Dalam interaksinya dengan Ren He, Steve selalu merasa dirugikan. Entah bagaimana perasaan ini muncul tiba-tiba, namun Steve justru sangat mengakuinya.
Intinya karena Ren He memegang senjata rahasianya. Meski uang yang dihasilkan cukup untuk masa pensiun, semua itu adalah hal yang tidak ingin dilakukannya.
Jika dulu rencananya mengantar perpisahan Ren He gagal, Steve sendiri pasti harus hidup dalam pelarian, takkan bisa sesantai sekarang.
Pemerintah AS sama sekali tidak akan mengizinkan keberadaan mantan anggota CIA yang diduga melakukan pengkhianatan negara.
Karena itu, Steve sekarang sangat enggan mengangkat telepon. Panggilan pertama dibiarkannya hingga deringan habis, namun Ren He tidak menelepon untuk kedua kalinya. Manusia biasa mungkin menganggap masalahnya sudah berlalu, tapi Steve menatap ponsel yang diam itu seolah merasakan ejekan tanpa suara...
Sebab senjata rahasianya masih di tangan Ren He. Si pihak lawan sudah kembali ke Tiongkok tanpa beban, sementara dirinya harus tetap hidup di AS! Keraguannya untuk tidak mengangkat telepon saat ini bisa dimaklumi, tapi dia HARUS membalas!
Beberapa waktu terakhir, Steve sudah memahami sekilas karakter dan moral Ren He. Setelah dianalisis kasar, Steve menilai Ren He masih tergolong pahlawan.
Di dunia ini, mendapatkan evaluasi "pahlawan" yang nyata bukanlah hal mudah. Ini bukan sekadar "kartu" asal yang diberikan gadis saat menolak pelamar.
Steve merasa Ren He seharusnya tidak sampai tak tahu malu membongkar urusannya, tapi tetap saja kegelisahannya tak tertahankan...
Ia menelepon balik, langsung membuka percakapan dengan tawa: "Temanku yang baik, apa kabarmu sejak kembali ke Tiongkok?"
Ren He tak mau buang waktu mengobrol ngalor-ngidul, tersenyum lebar: "Jangan bertele-tele. Gue butuh loe mencuri sesuatu."
"Sekarang gue udah pensiun," desis Steve sambil mengatupkan giginya.
"Gak masalah," Ren He tertawa: "Gue beneran gak keberatan."
Wajah Steve menghijau - Loe gak keberatan apaan sih?! Gue yang keberatan! Dengan serius dia berusaha menjelaskan: "Sobat, dulu gue ngirim loe ke LN karena udah kapok hidup melanggar hukum. Jadi loe harus paham, gue gak akan ulangi hal seperti ini lagi."
"Dengarkan aku sampai selesai," Ren He menuangkan air untuk dirinya sendiri, menatap daftar peserta yang dikirim Xu Nuo di komputer sambil berbicara melalui telepon: "Kali ini yang kuminta curi hanyalah rakyat jelata biasa. Karena hubungan bisnis, di rumah mereka tersimpan beberapa harddisk berisi kode. Kau tahu kan, yang kulakukan di Tiongkok adalah industri internet. Kode-kode ini sangat bermakna bagiku."
Perkataan Ren He memang jujur. Perabotan dan sistem keamanan di rumah para konsultan keamanan jaringan ini sama sekali tidak memiliki ciri khas tertentu layaknya rakyat jelata biasa. Para hacker top yang bisa Memanggil Angin di dunia maya ini, ternyata memiliki kesadaran keamanan yang sangat rendah dalam kehidupan nyata. Inilah penyebab mengapa peristiwa seperti itu sering terjadi dulu.
Lagipula Ren He tidak keberatan jika Steve mengetahui identitas sebenarnya para orang dalam daftar setelah mencarinya. Dulu pacar Snowden saja tidak biasa, setelah diselidiki setengah mati hanya diketahui bahwa Snowden bekerja di sebuah perusahaan keamanan, tanpa tahu bahwa perusahaan jaringan ini melayani Badan Keamanan Nasional Amerika. Sedangkan Snowden sendiri adalah personel tetap di Badan Keamanan Nasional.
Tentu saja, sebelum peristiwa pembongkaran Program PRISM terjadi, tak ada yang menghubungkan perusahaan-perusahaan ini, mengira mereka hanyalah perusahaan keamanan jaringan internet normal. Tapi Ren He sangat paham karakteristik unik mereka.
