Ren He berdiri di depan gerbang Juilliard School memandang bangunan kaca indah nan megah. Juilliard School sendiri bagai karya seni yang berdiri tegak di pusat kota New York.
Memikirkan masa awal kedatangan saya untuk Yang Xi, pertama-tama saya menulis partitur untuknya secara daring, lalu datang dan bermain langsung, bisa dibilang melalui berbagai kesulitan.
Namun jika dipikir-pikir, sebenarnya waktu yang terbatas ini sangat mengesankan, tanpa beban, setiap hari bersama para murid, dihormati banyak orang.
Bahkan Ren He sendiri tak pernah menyangka akan dicintai seperti ini. Tatapan para murid padanya tidak seperti penggemar Kesatria, tanpa kefanatikan khusus, lebih berupa kerinduan akan seni, ilmu pengetahuan, dan tingkat kemampuan.
Sungguh indah, hubungan interpersonal yang begitu polos, bahkan Ren He sendiri agak menyukai perasaan ini.
Namun segala sesuatu akan berakhir. Di lapangan saat ini Ren He berdiri di sini, meski sementara masih aman dan identitas sebenarnya belum terungkap, tapi kapan bahaya akan jatuh dari langit? Tak ada yang tahu.
Apakah kembali ke sini sendirian berbahaya? Pasti sangat berbahaya, karena ia menempatkan dirinya kembali di tempat terbuka, sementara lawan selamanya mengamati segalanya dari persembunyian.
Sebagai kota terpadat di AS dan inti dari wilayah metropolitan terbesar di dunia - New York Metropolitan Area. Selama lebih dari satu abad, New York telah memanfaatkan pengaruh global yang besar dalam bidang bisnis dan keuangan. New York adalah kota tingkat dunia yang langsung mempengaruhi ekonomi global, keuangan, media, politik, pendidikan, hiburan, dan dunia mode. Markas besar PBB juga terletak di kota ini, sehingga New York diakui secara universal sebagai ibu kota dunia.
Di pusat kota New York, aliran mobil bagai sungai yang deras tiada henti. Namun di tengah kebesaran New York ini, Ren He hanyalah seorang diri. Ia harus memberitahu Tian Qu atau Yang En bahwa mereka baik-baik saja, lalu menjalin kembali hubungan untuk mendapatkan jalan berkelok-kelok mundur yang telah disiapkan pihak lawan.
Ren He menarik napas dalam-dalam lalu memasuki Juilliard School. Setiap murid yang ditemuinya di sepanjang jalan menyapanya dengan akrab "profesor kecil". Di lokasi ini, tak ada yang prestisenya bisa menyaingi Ren He, bahkan Joseph sekalipun sekarang tak mampu.
Hari ini ia bukan datang untuk mengajar pelajaran, melainkan menjumpai penyelenggara konser yang dijanjikan bertemu di kantor Joseph.
Bagaimana caranya agar bisa memiliki saluran penyebaran cepat di wilayah Amerika Utara, membuat Yang En dan kawan-kawan kembali memperhatikannya? Tentu saja dengan menciptakan kejadian-kejadian besar, semakin besar semakin baik.
Saat tiba di kantor Joseph, pihak-pihak terkait sudah lengkap hadir. Sejujurnya, saat ini yang paling menarik minat para penyelenggara konser adalah nama "profesor kecil" ini. Sang profesor muda yang memiliki pengaruh luar biasa di kalangan pecinta musik klasik muda ini tak hanya menguasai piano di tingkat ahli Larangan, bahkan komposisi-komposisinya kini telah dinobatkan sebagai klasik di antara yang paling klasik.
Apa efek yang dihasilkan jika seseorang seperti ini mengadakan konser? Dan yang paling mereka nantikan adalah, di momen genting ini, apakah profesor muda bisa membawa karya baru? Jika iya, maka konser ini sudah pasti sukses besar.
Tentu, untuk mendapatkan sesuatu harus ada pengorbanan. Mereka sudah siap untuk mengalah dalam masalah pembagian keuntungan, tapi detailnya masih harus dilihat melalui negosiasi.
