Sebelum malam ini tiba, Ren He telah melakukan persiapan yang sangat matang, hanya saja peluru untuk senapan runduk tak kunjung bisa ia dapatkan.
Peluru kaliber besar seperti ini, baik dibeli di pasar gelap maupun dengan menyuap klub shooting, sama-sama berisiko tinggi di masa sekarang. Ren He tak tahu di tahap mana masalah akan muncul - mungkin ada yang melapor ke polisi, atau salah satu pedagang pasar gelap ternyata informan Badan Keamanan Nasional.
Ren He tak berani mengambil risiko itu. Senapan runduknya hanya memiliki 17 butir peluru, inilah kartu truf terakhirnya untuk mati-matian malam ini.
Deru mesin kendaraan memenuhi sekeliling, dunia luar begitu bising, namun dunia batin Ren He justru tenang membeku.
Terburu-buru tak ada gunanya. Ren He sudah memutuskan untuk bertarung habis-habisan.
Agak ironis, Ren He tersenyum getir. Tak disangka hidup keduanya tak bisa ia nikmati sampai masa tua. Dulu ia bahkan pernah membayangkan di hari tuanya nanti, setiap hari akan duduk bercengkerama dengan Yang Xi di bawah pohon kenari rumah Siheyuan-nya.
Saat itu, mungkin Paman Wang dan Bibi Fang sudah tiada, jadi aku akan membuatkan Yang Xi jianbing sendiri.
Hasilnya, mungkin aku tidak bisa menunggu sampai saat itu.
Sebelah depan satu kilometer lagi adalah laut, sudah sangat dekat.
Saat ini jarak Yang Xi dari posisinya mungkin hanya beberapa kilometer, dua orang berada dalam satu kota memandang langit yang sama, namun harus bagai langit dan bumi.
Ren He teringat sebuah puisi Tagore: Jarak terjauh di dunia ini, bukan antara hidup dan mati, tapi saat aku berdiri di depanmu, namun kau tidak tahu bahwa aku mencintaimu.
Sekarang pikir-pikir, si Tagore tua itu benar-benar omong kosong, jarak terjauh di dunia ini jelas-jelas adalah hidup dan mati...
Haha, takkan sampai di saat seperti ini, aku masih memikirkan banyak hal.
Setelah malam ini, tidak akan ada lagi profesor muda seperti puisi, tidak ada Kesatria, tidak ada bos besar di belakang layar faksi Qinghe.
Datangnya saja sudah terburu-buru, maka pergilah dengan harga diri.
Sorot mata Ren He berkobar-kobar saat ia berlari kencang menuju gedung tertinggi di sekitarnya, sana lah titik snipelnya, medan perang terakhirnya!
Tiba-tiba dua pria berjas hitam bersenjatakan pistol menerjang dari samping. Begitu melihat Ren He mengangkat tangan, mereka langsung menembak. Badan Keamanan Negara awalnya berencana menangkap hidup-hidup Ren He, namun kini mereka sadar itu hampir mustahil. Kecepatan reaksi sistem saraf dan kemampuan menembak legendarisnya benar-benar mengancam nyawa semua orang.
Inilah bajingan paling ganas!
Namun sebelum kedua personel tempur berbaju hitam itu sempat mengangkat senjata, dentuman senjata Ren He sudah menggema.
Fakta telah membuktikan berkali-kali: manusia tak mungkin lebih cepat dari peluru, tapi manusia bisa lebih cepat dari gerakan tangan. Dan Ren He adalah yang tercepat!
Setelah hidup dan mati bukan lagi hambatan, Badan Keamanan Negara mungkin akan menyadari: sniper kali ini jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.
Dua tembakan ledakkan kepala, Ren He sama sekali tidak berhenti sejenak saat berlari menuju gedung tinggi. Saat tiba di depan gedung, ia langsung mulai mendaki ke atas menggunakan tangan dan kaki. Ia ingat jelas sorot mata terkejut yang sempat terlihat dari dua petugas yang baru saja tewas ketika melihatnya, seolah terheran-heran mengapa Ren He justru muncul di sini. Mereka mengira Ren He akan terus lari ke depan, tak menyangka ia malah memilih titik tembak di tempat ini.
Memilih titik tembak di saat seperti ini bukanlah mencari mati? Meski tinggi, gedung ini hanyalah pulau terisolasi. Naik mudah, turun susah!
Saat krisis hidup-mati datang, gerakan Ren He semakin cepat. Ia melesat ke puncak platform, bahkan tak sempat menarik napas sebelum langsung mengangkat senapan runduknya!
Pada saat itulah, seseorang dari pos pengamat di jalanan jauh tiba-tiba berteriak kaget: "Ada orang di gedung tinggi!"
