Tepat saat Ren He memulai kehidupan barunya sebagai pelayan yang segar, agen Biro Investigasi Federal juga sedang melakukan pencarian di antara para turis untuk menemukan apakah profesor kecil itu menyamar di antara mereka. Di atas kapal Oasis of the Seas ini sendiri terdapat 1 agen profesional FBI.
Kebetulan, dia juga menyusup ke dalam regu awak kapal, namun bertanggung jawab di departemen kamar tamu. Dengan demikian, dia memiliki kemudahan lebih untuk masuk-keluar kamar tamu dan memastikan kesempatan menyeleksi setiap turis.
Dalam perkiraan mereka, pihak lawan sangat mungkin menyelinap naik kapal dan bercampur dengan kerumunan turis. Namun mereka juga tidak akan menyangka bahwa Ren He ternyata mampu menemukan mitra seperti Steve di Amerika, dan bukan menggunakan identitas turis melainkan status awak kapal yang sama...
Biro Investigasi Federal terus memantau garis pantai, tetapi mereka sama sekali tidak terbayangkan bahwa Ren He justru naik kapal dengan melenggang dengan angkuh. Jika mereka mengetahui fakta sebenarnya, Steve tidak perlu lagi keluar dari penjara seumur hidupnya!
Di tengah kesibukannya di kapal, Ren He masih sempat belajar mixology dari bartender. Setiap trik yang diperagakan sang mentor langsung dikuasainya. Kendi anggur berputar liar di tangannya, bahkan ia menciptakan banyak gerakan berkesulitan tinggi.
Steve yang berdiri di samping hanya bisa menggerutu. Benar-benar brengsek! Di kapal yang sama, sama-sama pelayan, tapi tips hariannya maksimal cuma 20 dolar AS. Sementara Ren He minimal bisa 300 dolar setiap hari.
Ini harus ku kontrol ke mana? Orang bisa jadi tajir dalam hitungan menit meski sedang kabur naik kapal! Kalau aku punya kemampuan segitu, buat apa repot-repot nyuri karya seni?!
Ren He sendiri merasa proses belajar mixology ini mengasyikkan. Menerima tips receh pun jadi kegiatan menyenangkan. Padahal nilai dirinya sudah melebihi 10 miliar, tapi untuk 10 dolar AS terjatuh di dek pun ia malas memungutnya.
Tapi di tengah kondisi miskin papa tanpa akses kartu bank ini, setiap lembar 10 dolar yang ia terima bisa membuatnya tersenyum bahagia sepanjang hari.
Seperti di kehidupan sebelumnya ketika perebutan bingkai merah baru populer, meski jumlahnya tak seberapa, tapi direbut dengan penuh semangat...
Sebenarnya alasan Ren He bisa mendapat tip besar bukan hanya karena teknik mixologi yang dipelajarinya sekarang, bahkan tip bartender asli pun tidak setinggi miliknya.
Melainkan karena atribut daya tarik +3 bawaan dirinya yang membuat banyak turis merasakan keakraban misterius saat bertemu dengannya.
Meski sudah dirias, Ren He tidak sengaja membuat wajahnya jelek. Banyak turis merasa pemuda pelayan yang bersih dan sederhana ini memancarkan kesan baik yang luar biasa.
Bahkan di hari ketiga, beberapa penumpang wanita khusus datang untuk mengobrol dengannya, bahkan menyelipkan kertas berisi nomor kamar mereka untuk Ren He - isyarat yang disampaikan jelas sekali maksudnya.
Setiap melihat pemandangan ini, Steve merasa paru-parunya hampir meledak karena marah. Dipaksa ikut ke kapal dengan wajah memelas, hasilnya malah harus menahan luka psikologis setiap hari - benar-benar tak ada tandingannya!
“Para wanita yang menyelipkan kertas ke Ren He tak sedikit yang cantik, bahkan ada seorang selebritas kecil cantik kelas tiga dari AS!”
Steve juga punya keraguan dalam hati: Apakah di dunia ini memang ada orang yang bisa unggul dalam segala hal yang dikerjakannya?
Hanya dia di kapal ini yang tahu identitas sebenarnya Ren He. Wajar kalau orang itu jago di dunia olahraga ekstrem, tapi juga punya kisah cinta yang indah.
Belum lagi, ternyata dia juga bisa melukis minyak, menulis lagu, ahli senjata api, bahkan seorang ahli bela diri!