Ren He duduk sambil tersenyum: "Mengadakan konser mutlak bisa dilakukan. Tapi tetap dengan syarat itu: di lokasi dilarang membawa peralatan rekam apapun. Dulu mungkin manajemen kalian di bidang ini kurang ketat, sering memicingkan sebelah mata. Tapi bagi saya ini satu-satunya syarat, kalau tidak bisa dipenuhi ya sudah."
Penyelenggara konser awalnya mengira Ren He akan menuntut masalah uang. Ternyata yang paling diprioritaskan sang profesor muda justru hal ini, membuat mereka agak terkejut.
Joseph yang berada di samping juga bingung. Profesor muda ini selama setahun terakhir sama sekali tidak minta gaji, juga tidak punya sumber pendapatan lain. Tapi sepertinya ia benar-benar tidak peduli dengan uang, hanya musik itu sendiri yang paling penting.
Sungguh memiliki sopan santun seorang guru besar, menganggap nama dan harta bagai kotoran... Semua yang hadir di tempat itu tiba-tiba dipenuhi rasa hormat.
Namun bagi Ren He, uang kecil ini sama sekali tak bisa dianggap penting, musik dan lukisan minyak kini telah sepenuhnya menjadi hobi belaka, memiliki dua kegemaran ini pun cukup baik adanya.
Mana ada orang lain yang tahu bahwa di depan mereka duduk miliarder termuda di Tiongkok daratan, dengan valuasi pasar yang perlahan mendekati 100 miliar?
Penyelenggara segera berjanji: "Tenang saja Profesor Muda, sejak Anda mengajukan permintaan ini, kami pasti akan memperketat pengawasan di bidang tersebut, takkan ada kesalahan di sini."
Ren He mengangguk: "Untuk berkoordinasi dengan promosikan kalian, saya bisa menciptakan musik baru. Soal ini kalian tak perlu khawatir. Jadwalkan konser pada Jumat malam minggu depan. Saya akan memposting komposisi ini minggu ini untuk meminjam momentum konser."
Kontraktor langsung bersukacita, tak menyangka hal yang paling diidamkannya selama ini ternyata tercapai begitu saja, tanpa usaha sedikitpun!
Saat ini, apa harapan terbesar semua orang terhadap Profesor Muda? Bukankah ingin ia terus melanjutkan karya-karyanya? Karya sebelumnya seperti "Canon", "Croatian Rhapsody", "Für Elise", dan "Bab 3 dari Pathetique", semuanya kini telah menjadi klasik musik klasik yang paling diminati!
Lalu karya seperti apa yang akan muncul kali ini?
Hanya saja, mengadakan konser pada Jumat depan mungkin terlalu mendesak waktunya. Ini sedikit menyulitkan kerja promosi mereka, mengingat penjualan tiket memerlukan siklus. Belum lagi jumlah penonton konser tidak sebanyak konser musik pop. Asalkan promosi tepat sasaran di kalangan audiophiles, menjual tiket bukanlah hal mustahil.
Masalahnya adalah, mungkinkah membuat komposisi klasik dalam waktu kurang dari seminggu? Pihak penyelenggara merasa sulit percaya, karena semua orang tahu menulis partitur bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam semalam. Bahkan para maestro kadang membutuhkan dua sampai tiga bulan untuk menyelesaikan satu komposisi.
Ren He sepertinya membaca pikiran mereka dan tersenyum: "Jangan terlalu khawatir, satu minggu sudah cukup."
Melihat ekspresi penuh keyakinan Ren He, mereka pun memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin ia sudah memiliki rencana matang?
Ren He menyerahkan urusan promosi Juilliard School kepada Joseph untuk dirundingkan. Sementara itu, ia fokus memikirkan cara meningkatkan popularitas konser ini, yang kuncinya terletak pada penciptaan lagu baru.
Ketika lagu terbaru mulai menyebar di internet, pengaruhnya akan viral secara cepat hanya dalam dua-tiga hari.
Ren He berdiri di kantornya memandang kerumunan yang sibuk berlalu di luar, merenungkan lagu apa yang akan dipilihnya kali ini. Di antara pejalan kaki yang beraneka rupa di luar, mungkin tersembunyi niat membunuh yang maha dahsyat.
Baik dalam bermusik maupun menciptakan komposisi baru, yang dilakukan Ren He hanyalah membuat eksposurnya di pihak Yang En semakin intens: memberi tahu mereka bahwa Ren He berada di sini, dan datanglah mencarinya.
