Kampus Zhongxi memiliki luas lahan 25,37 mu dengan luas bangunan hampir 30.000 meter persegi. Fasilitas dasarnya sangat lengkap. Terdapat teater eksperimen canggih seluas 5.111 meter persegi dengan lebih dari 700 kursi, yang memberikan kondisi ideal untuk praktik seni teater-film dan pengajaran profesional. Perpustakaan akademi seluas 1.700 meter persegi ini dilengkapi lebih dari 10 jenis perangkat lunak manajemen basis data, pada dasarnya telah mewujudkan otomatisasi manajemen informasi dan pencarian literatur berbasis jaringan. Koleksi bukunya saat ini melebihi 370.000 eksemplar, dengan koleksi buku teater berbahasa China terkaya di dalam negeri.
Inilah Zhongxi tempat Ren He akan tinggal selama empat tahun.
Sebelumnya dia pernah mendengar Yang Xi mengeluh, proses wawancara di Zhongxi ibukota terkenal sangat ketat. Satu jurusan hanya menerima sekitar 50 murid, namun pelamar yang datang diwawancarai mencapai ribuan, bagaikan pasukan berkuda ribuan menyebrangi jembatan kayu sempit.
Siswa biasa cukup melewati jembatan sempit Ujian Nasional. Tapi bagi calon mahasiswa Zhongxi dan Institut Film Beijing, setelah berhasil sekali mereka harus melewatinya lagi.
Namun keuntungannya adalah, akan selalu ada sutradara ternama yang membawa naskah bagus ke sekolah untuk memilih peran. Tidak hanya jurusan akting yang bisa ikut audisi, seluruh siswa sekolah diperbolehkan.
Inilah privilege industri hiburan bagi universitas ternama. Yang tidak punya latar belakang akademis formal harus kerja keras jadi figuran di lokasi syuting, menunggu kesempatan langka untuk melesat ke puncak.
Sedangkan mahasiswa institusi ini sejak awal sudah berdiri di puncak, seolah terlahir lebih unggul dari orang biasa.
Jika Sizhong adalah tempat berkumpulnya bakat-bakat cemerlang di mana siswa biasa akan tersisihkan, maka Zhongxi adalah versi yang lebih ekstrem dari fenomena tersebut.
Orang yang datang ke sini sudah pasti punya hasrat berakting. Tanpa bakat akting, mustahil bisa lolos audisi masuk sini.
Seperti pepatah "Kehidupan adalah sandiwara yang mengandalkan akting", Ren He sempat khawatir di sini semua orang akan penuh kepura-puraan. Bagaimanapun, sulit membedakan mana yang asli mana yang akting.
Namun faktanya kekhawatirannya berlebihan, meski anak-anak ini punya kemampuan akting, karakter asli mereka tetap terlihat.
Hanya sedikit yang benar-benar menyembunyikan kepribadian dengan akting sepanjang waktu.
Pintu gerbang Zhongxi membuka jalan setapak rindang pepohonan, bendera merah berkibar gagah tertiup angin. Di setiap pohon tergantung spanduk bertuliskan "Jurusan Akting", "Departemen Sutradara", "Fakultas Tari dan Seni Rupa", "Jurusan Sastra Teater"...
Di bawah setiap spanduk berdiri beberapa senior yang tampak bersemangat menyambut mahasiswa baru.
Biasanya yang bertugas menyambut adalah mahasiswa tingkat dua yang masih antusias dengan kehidupan kampus, suka beraktivitas, bersosialisasi, dan bermain.
Saat masuk tahun ketiga dan keempat, sebagian mulai mencari kerja untuk main sinetron - yang beruntung langsung tenar, yang tidak harus bertahan.
Sebagian lagi menghabiskan waktu di asrama main kartu, mahjong, nonton film, atau main game...
Bahkan ada yang berani memasang meja mahjong elektrik di kamar asrama!
Ren He yang berdiri di depan pintu menyaksikan keramaian, kini hanya punya satu kesan: benar-benar banyak pria ganteng dan wanita cantik di Zhongxi.
Pria ganteng tidak menarik minatnya, tapi gadis-gadis cantik bertebaran. Biasanya mahasiswa baru semester satu belum bisa berias atau berdandan, makanya ada yang bilang siswi semester satu ibarat apel hijau - enak tapi tak menarik.
Tapi Zhongxi berbeda. Gadis-gadis mahasiswa baru semester satu di sini sudah punya potensi meruntuhkan kota dan mengacaukan negara...
Pantas saja akhir-akhir ini Yang Xi mengawasinya begitu ketat. Rupanya dia tahu bagaimana kondisi di Zhongxi.
