Setelah puas bermain di kasino, kehidupan Ren He di kapal pesiar kembali ke jalur normal sebagai pelayan. Dia dan Steve sama-sama tahu dalam hati siapa agen FBI itu, sementara si agen masih dibiarkan dalam kegelapan, telah melaporkan ke atasan bahwa Oasis of the Seas telah disisir seluruhnya tanpa menemukan target mencurigakan.
Simon di kantor FBI menerima informasi yang datang dari berbagai penjuru. Jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja kayu solid tanpa tujuan, merasa seolah peristiwa telah lepas dari kendali penuhnya.
Mungkinkah target masih berada di New York? Tidak masuk akal. Apakah faktor psikologisnya sekuat itu? Simon berpikir jika posisinya ditukar dengan si target, mungkin dia takkan bisa tidur, dalam beberapa hari akan menjadi gugup lalu terkena neurasthenia.
Sebenarnya berhadapan dengan penjahat sejati yang bisa membuat New York dipenuhi mayat hanya karena perselisihan kecil, membuat Simon sendiri tegang. Namun bagi dirinya, yang lebih dominan justru perasaan bersemangat!
Saat lulus SMA, Simon merasa dirinya terlahir untuk para kriminal. Ia menyukai perannya sebagai kucing hitam di malam hari New York, sementara para penjahat adalah tikus-tikus selokan.
Dulu tikus-tikus itu kebanyakan patuh. Sekalipun ada satu dua yang melawan, hanya melakukan sedikit perlawanan saat melarikan diri. Tapi sekarang... tiba-tiba muncul tikus berani yang malah membunuh kucing. Di mata orang lain ini mengerikan, tapi bagi Simon justru sangat menarik.
Wajah pucat sakitnya terlihat suram di kantornya. Semua informan internal sudah dibersihkan, orang-orang Yang En pun dipastikan sudah pulang. Lalu siapa yang membantu bandit ini?
Simon yakin: tanpa bantuan, mustahil orang itu meninggalkan New York! Kalau tidak, mana mungkin bertahan 7 hari di saluran pembuangan!
Terkadang Simon merasa orang-orang dari Badan Keamanan Nasional itu benar-benar bodoh. Sebenarnya kesempatan terbaik untuk menangkap ada ketika target masih berada di bawah tutup saluran air. Cukup dengan mengerahkan personel yang cukup, maka saluran pembuangan itu akan menjadi kuburan yang dicari musuh untuk dirinya sendiri.
Tapi grup tolol itu ternyata melepaskan musuh mengerikan karena khawatir pada gosip. Simon tidak keberatan menjadikan Badan Keamanan sebagai kambing hitam untuk segala kesalahan ini.
Simon selalu merasa, sebab yang ditanam hari ini akan menuai akibat yang harus ditanggung besok. Dengan tenang Simon membuka tirai jendela sambil berpikir... Tapi itu seharusnya sudah menjadi urusan CIA.
……
Di Luocheng, Ibu Ren mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumahnya. Melihat ruang tamu yang bersih berkilau, sejujurnya dulu mereka sibuk bekerja sementara Ren He tidak suka bersih-bersih, jadi keadaan rumah yang seperti ini benar-benar bersih belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi ketika memikirkan bahwa rumah ini sekarang kehilangan satu penghuni, di hatinya selalu terasa hampa.
Orang-orang selalu bilang, di dunia ini tak ada yang bisa menggantikan orang lain. Namun kehadiran Yang Xi seakan memulihkan jantung Ibu Ren yang bocor. Meski hatinya tetap kosong, setidaknya tak terus mengosong.
Belakangan ini Ibu Ren terus merenung, merasa terlalu sedikit perhatian pada Ren He. Ternyata Ren He telah melakukan begitu banyak hal di luar pengetahuannya.
Semua ini sebenarnya terjadi di bawah kelopak matanya. Baru belakangan ia tahu, karya anaknya tak cuma Kunlun. Bahkan Sang Pengejar Layang-Layang yang sangat ia sukai pun ditulis putranya...
Belum lagi Harry Potter yang kini mendunia dan menghasilkan uang secara gila-gilaan - ternyata juga karya anak kandungnya sendiri...
Ketika membicarakan karya-karya ini, pasti harus menyebut Yayasan Qinghe. Semua ini adalah hal-hal yang tidak pernah diceritakan putranya dulu. Bagi Ibu Ren, Yang Xi bagaikan kotak cerita yang hidup. Kini Ibu Ren merasa, karena putranya sudah tiada, mendengar kisah legenda putranya dari orang lain justru menjadi hal yang berharga.
Ia mendengarkan Yang Xi bercerita tentang bagaimana dulu Yang Xi mengejar Ren He hingga ke Gunung Everest, bagaimana Ren He meraih gelar Sang Juara pertama yang mendaki puncak tanpa oksigen, dan bagaimana ia memberikan tabung oksigennya kepada orang lain.