Seketika, bayangan kelam menyelinap di hati semua petugas penangkap. Mereka semua tahu siapa yang sedang mereka buru!
Mereka sangat paham apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu!
"Cari perlindungan!" seseorang mengaum keras. Tidak semua kendaraan di lokasi adalah mobil anti peluru. Satu unit mobil anti peluru harganya lebih dari sejuta, bahkan Badan Keamanan pun tidak bisa mengalokasikan seluruh anggaran untuk ini. Apalagi peluru penembus zirah kaliber 12.7 milik lawan sejujurnya cukup mampu menembus kaca anti peluru.
Kaca anti peluru bukan berarti bisa menahan semua jenis amunisi!
Namun di detik berikutnya, langit malam yang sudah riuh ini tiba-tiba menggema oleh suara ledakan dahsyat: "Bum!"
Itu adalah suara senapan runduk, orang itu menembak!
Entah mengapa, mungkin karena pemahaman tentang penembak jitu ini yang didapat saat briefing sebelum operasi, atau kemampuan pembunuh yang ditunjukkannya selama proses penangkapan hari ini, membuat mereka merasakan keputusasaan begitu dentuman senapan runduk itu berkumandang.
Lalu ketika menyadari yang mati bukan diri mereka sendiri, muncul perasaan bersyukur!
Saat itu juga, sebuah mobil offroad hitam yang melesat dengan cepat di jalan depan mereka tiba-tiba meledak! Ternyata lawan berhasil menembak tangki bensin mobil offroad itu dengan satu peluru saat kendaraan masih melaju kencang!
Secara teori peluru biasa mustahil meledakkan tangki bensin, adegan di film hanyalah efek visual belaka. Tapi senjata api yang dipegang Ren He bukanlah senjata biasa. Peluru sniper kaliber 12.7mm itu sendiri lebih banyak berupa peluru armor-piercing dengan lingkaran hitam-merah dan armor-piercing incendiary.
Di atas atap gedung, Ren He tersenyum tenang. Dengan amunisi terbatas, setiap tangki bensin mobil bagaikan bom yang dibuat khusus untuknya. Mungkin para lawan yang duduk di dalam cangkang besi itu tak menyangka kali ini mereka akan dijadikan sasaran lewat tangki bensin.
Dentuman ledakan dahsyat dan kobaran api yang membakar mobil-mobil itu menerangi langit malam hingga berwarna kemerahan.
Bum! Sebuah mobil lagi berubah menjadi bola api yang menyala-nyala!
Bum! Mobil ketiga!
Dengan poin fisik yang dahsyat, Ren He mengangkat senapan sniper secara horizontal - sesuatu yang sulit dibayangkan oleh sniper manapun. Mengangkat horizontal memang memungkinkan, tetapi akurasi akan turun drastis, ditambah tubuhnya sendiri takkan bisa menahan recoil berulang kali!
Dalam hati Ren He telah tenang. Tak ada lagi kebingungan, tak ada lagi amarah, tak lagi memikirkan hidup dan mati, pun tak merisaukan masa depan.
Mungkin memang tak ada lagi masa depan baginya. Dentuman tembakan yang tak henti ini bagai seikat petir yang meledak di langit malam.
Biarlah berhamburan bersama gemuruh guntur.
Di sepanjang jalan, setiap mobil offroad yang tertangkap pandangan Ren He berubah menjadi bola api - seolah nyala kehidupan yang menjerit di angkasa, atau mungkin pesta pora kemenangannya sendiri.
Badan Keamanan Nasional AS tak pernah menyangka mesin negara mereka akan dipojokkan oleh satu orang hingga segini. Walkie-talkie bergema dengan teriakan gila komandan: "Turun dari mobil, kepung gedung tinggi itu!"
Dalam bidikan teropong Ren He, orang-orang di dalam mobil-mobil itu terlihat melakukan gerakan evasif dan melompat keluar kendaraan, tak peduli ke mana kendaraan yang melaju kencang tanpa pengemudi itu akan menabrak.
Mereka malah meninggalkan mobil... Ren He mencebikkan bibir. Dengan kekuatan sendiri, ia berhasil memaksa orang-orang ini bahkan tak berani menggunakan kendaraan. Bukankah ini layak terukir dalam sejarah?
Waktu dekripsi arsip militer umumnya 50 tahun. Di kehidupan sebelumnya tahun 2017 seharusnya adalah waktu dekripsi peristiwa pembunuhan Presiden Kennedy, tapi Ren He belum sempat menunggu sampai saat itu sudah melakukan perjalanan waktu ke sini.
Lalu, ketika 50 tahun kemudian orang-orang mengetahui segala yang terjadi malam ini, apakah mereka akan terkejut olehnya?