Gadis kecil itu kemarin di rumah Siheyuan dengan berat hati jadi roamer untuknya empat kali. Ren He sempat bingung kenapa sifatnya berubah. Padahal Yang Xi yang berkarakter keras kepala ini biasanya tak suka jadi roamer - belakangan dia mulai mahir main mid lane, dan hobi keluar berantem kalau ada waktu luang.
Hasilnya kemarin Yang Xi memberikan empat kali support, tujuannya agar Ren He rela menerimanya untuk memberikan jaminan bahwa di kampus ia tidak akan terpengaruh godaan apapun.
Ren He langsung senang bukan main, ia pun langsung menyetujui janjiku. Merasakan perhatian Yang Xi padanya membuat hatinya terasa hangat. Ada yang peduli tentu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Lagipula, di hidup yang sekarang ini ia sudah mantap memilih Yang Xi, dan tak akan berubah lagi. Perasaan mereka telah melewati begitu banyak rintangan, sulit didapat.
Dibandingkan dengan para mahasiswa baru yang masih merangkak di sini, Yang Xi sudah menjadi Ratu Musik. Selain cantik, posturnya pun ideal.
Kalau sampai selingkuh lagi, rasanya seperti meninggalkan Aston Martin di garasi rumah sendiri, malah memilih mengendarai Volkswagen murah tapi berkualitas...
Acara penyambutan mahasiswa baru telah dimulai. Ren He memperhatikan para senior yang matanya langsung berbinar melihat cewek cantik. Perasaan superioritas karena sudah punya pasangan dan hubungan yang harmonis pun membuncah di hatinya...
Para senior ini begitu melihat gadis cantik, sepanjang apapun jurusannya, langsung mengajak kenalan duluan. Seorang senior sastra teater dengan paksa membimbing seorang gadis cantik jurusan akting menyelesaikan semua proses registrasi, menunjukkan metode "siapa cepat dia dapat". Akibatnya, para senior jurusan akting hanya bisa mengatupkan gigi geram...
Ren He berjalan sambil mencari spanduk jurusan akting. Saat berdiri di bawah spanduk itu, ia terkejut...
"Mahasiswa baru jurusan akting semester satu ya? Silakan isi formulir ini," Xia Yuting duduk di bawah bayangan pohon dengan senyum berkilau penuh vitalitas. Hari ini penampilannya sederhana, tapi tetap memancarkan kilau permata. Kilau itu seolah berkata... gadis seperti ini memang pantas tampil di layar lebar untuk dinikmati semua orang.
Ren He tak menyangka Xia Yuting akan muncul di sini, bahkan pura-pura tak mengenalinya. Seolah ia mengerti keinginan Ren He untuk tetap low profile di kampus, menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa.
Ia mengira Xia Yuting akan sangat sibuk, mengingat sekarang jadwal syutingnya menumpuk tak terhitung, jadwal selalu padat. Selama naskahnya cukup bagus, pasti akan diambilnya.
Namun malah bertemu di sini.
Seorang senior pria di sebelah departemen akting tersenyum ke Ren He: "Akhirnya ada sesama pria lagi, tampangnya juga ganteng. Cepat isi formulir, nanti kubawa bayar uang sekolah, beli perlengkapan hidup, dan urus penginapan di asrama."
"Aku saja yang mengantarnya," kata Xia Yuting sambil berdiri merapikan lipatan roknya yang berkerut akibat duduk terlalu lama.
Begitu kalimat ini meluncur, para senior di sekitarnya tertegun. Secara logika, kehadiran Xia Yuting hari ini sudah cukup iblis - dia mahasiswa tingkat tiga yang tak perlu ikut penerimaan mahasiswa baru, apalagi masih sibuk.
Makanya para senior antusias sekali. Ratu Musik tingkat atas industri film domestik ini ternyata turut serta menyambut mahasiswa baru bersama mereka - sungguh fenomena yang SANGAT LANGKA.
Sebelumnya saat menerima mahasiswa baru, Xia Yuting bahkan tidak berdiri sama sekali. Mereka pun tidak enak hati membiarkan senior Ratu Musik ini mengatur pendaftaran mahasiswa baru di bawah terik matahari.
Tapi sekarang Xia Yuting ternyata dengan proaktif ingin mengantar seorang mahasiswa baru...
"Kau sungguh beruntung..." Seorang senior pria berkomentar, "Tahukah kau siapa dia?"
Sementara Ren He menunjukkan ekspresi bersemangat: "Bisakah Anda memberi saya tanda tangan? Saya penggemar Anda!"
