"Bagaimana kalau kita pergi melihat kasino?"
Ketika kapal pesiar mewah Oasis of the Seas berlayar hari ke-5 menjelang tiba di Miami, Ren He teringat lagi minatnya pada kasino kapal pesiar. Di kehidupan sebelumnya, begitu banyak film tentang perjudian megah di kapal pesiar yang pernah ditontonnya, peran seperti Dewa Judi Asia yang terlihat sangat jempolan.
Saat ini uang di tangan Ren He sudah tidak kalah banyak dari tabungan yang dimiliki Steve. Steve mulai meragukan dalam-dalam apakah dunia ini sedikit tidak adil padanya.
Dapat menghasilkan uang dengan santai, plus ada gadis cantik yang mendekat, ini sungguh kehidupan yang selama ini diidamkannya. Faktanya, gadis Amerika yang berani mencintai dan membenci itu juga tergantung pada tampang. Sayangnya wajah Steve tidak begitu menarik...
"Mau pergi ya silakan," Steve di asrama berkata dengan muka hitam: "Tapi ku ingatkan, kalau sampai kalah habis, jangan harap aku akan meminjamkan uang."
Ia telah menghabiskan paruh pertama hidupnya sia-sia dalam judi. Steve sangat paham logika "10 kali judi 9 kali kalah". Ingin menghasilkan uang dari judi itu bagaikan angan kosong di siang bolong.
Ini lubang tak berdasar, sebanyak apapun uang tak akan cukup mengisinya. Di momen ini bahkan muncul pikiran jahat dalam hatinya: Andai Ren He bisa kehabisan uang sampai sepeserpun, alangkah baiknya?
Andai bisa membuat Kesatria ini terjebak kebiasaan judi hingga menghabiskan harta warisannya, mungkin hati Steve akan merasa lebih seimbang.
Ren He tersenyum lebar: "Tenang saja, tak akan meminjam darimu. Lagi pula setiap hari ada tips, uang kan cukup untuk kebutuhan sehari-hari."
Sejujurnya ia tak punya konsep jelas tentang ini. Uang hasil kerja di kapal pesiar sekalipun habis tak masalah, toh setelah pulang ke rumah kita, ia tetap bos besar di balik layar faksi Qinghe yang bernilai diri 100 miliar.
Entah bagaimana perkembangan industri faksi Qinghe sekarang.
Sebelum pembantaian besar di New York, selain pekerjaan Qinghe Pay yang masih perlu dikembangkan perlahan lewat banyak upaya untuk mengubah kebiasaan hidup orang - yang justru tingkat kesulitannya paling tinggi - beberapa proyek lain faktanya sudah berjalan secara profesional.
Yang tak disangka Ren He adalah, dalam jaringan industri ini, proyek Weibo tiba-tiba menghasilkan basis pengguna yang jauh melampaui imajinasi, dan jumlah pengguna ini akan menjadi mitra bagi industri lain melalui proses pengaruh subliminal.
Di dalam faksi Qinghe, ke-18 cabang perusahaan tidak memiliki hubungan persaingan. Mereka membentuk kerajaan industri internet yang utuh, saling menciptakan siklus positif terbaik - satu jaya, semua ikut jaya; satu jatuh, yang lain belum tentu terpengaruh.
Sebuah entitas raksasa di dunia internet sedang perlahan terbentuk. Mengatakan nilai diri Ren He saat ini bernilai 100 miliar mungkin masih kurang, faktanya sudah jauh melebihi itu.
Gaya hidup seperti ini tak terbayangkan oleh Steve. Sejak menjadi pencuri karya seni besar, total nilai curiannya hanya sekitar belasan juta dolar, yang semuanya sudah dipertaruhkan.
Kali ini jika bukan karena istrinya yang ingin bercerai dan membawa anak mereka menikah dengan orang lain, mungkin ia masih tetap keras kepala.
Namun yang paling membuat Steve geli di selangkangan bukanlah berapa nilai diri Kesatria muda ini, melainkan kenyataan bahwa bahkan tanpa sepeser pun, pria ini tetap seperti mesin pencetak uang hidup... Benar-benar tidak masuk akal!
Ia tertawa dingin: "Cobalah berjudi, habiskan semua uangmu, Tuan Ksatria kita masih bisa menggunakan tubuhnya untuk menukar uang dengan selebritas kecil itu."
Ren He melirik anak ini. Jika bukan karena hubungan mereka belakangan ini cukup baik, orang yang suka mencemooh seperti ini mungkin sudah menangis 20 menit lebih dulu...