Sialan, benar-benar tak ada perbandingan, tak ada luka.
Ren He sekarang punya uang sambilan. Tabungan Steve sendiri masih utuh, tapi setiap melihat Ren He menghitung uang dengan riang di asrama, darahnya mendidih: “Kau ini kan seorang Kesatria, kok seperti orang miskin yang baru lihat uang?”
“Pertama kali dapat uang dari jual tampang, rasanya lumayan juga,” jawab Ren He dengan wajah malu-malu sambil berlagak sopan.
Sialan! Steve langsung berbalik dan tidur! Ia sudah menyadari, ketebalan muka Tuan Ksatria ini sebanding dengan sudut tembok kota!
Berbaring lama tak kunjung terlelap, Steve tak tahan menyindir: "Selebritas kecil itu menjemputmu ke kamarnya, kenapa tidak kau datangi? Dia setiap hari menontonmu menyiapkan minuman, bahkan menyelipkan tip 100 dolar AS. Tidakkah hatimu tergugah? Dia sangat cantik, meski tak semerah pacarmu, tapi tubuhnya begitu menggairahkan, pantat persik yang bergoyang setiap melangkah."
"Jangan bercanda," Ren He melempar pandangan merendahkan: "Aku menjual seni bukan tubuh, kalian tahu? Kira aku sama sepertimu?"
Brengsek sok suci... Lagipula maksudmu sama seperti aku itu apa? Aku seperti apa?
Kapan baru bisa tiba di Jamaika... Hati Steve menjerit pilu.
Kapal pesiar baru saja meninggalkan New York 3 hari yang lalu, baru besok akan tiba di Miami. Entah kapan bisa sampai ke Jamaika. Steve terus merasa, selama perjalanan ini saja Ren He mungkin sudah bisa jadi kaya...
Apa kau sama sekali tidak punya kesadaran sebagai buronan?!
Keesokan harinya saat berangkat kerja pagi-pagi, begitu Ren He dan timnya tiba di posisi mereka di kolam renang, sudah ada gadis yang mendekat dengan alasan membeli minuman untuk mengobrol dengannya.
Ren He juga paham maksud mereka, tak bisa tidak mengakui bahwa karakter gadis Amerika memang sangat berbeda dengan gadis lokal.
Bukan berarti mereka seperti yang dikatakan orang kampung halaman tentang 'terbuka' atau 'main-main sembarangan', tapi lebih pada menunjukkan antusiasme ketika melihat orang yang disukai, tanpa berpura-pura malu-malu.
Namun semakin Ren He menolak undangan penuh niat baik mereka, malah mereka semakin tertarik padanya. Lelaki itu kan hewan pemikir bagian bawah, kok tiba-tiba muncul satu yang bisa menjaga tubuhnya bak giok...
Steve di samping mengelap gelas dengan muka hitam, memutuskan untuk Tutup telinga! tidak mendengar obrolan Ren He dengan gadis-gadis itu. Saat itu, selebritas kecil itu pun mendekati bar tempat Ren He bekerja, menyapa dengan senyum manis.
Ia mengenakan bikini dengan handuk putih polos di pundak, tak berenang sama sekali. Hanya duduk manis di depan bar, dengan sengaja memamerkan siluet tubuhnya yang mengesankan untuk dilihat Ren He.
Sejujurnya Ren He juga seorang pemuda berdarah panas yang punya dorongan. Dalam situasi begini ia masih bisa menjaga kesetiaan pada Yang Xi, sampai-sampai ia sendiri kagum pada kekuatan kehendaknya...
Namun bagi Ren He, saat perasaan belum pasti mungkin bisa menyia-nyiakan keremajaan yang subur. Tapi ketika sudah bersama seseorang, yang harus diberikan lebih banyak adalah tanggung jawab, bukan keinginan yang tak terkendali.
Kesetiaan dan kepercayaan adalah landasan dasar bagi dua orang untuk bersama, seperti semacam kontrak jiwa: saling menyerahkan diri, lalu sejak itu kedua pihak menjadi satu-satunya di dunia masing-masing.
Ren He mulai merindukan Yang Xi. Dalam pelarian ini, untuk pertama kalinya ia merindukan gadis yang pernah mengakhiri kesepiannya itu. Ia tak tahu kabar sang kekasih sekarang, apakah mengira dirinya sudah mati, ataukah sedang menangis untuknya.
