Sementara itu di Luocheng Tiongkok, pagi itu Yang Xi bangun dan merapikan rumah Ren He. Ia mencari kain lap dan membersihkan seluruh rumah, lalu menyapu, mengepel, bahkan membersihkan jendela.
Ia mengenali setiap inci tempat ini dengan caranya sendiri: lokasi di mana sang pemuda telah menghabiskan 16 tahun hidupnya.
Setiap kali melihat benda-benda terkait Ren He, hatinya terasa perih, kemudian muncul kehangatan yang mengalir dari relung jiwanya, seolah ia kembali bertemu dengan remaja itu.
Bagai cahaya keemasan masih bersinar terang, dan sang kekasih masih tertawa riang.
Namun setelah sadar, Yang Xi paham segalanya telah berubah. Di dunia ini seakan hanya tersisa dirinya sendiri. Ia merasa mungkin kini telah mengalami kesepian yang pernah dirasakan Ren He dulu.
Selama periode ini, Lao Ren dan Ibu Ren juga tenggelam dalam duka. Namun kasus Ren He memang tidak cocok untuk diumbar. Mereka meminta teman di AS untuk terus memantau situasi. Belakangan diketahui informasi dari teman-teman ternyata konsisten dengan deskripsi Yang Xi, meski tak ada yang tahu bahwa orang yang terkepung itu adalah anak mereka sendiri - sang Kesatria.
Sampai saat ini, masih ada tak terhitung orang yang menunggu video tantangan baru Kesatria. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kesatria, hanya merasa interval waktu unggahan video kali ini agak lama. Padahal sampulnya sudah diganti dengan tema "Kejutan dan Antusiasme" sejak dini, tapi hingga kini belum ada video baru yang dirilis.
Namun ada satu hal yang tak bisa dipastikan: Badan Keamanan Nasional Amerika tidak mengumumkan kematian maupun penangkapan pihak tersebut. Situasi ini mulai terlihat seperti ingin ditutup-tutupi begitu saja.
Tapi mereka yang mengalami peristiwa itu menyimpulkan kondisi Ren He saat itu pasti mati. Setelah pulang ke rumah kita, Yang Xi setiap hari menelepon Wang Ping, meminta bantuan memastikan kondisi - bahkan sekadar konfirmasi lokasi mayat Ren He pun bisa.
Namun Wang Ping dan kawan-kawan juga tidak berhasil memperoleh informasi apa pun dari pihak Badan Keamanan Nasional.
Belakangan ini Ibu Ren bahkan tidak pergi ke perusahaan, matanya hampir buta karena tangisan. Tapi terpisah samudera luas, mereka tak punya cara lain. Uang sama sekali tak berarti di hadapan mesin negara.
Ibu Ren memiliki perasaan yang kompleks terhadap Yang Xi. Di satu sisi, dia merasa gadis inilah yang menyeret anak kandungnya hingga mati di negeri asing, namun di sisi lain dia tidak bisa benar-benar membenci. Setiap pagi Yang Xi selalu bangun lebih awal untuk memasakkan sarapan, meskipun hasilnya tidak sempurna.
Seberapa pedas pun kata-kata Ibu Ren, Yang Xi tetap tersenyum mendengarkan tanpa membalas. Dia tidak lagi memanggil "Tante", melainkan telah menggantinya dengan panggilan "Ibu".
Setiap sapaan "Ibu" itu seperti menghancurkan hati Ibu Ren. Suatu malam, ketika Ibu Ren bangun dan melihat lampu kamar Ren He masih menyala, dia menemukan Yang Xi sedang meringkuk di bawah selimut sambil terisak-isak.
Hati manusia terbuat dari daging. Akhirnya Ibu Ren memahami: Gadis ini telah mencurahkan seluruh jiwanya untuk anaknya. Pantas saja Ren He rela mengorbankan nyawa demi dirinya.
Setelah itu Ibu Ren menemui Yang Xi untuk pembicaraan khusus: "Aku sangat ingin menyalahkanmu, tapi entah mengapa sekarang tidak bisa lagi. Pergilah, mulailah kehidupan baru milikmu sendiri."
Tapi Yang Xi mati-matian menolak pergi: "Ren He memberikan kesempatan bertahan hidupnya padaku. Mulai sekarang aku hidup untuknya. Nyawaku bukan lagi milik diri sendiri. Aku harus menyelesaikan semua yang ingin dia lakukan."
Ren He pernah bercerita padanya tentang banyak hal yang ingin dilakukan: wing suit terbang, terjun payung tinggi dan terjun payung target, berselancar, downhill panjang, lompat indah tebing jurang.
