Ujian Ren He saat ini sudah cukup jelas - pihak lawan memahami sepenuhnya apa yang terjadi malam itu, dan mereka juga sangat menyadari bahwa si penembak jitu di malam berdarah itu pasti akan menjadi sosok yang lebih menarik minat Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Bagaimana mungkin orang yang tidak berada di dalam situasi tersebut malam itu bisa mengetahui semua ini? Lalu bukankah satu-satunya identitas tak dikenal yang tersisa hanyalah si penembak jitu?
Hati Houzi bergolak. Ia selalu meragukan hal ini karena terasa mustahil, namun fakta telah memberinya jawaban terbaik.
Dan Houzi sedikit bingung, apakah faktor psikologis pemuda ini benar-benar sekuat itu? Setelah membunuh begitu banyak orang dengan sniper, dia masih bisa menulis lagu dan mengadakan konser dengan tenang.
Sebesar apa hati yang dibutuhkan untuk melakukan ini? Sebelumnya, para maestro berpikir ada alasan untuk menepis teori bahwa dialah sang sniper, namun kontras yang begitu besar ini ternyata mengerikan.
Benarkah pemuda ini baru 17 tahun?
Saat mereka berbelok ke area parkir bawah tanah, mereka langsung berlari secepat mungkin sampai menemukan sudut mati. Dengan tenang, Ren He berjongkok membuka koper dan mulai merakit senapan sniper dengan mahir, membuat Houzi menyaksikan segalanya di depan matanya.
Saat senapan sniper itu muncul, fakta telah berbicara sendiri. Senapan sniper besar berhasil dirakit sepenuhnya dalam waktu singkat. Houzi merenung, bahkan dirinya sendiri pun tak akan lebih mahir dari dia.
Tapi di mana dia bisa mengakses senjata itu?
“Mobil di mana？” Ren He bertanya.
Saat ini Ren He merenungkan dengan cermat semua yang baru saja terjadi. Sangat mungkin Biro Keamanan hanya secara kebetulan melihat penampilan Houzi di jalan sehingga ada yang mengikuti. Apakah ini berarti mereka belum mengetahui informasi seperti plat nomor mobil Houzi?
Mungkin mereka bisa lolos dengan mudah. Umumnya parkir bawah tanah memiliki 4 pintu keluar. Keluar melalui pintu lain mungkin memberi seberkas harapan, meskipun kemungkinannya kecil, Ren He tetap ingin mencoba.
Namun yang paling mendesak sekarang adalah menghabisi dua ekor di belakang. Jangan sampai mereka melihat mobil yang kami tumpangi. Jika pihak lawan memberi tahu via walkie-talkie, kami benar-benar tak dapat lolos.
Ren He sudah mendengar langkah hati-hati yang mendekat. Dari sikap waspada mereka, ia menyimpulkan senjata pasti sudah di tangan pihak lawan.
Saat Houzi belum bereaksi, Ren He sudah secepat kilat mengeluarkan pistol dan melesat dari sudut jalan. Dua orang yang mengikuti di belakang sama sekali tidak panik melihat Ren He muncul dengan senjata, mereka langsung mengangkat senjata untuk menembak!
Tapi kecepatan Ren He jauh melampaui mereka. Houzi menyadari, lawan sama sekali tidak perlu berpikir saat membidik, mereka secara insting mengangkat senjata dan menarik pelatuk dua kali - dua tembakan tepat di kepala!
Dentuman senjata yang nyaring bergema di seluruh parkir bawah tanah, terdengar begitu mendadak.
Hasilnya, sebelum lawan sempat mengangkat laras senjata, Ren He sudah menyelesaikan serangkaian gerakan dengan mulus. Houzi merenung, jika dirinya yang jadi lawan Ren He, mungkin nasibnya akan sama seperti dua mayat di tanah itu...
Houzi menarik napas tajam. Pemuda ini begitu tegas dan gesit saat membunuh, bak petir yang menyambar.
“Menyetir, keluar dari pintu masuk lain,” kata Ren He dengan tenang. Parkir bawah tanah memiliki dua pintu masuk dan dua pintu keluar. Bahkan jika pihak lawan mencoba mengepung, kemungkinan besar mereka akan menghalangi pintu keluar. Maka lebih baik keluar melalui pintu masuk.
Houzi membawa Ren He bergegas naik mobil. Beberapa kali ia seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri, sementara Ren He sama sekali tidak berminat mengobrol. Ia harus fokus sepenuhnya mengawasi situasi sekitar.
Ia membunuh lagi. Tapi semua itu tidak ada artinya. Di hati Ren He hanya ada dingin yang membeku.
Bertahan hidup! Harus bertahan hidup!
Setelah dua tembakan, mungkin pihak lawan akan mengurungkan niat menangkap hidup-hidup. Jika benar-benar terkepung, Ren He dan Houzi hanya bisa berjuang mati-matian.