Ibu Ren yang tak pernah peduli pada olahraga ekstrem mulai menonton video tentang Kesatria berulang-ulang. Di samping Yang Xi, ia menggigit giginya dengan suara penuh kebencian: "Jika Ren He kembali, pasti kupatahkan kakinya!"
Namun setelah mengucapkan itu, ia akan diam sangat lama... Seandainya ia benar-benar bisa kembali, betapa baiknya.
Ibu Ren akhirnya menyadari bahwa kisah legenda anaknya benar-benar legendaris. Dibandingkan dengan Grup Luohe yang dia dirikan sendiri, semua itu tampak tidak berarti—itulah keberanian sejati.
Tak seorang pun memiliki keberanian untuk menantang nyawa seperti Ren He. Pengalaman berulang di ambang Tribulasi Hidup-Mati itu bagaikan raungan amarah terhadap kehidupan.
Untuk apa manusia hidup seumur hidup ini? Uang? Nama dan harta? Saat ini Ibu Ren justru merasa anaknya lebih memahami makna kehidupan dibanding dirinya sendiri.
Tapi... jika Ren He benar-benar kembali, Ibu Ren diperkirakan masih akan mengambil sapu dan memukul bocah itu setidaknya sekali—bahkan itu masih terlalu ringan!
Ren He yang sedang berada di pelabuhan Jamaika tiba-tiba menggigil. Dia merasakan firasat buruk akan terjadi pada tubuhnya. Setelah berpikir matang, bukankah dia sudah melarikan diri dari AS? Masih ada bahaya apa lagi?
Ia penuh curiga menarik lengan Steve: "Katakan jujur, CIA tidak akan benar-benar mengirim drone untuk membombardirku, kan?"
Steve tertawa terbahak: "Haha, kau benar-benar percaya? Tapi ingat, jangan sampai membocorkan jejak sebelum kembali ke Tiongkok. Meski drone mungkin tidak dikerahkan, pasukan elit yang dikirim pasti banyak..."
Tiba-tiba Steve berhenti di tengah kalimat. Sebuah pertanyaan muncul: Jika CIA benar-benar berniat menangkap Ren He, berapa banyak pasukan elit yang dibutuhkan untuk mengatasi pemuda ini?
Semua orang dalam memahami satu hal: Ancaman pemuda ini jauh melampaui imajinasi mereka.
Justru karena kengerian yang ditimbulkan Ren He, pihak AS terus memburunya tanpa henti. Bahkan saat Lin Hao kabur dari wilayah AS, Badan Keamanan Nasional dan Biro Investigasi Federal tidak segenas ini.
Bisa jadi karena eksistensi Ren He, banyak petinggi di negara itu mengalami insomnia berkepanjangan.
Dulu semua orang berpikir, seorang pahlawan sekalipun kemampuannya sangat kuat tak mungkin sendirian menghadapi mesin negara, film selamanya hanya akan tetap jadi film.
Namun setelah peristiwa bajingan New York, sepertinya banyak hal telah terbalik.
Ren He berdiri di geladak kapal memandang daratan tak jauh di depan, kapal pesiar akan segera bersandar. Keamanan Ren He juga telah terjamin, Steve ragu sejenak lalu berkata: "Bukankah sudah saatnya mentransfer uangku? Pemerintah AS dalam hal seperti ini hanya akan mengawasi akunmu tapi tidak membekukannya. Jadi transfer ke akun pribadiku, aku sendiri yang akan mencari cara mengambilnya."
Ren He meliriknya, orang ini ternyata tidak biasa... Berani meminta uang dari akun bank yang diawasi FBI, bahkan yakin akhirnya bisa mendapatkan uang tersebut. Ini jelas bukan hal yang bisa dilakukan orang biasa. Ren He tersenyum: "Akan kuberikan setelah kembali ke Tiongkok." Ia masih khawatir Steve akan melaporkannya tanpa ampun setelah mendapat uang.
Steve berkata dengan geram: "Di mana kepercayaan kita? Aku sudah menepati janjiku!"
Ren He tersenyum lebar: "Kalau bicara kepercayaan, mengapa kau tidak mau percaya bahwa aku akan mentransfer uangnya segera setelah tiba di Tiongkok? Tenang, dengan kemampuanmu, pasti sudah tahu identitas asliku di Tiongkok. Kau harus paham, aku sama sekali tidak kekurangan uang."
Steve diam lama kemudian tertawa: "Jaga dirimu baik-baik. Lain kali berani datang lagi ke AS."
"Masih mau ke AS?" Ren He membalikkan mata lalu melompat dari kapal pesiar: "Datang untuk memberimu uang? Kalau sempat ke Tiongkok, akan kujamu dengan royal."
Steve memandang punggung yang menjauh itu. Saat mendengar kata "dijamu royal", tubuhnya tak bisa menahan gigil...