Dan memberi hormat kepada Orangtua.
Bahkan Yang Xi mulai menyusun rencana latihan untuk dirinya sendiri, berharap suatu hari nanti setelah Ibu Ren dan Lao Ren mencapai 100 tahun, dia bisa membantu menyelesaikan olahraga ekstrem yang tersisa. Bahkan jika harus mati dalam proses ini pun tidak masalah. Saat itu usianya mungkin sekitar 40-50 tahun, melakukan olahraga ekstrem pada usia tersebut praktis sama dengan bunuh diri. Namun dia benar-benar ingin cepat mati untuk menemani Ren He, agar tidak kesepian lagi.
Ibu Ren tidak bisa berbuat apa-apa terhadap keras kepalanya Yang Xi, akhirnya mengizinkannya tinggal di rumah kita.
Selama periode ini, Su Ruqing khusus datang ke Luocheng ingin bertemu Yang Xi dan membawanya kembali ke ibukota untuk memulai kehidupan baru. Bahkan Su Ruqing tidak menyangka Ren He akan mengalami kecelakaan secepat ini, apalagi kecelakaan itu bukan karena olahraga ekstrem, melainkan untuk menyelamatkan ayah dan anak Yang En dan Yang Xi.
Perasaan Su Ruqing juga campur aduk. Dia bahkan tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan dengan Yang Xi.
Yang Xi akhirnya tidak menemuinya, hanya menjelaskan keputusannya melalui telepon lalu menutup telepon. Tak ada yang bisa mengubah keputusan Yang Xi.
Di waktu luang, Yang Xi masih sering mengunjungi Sekolah Menengah Tiga Belas - tempat pertama kalinya bertemu Ren He. Berdiri di halaman sekolah, ia merindukan waktu bisa diulang sekali lagi.
Seandainya waktu bisa diulang, ia tak akan meninggalkan Luocheng, tak ke Amerika, tak ke mana-mana. Hanya ingin menghabiskan sisa hidup bersama Ren He di sini.
Ren He semasa hidup selalu berkata, yang paling disukainya tetap Luocheng. Kota kecil yang tenang.
Yang Xi merasa tinggal di kota kesayangannya di separuh hidupnya juga cukup baik. Menelusuri jalan yang pernah ia lalui, makan makanan yang pernah ia cicipi.
Hal seperti menyanyi sudah tidak penting lagi.
Saat ini, pengguna Weibo tiba-tiba menyadari Yang Xi tetap @Kesatria setiap hari seperti biasa. Kadang bercerita kejadian sepele, sesekali bertingkah manja.
Namun Kesatria tak lagi merespons, setiap hari seperti ini.
Kesatria seolah menghilang dari seluruh alam semesta. Ada yang berspekulasi: mungkin ia sedang sibuk menyelesaikan tantangan baru sehingga tidak sempat membalas. Para penggemar juga menanti-nanti interaksi seperti apa yang akan terjadi antara Kesatria dan Yang Xi setelah kepulangannya.
Beberapa waktu sebelumnya, sekelompok penggemar mengandalkan interaksi mereka sebagai hiburan harian.
"Hari ini aku membersihkan rumahmu. Ternyata rumahmu sangat kotor! Aku capek sekali, cepat puji aku."
"Aku menemukan dua pasang kaus kaki kotor bertahun-tahun di laci samping tempat tidurmu. Sudah kucuci, cepat puji aku."
Dua pasang kaus kaki itu bergoyang-goyang di gantungan tertiup angin dari jendela, sementara Yang Xi duduk di balkon rumah Ren He sambil memeluk ponselnya. Andai saja Ren He bisa keluar sekarang untuk memujinya.
Semakin dipikir, hidungnya mulai terasa pedih dan matanya memerah. "Kenapa kamu belum juga keluar untuk memujiku?"
Saat Yang Xi membersihkan bawah tempat tidur Ren He, tiba-tiba menemukan sketsa dirinya yang dulu tersembunyi di celah sempit bawah tempat tidur. Ia teringat Ren He pernah bercanda, "Di rumahku ada anak bandel, takut dia merusak sketsa itu sampai-sampai khusus kusembunyikan di bawah tempat tidur."
Melihat lukisan ini, Yang Xi merasa Ren He seolah berada di sampingnya. Kadang ia berpikir, jangan-jangan jiwa Ren He sudah melintasi samudera kembali ke sisinya, mungkin sekarang sedang berada di dalam rumah ini?
Tapi... kalau memang ada di sini, mengapa belum juga keluar memujiku?
……