Lagipula Ren He juga tidak yakin 100%, dia cuma menyuruh Xu Nuo memperluas cakupan pencarian, mengambil sampel lebih banyak perusahaan, lalu melakukan pencurian skala besar. Prinsipnya: tercuri ya sudah, tidak dapat pun tak masalah—soalnya pasti ada yang berhasil diambil...
Makanya meski identitas Steve istimewa, yang bisa dia selidiki hanyalah karyawan biasa perusahaan keamanan jaringan internet. CIA dan Badan Keamanan Nasional tidak berbagi sumber daya. Dalam hal aliran informasi, Badan Keamanan Nasional levelnya lebih tinggi daripada CIA, sedangkan CIA unggul di bidang kekuatan bersenjata luar negeri.
Steve juga sadar tak bisa menolak permintaan Ren He. Suaranya membeku: "Aku harap kita bisa jadi teman sejati. Karena itu aku ingin tahu: setelah urusan ini, apakah kau akan terus mengancamku?"
"Begini, lihat. Asalkan kamu menyelesaikan urusan ini, tidak hanya imbalan akan kuberikan dengan kedua tangan, tapi juga perjanjian tertulis yang dulu kamu buat akan kukirimkan kembali secara langsung. Bagaimana?" Ren He tersenyum. Sebenarnya dia pun tak berniat memanfaatkan Steve lagi. Setelah membalas pemerintah AS, dia akan menjadi orang biasa seutuhnya, hanya perlu menikmati hidup santai sebagai pengangguran sejahtera.
Steve merenung selama satu menit penuh sebelum menghela napas: "Kirim detail informasi target yang ingin kamu curi ke email rahasia saya."
"Tidak boleh. Mengirim via email pasti berisiko. Cari saja telepon satelit terenkripsi, akan kuberitahu lewat telepon," Ren He menggelengkan kepala. Karena tujuannya adalah membongkar Program PRISM, harus diantisipasi sistem pengawasan ini.
Ketika informasi berisi lebih dari 90% daftar pegawai keamanan dikirim melalui server AS, Ren He yakin ini pasti menarik perhatian pemerintah AS.
Bisa dibilang Program PRISM adalah mata dewa di masyarakat modern. Wajar jika di kehidupan sebelumnya eksposur program ini memicu kepanikan massal.
Steve yang bingung mencari telepon satelit dan membayar Ren He untuk menelepon, lalu mulai mendengarkan Ren He menyebutkan nama dan alamat keluarga satu per satu, total 50 nama...
Saat Steve mencatat nama kelima puluh, dia terpana: "Tunggu dulu, apakah 50 orang ini semua menguasai kode yang kamu butuhkan?"
Ren He tersenyum sopan: "Benar."
Steve langsung merasa tidak enak - harus mencuri 50 rumah? Memang seperti kata Ren He, mencuri rumah biasa bukan masalah baginya.
Tapi... volumenya besar!
Jadi sekarang kamu beralih ke sistem borongan?
Steve yakin daftar ini mutlak bermasalah. Dia bahkan tak berani meminta bantuan orang lain menyelidikinya, takut jika terjadi masalah nanti akan dikhianati.
Ia terpaksa menyelidiki sendiri. Hasil investigasi semalaman malah membuatnya semakin bingung. Orang-orang ini memang bekerja di 5 perusahaan keamanan jaringan internet berbeda. Kelima perusahaan tersebut memiliki bisnis legal di sektor publik, setidaknya secara permukaan tak terlihat celah.
Steve bahkan melakukan survei langsung ke salah satu lokasi. Benar-benar rumah biasa, tak ada yang mencurigakan!
Ia menelepon Ren He lagi: "Aku terima pekerjaan ini. Tapi kau harus jamin tidak akan ada masalah lanjutan. Jika keluarga celaka karena ulahmu, meski harus hidup dalam pelarian aku takkan membiarkanmu tenang."
Saat ini surat perjanjian tak lagi penting. Cap jari yang dulu ditekankan sudah seperti bom waktu. Meski dokumen aslinya dihancurkan, Ren He bisa mencetak salinan tak terbatas.
Kini Steve hanya bisa berharap moral Ren He sebaik yang ia pahami selama ini.