Steve sama sekali tidak menyadari nasib buruk apa yang baru saja luput darinya, apalagi mengetahui bahwa Ren He masih menyimpan senjata pamungkas seperti ramuan muntah tingkat lanjut...
Seberapa mengerikannya ramuan muntah tingkat lanjut ini? Hanya mereka yang pernah mencobanya yang tahu...
Di bawah tatapan Steve yang bergembira atas kesulitan orang lain, Ren He yang sedang gabut setelah pulang kerja mengganti baju biasa lalu pergi keluar.
Tapi Ren He juga tidak berniat langsung berjudi. Menang taruhan memang menyenangkan, tapi kalah juga tidak enak. Jadi rencananya adalah mencoba melihat apakah Sistem Hukuman Langit bisa memberinya teknik khusus dalam berjudi.
Contoh permainan judi seperti Texas Hold'em atau blackjack, sebenarnya adalah permainan probabilitas. Kasino-kasino besar memantau dengan ketat segala hal terkait penghitungan kartu.
Menghitung kartu sebenarnya tidak melanggar aturan, namun dunia ini tak pernah kekurangan orang cerdik. Orang biasa hanya melihat menang-kalah saat melihat susunan kartu, sementara mereka memandang probabilitas setiap kali dealer mengeluarkan kartu truf.
Tentu ini membutuhkan kemampuan matematika yang luar biasa, sayangnya tingkat matematika Ren He biasa-biasa saja. Meski memori super bisa membantunya mengingat kartu, menghitung probabilitas tetap terlalu sulit baginya.
Jika mahir dalam menghitung kartu, dalam satu malam bahkan bisa membawa pulang jutaan dolar dari kasino. Tapi uang kasino tak mudah didapat - di Las Vegas, jika ketahuan menghitung kartu, dipukuli sampai nggak bisa ngapa-ngapain masih termasuk hukuman ringan.
Tapi di kapal pesiar ini tidak ada profesional selevel itu yang mengawasi apakah setiap penjudi melakukan penghitungan kartu. Ini adalah Oasis of the Seas, kapal pesiar biasa yang hanya menyediakan fasilitas judi sebagai pelengkap, bukan kapal khusus kasino.
Ren He berfantasi bisa menggunakan teknik perjudiannya untuk membantai empat penjuru di kapal ini, persis seperti adegan-adegan epik dalam film Hong Kong kehidupan sebelumnya yang ia tonton. Keren abis!
Tapi untuk memiliki teknik terkait, pertama ia harus menciptakan hasil budaya, menyelesaikan misi Sistem Hukuman Langit secara sempurna, baru kemudian memilih arah hadiah. Teknik dasar butuh 1 misi, teknik Ahli butuh 2 misi, sedangkan tingkat ahli Larangan perlu 3 kali.
Ren He merasa cukup mengembangkan teknik Ahli untuk menghasilkan uang, tak perlu repot-repot mengejar tingkat ahli Larangan.
Lagipula teknik level tinggi itu buat apa? Dipakai main Dou melawan Lao Ren dan Ibu Ren di rumah? Brengsek, masa' seriusan gitu...
Di kapal pesiar ini memang ada piano. Ren He hanya perlu memainkan dua komposisi, maka dua misi akan langsung tercipta. Namun masalahnya, identitas buronnya sendiri sangat berkaitan dengan piano. Jadi sama sekali tak perlu ia mencari masalah ini.
Ren He lebih cenderung memilih dua lagu sembarangan untuk dikarang. Bagaimana kalau mempertimbangkan lagu-lagu dari album bahasa China baru Yang Xi setelah pulang?
Bagaimanapun juga, jalan menyanyi Yang Xi harus terus berlanjut. Cepat atau lambat tetap harus menciptakan lagu. Kerinduan Ren He pada Yang Xi di kapal pesiar semakin mendalam. Begitu memikirkan misi, bawah sadarnya langsung terbayang Yang Xi. Belum juga pulang ke tanah air, sudah mulai mempertimbangkan cara memilih lagu untuk albumnya...
Tapi memilih yang mana ya? Ketemu!
"Jin Chi" milik Faye Wong, dan "Tian Hei Hei" milik Sun Yanzi. Satu adalah lagu klasik Ratu Musik Faye Wong, satunya lagi salah satu lagu paling populer dari semua karya Sun Yanzi. Keduanya cocok untuk dinyanyikan Yang Xi!
