipikir-pikir, mencoba semua senjata tampaknya memang terlalu berlebihan. Ia pun berganti strategi: "Bolehkan saya mencoba senjata api mainstream yang umum di pasaran? Saya mau membayar 20% biaya layanan."
Begitu mendengar ini, sang bos klub merasa usulan tersebut jauh lebih masuk akal. Jika bicara senjata mainstream, pilihannya otomatis menyusut drastis. Ia memilih belasan jenis senjata untuk Ren He dan Liu Erbao. Liu Erbao saja mengeluh berat hanya membawa dua pucuk, sementara Ren He dengan santai menggendong setumpuk senjata seolah tak ada beban. Pemandangan ini membuat bos klub tertegun – ia sendiri memperkirakan mungkin tidak sanggup menggendong sebanyak itu!
Melihat postur tubuh Ren He yang biasa-biasa saja, siapa sangka di balik baju ternyata poin fisiknya luar biasa bagus.
Di dalam lapangan tembak ada peraturan yang tidak memungkinkan penembakan dengan kecepatan tinggi. Semua senjata telah termodifikasi maksimal hanya bisa diisi 10 peluru dan mode single-shot saja. Penggantian magasin hanya bisa dilakukan melalui mekanisme khusus menggunakan alat pembuka magasin. Jika kecepatan tembakmu terlalu tinggi, petugas keamanan di lokasi akan segera datang mengamati situasi.
Hanya di beberapa benua khusus saja yang memperbolehkan keberadaan senapan semi-otomatis di klub menembak.
Saat hendak memasuki area tembak, Ren He melihat senapan sniper bergaya aura kharisma yang menggentarkan tergantung di dinding. Tanpa pikir panjang ia langsung membayar dan menggantungkannya di badan. Senjata ini saja sudah berbobot 12,9 kilogram. Pemilik klub menembak hampir menyangka dirinya melihat iblis, tapi buru-buru menghalangi Ren He. Senjata itu selama ini hanya untuk pajangan - satu tembakan bisa menembus dinding dengan semudah membalik telapak tangan. Recoil-nya saja sudah membuat sedikit orang sanggup menahan, bahkan pernah terjadi kasus patah tulang akibat recoil yang tak terkendali...
Pemilik klub buru-buru menukarkan senjata dengan level yang sedikit lebih rendah untuknya...
Ren He membayar ekstra agar staf membantu mengganti magasin. Awalnya staf juga kebingungan, apa perlu bayar tambahan untuk ini?
Di dalam area tembak, Ren He pertama kali menggunakan pistol. Beberapa tembakan percobaan semuanya mengenai target, meski akurasinya belum bisa dibilang istimewa.
Penasaran, pemilik klub ikut masuk ingin menguji level "iblis" yang tadi membuatnya terkesima ini.
Begitu melihat postur memegang senjata dan akurasi tembakan Ren He, ia langsung menggelengkan kepala. Posturnya memang standar, tapi tidak seperti orang yang sering main senjata - tak ada aura khusus yang terpancar.
Senjata api adalah alat penghancur maha dahsyat. Ketika dipegang, seorang ahli akan memancarkan kepercayaan diri unik seolah menguasai hak prerogatif atas nyawa.
Lihat lagi akurasinya, dari 7 tembakan, ternyata ada 1 tembakan yang keluar dari target. Hal ini membuat bos klub cukup kecewa.
Jarak target di klub menembak ini sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi masih bisa meleset. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut hanyalah seorang hobi amatir biasa.
Ren He mencoba satu per satu senjata. Yang menarik perhatian adalah staf yang mengganti magazen untuknya menyadari sesuatu: meski terlihat tidak profesional, pria ini ternyata bisa menggunakan semua jenis senjata...
Senjata api bukan sekadar masalah menekan pelatuk. Tidak sesederhana itu. Tingkat pemahaman seseorang tentang rekoil senjata menunjukkan apakah dia pernah menggunakan senjata tersebut sebelumnya.
Namun staf juga merasakan kesan aneh. Orang ini sepertinya bukan datang untuk bersenang-senang. Aura-nya berbeda dengan kebanyakan pelanggan klub. Dia tidak sedang bermain-main dengan senjata, tapi sedang menguji senjata!