Adegan mobil yang melesat menerobos kepungan di film sebenarnya sulit direplikasi di realita. Pertama-tama masalah kondisi jalan - jika macet, bisakah kita terus menabrak kendaraan lain?
Houzi mengemudikan mobil offroad hitam menuju pintu masuk. Saat melihat pembatas jalan, sama sekali tidak berniat berhenti. Langsung menabrak keluar lalu mengarah ke barat dengan stabil. Tidak terlalu cepat, persis seperti kendaraan biasa.
Houzi berkata dengan suara berat: "Meski ini akan membuat mereka menghabiskan waktu untuk menyelidiki rekaman CCTV guna mengonfirmasi model mobil kita, tapi sangat mungkin semua orang itu akan terbawa. Ingat kecepatan kita tidak secepat itu, mereka pasti akan menyadarinya."
"Dua jalan lagi, tinggalkan mobil. Kita naik taksi untuk menjemput Yang Xi," ujar Ren He tenang sambil menyesuaikan sudut kaca spion untuk memudahkannya mengamati kendaraan yang mengikuti dari belakang kapan saja.
Entah mengapa kali ini, Houzi secara bawah sadar ingin meminta pendapat Ren He. Ia merasa apapun yang diucapkan pria itu pasti benar! Bahkan Wang Ping sekalipun tidak pernah bisa membuatnya patuh seperti ini!
Namun di saat seperti ini, pupil Ren He tiba-tiba menyempit: "Mobilmu sudah terekspos! Mobil offroad hitam di belakang sudah mengikuti kita melewati dua persimpangan!"
"Mungkinkah ini cuma kebetulan?"
"Terobos lampu merah!" seru Ren He dengan keteguhan.
Houzi sekilas melihat lampu merah yang baru saja menyala, menggigit gigi lalu menginjak gas menerobos. Tapi mobil offroad hitam di belakang ternyata juga ikut menerobos. Sekarang sudah yakin sepenuhnya - kendaraan mereka memang sudah terdeteksi.
Pihak lawan sangat cerdik. Mobil ini mungkin sudah berjaga-jaga di pintu masuk sejak awal, tapi sengaja tidak mencolok. Kemungkinan besar mereka merasa menangkap Houzi saja tidak cukup, masih ingin menemukan lokasi persembunyian orang lain. Jika tidak segera disadari, bisa benar-benar membahayakan yang lain.
Ren He perlahan menutup matanya. Ini sudah menjadi jebakan maut. Jika mereka meninggalkan mobil sekarang, bagaimana mungkin kecepatan lari dua orang mengalahkan kendaraan? Selama mobil di belakang tetap bisa mengikuti, pasti mati mereka berdua.
Bahkan bisa dibilang, meski melepaskan diri dari satu dua ujung jalan pun tak ada artinya, Ren He dengan tegas berbalik di kursinya dan mulai menembak ke kaca mobil di belakang. Hasilnya cukup mengejutkan, pelurunya ternyata gagak menembus kaca lawan...
Anti peluru!
Tidak boleh, kita berdua tidak bisa tertahan di sini. Houzi di samping ini adalah satu-satunya harapan Yang Xi. Jika kita berdua terjebak di sini, bagaimana nasib Yang Xi!?
Ia mencoba menukar hadiah Sistem Hukuman Langit untuk pembalikan waktu satu jam, namun sistem sama sekali tidak merespons. Hadiah itu benar-benar hanya berlaku sekali, tak akan diulang.
Namun situasi saat ini harus ada perubahan, kalau tidak kita berdua harus mati.
Mungkin... ada metode tertentu yang bisa dilakukan. Tapi, apakah Tian Qu layak dipercaya?
Ren He tiba-tiba mengarahkan senjata ke pelipis Houzi: "Dengarkan baik-baik setiap kataku. Yang Xi saat ini berada di Jalan Taman No.173. Mereka pasti lebih fokus padaku. Nanti aku akan lompat dari mobil untuk menarik perhatian mereka. Di ujung jalan berikutnya, saat perhatian mereka teralihkan, susuri gang dan ganti taksi di jalan lain." Senjata itu ditekan keras ke kepala Houzi yang bisa merasakan dinginnya laras beserta gejolak kekerasan di baliknya. Ren He melanjutkan dengan nada dingin: "Jujur aku tak terlalu percaya pada Tian Qu. Aku lebih mengandalkan kemampuanku sendiri. Aku tidak akan mengalihkan perhatian mereka secara cuma-cuma. Jika aku selamat dan mengetahui kalian tidak membawa pergi Yang Xi..." Suaranya makin mengeras: "...maka semua anggota Tian Qu harus mulai waspada akan keselamatan nyawa kalian sendiri!"
……
