Tak lama setelah Ren He dan Xia Yuting pergi, kabar mulai beredar di lingkungan kampus: Hari ini Ratu Musik tingkat atas Xia Yuting secara pribadi menjemput seorang mahasiswa baru laki-laki. Mereka awalnya tidak saling kenal, murni pertemuan karena ikatan takdir.
Sebenarnya bagi manusia biasa yang kuliah, jarang ada kabar yang menyebar luas atau seseorang yang punya pengaruh khusus.
Pengaruh ketua OSIS sebagian besar terbatas di lingkungan OSIS. Murid biasa mana peduli siapa kamu? Aku sibuk main Dota di asrama, masa urusanmu sampai ke situ?
Namun di tempat seperti Zhongxi yang memang membina calon selebritas, yang terkenal di kampus pasti artis yang belum lulus tapi sudah populer. Mereka sering muncul di TV, jadi wajar kalau di kampus jadi daya tarik baru.
Situasi ini lebih mirip perhatian ekstra karena merasa ada teman sekelas yang istimewa.
Daripada disebut cara merayu, ini lebih seperti bentuk lain mengejar selebriti - cuma sekadar memantau teman sekelas.
Di Zhongxi, hampir setiap orang bisa menjadi , jadi wajar saja jika kisah menarik yang terjadi pada Xia Yuting tersebar luas.
Persis seperti saat Yang Xi bersekolah di Sizhong dulu, jika dia terlalu lama berinteraksi dengan seorang pemuda, seketika itu juga menjadi berita besar yang diketahui seluruh warga Sizhong.
Ini ada prasyaratnya: pengaruh Yang Xi sendiri sudah cukup besar.
Xia Yuting membawa Ren He berkeliling kampus Zhongxi selama lebih dari satu jam. Letak perpustakaan, gedung teater besar, kantin, asrama putra, hingga asrama putri—semua dijelaskan pada Ren He dengan sangat rinci.
"Kau benar-benar menguasai seluk-beluk Zhongxi," Ren He tertawa. Saat dia kuliah dulu, sampai lulus pun masih ada bangunan kampus yang tidak diketahui fungsinya.
Xia Yuting merapikan rambutnya sambil tersenyum mengangguk. Yang tidak diketahui Ren He adalah, demi menjemputnya hari ini, Xia Yuting secara khusus mempelajari peta resmi kampus. Sebenarnya sebelum hari ini, beberapa area fungsinya pun belum sepenuhnya ia pahami, mengingat waktu yang ia habiskan di kampus juga tidak terlalu banyak.
"Kamu tinggal di asrama?" tanya Xia Yuting sambil memiringkan kepala. "Lokasinya cukup jauh dari rumah Siheyuan."
"Akan kutinggali sementara. Harus membangun hubungan baik dengan teman sekamar. Bagaimana nanti kalau sampai lulus tapi tak kenal siapa mereka," jawab Ren He.
Hal ini telah didiskusikan dengan Yang Xi. Ia setuju bahwa lebih baik tinggal di asrama dulu. Kalau langsung tinggal di luar sejak awal kuliah, bisa mempengaruhi hubungan dengan teman sekamar. Perlahan-lahan ikatan pertemanan itu mungkin akan mengendur.
Tujuan utama mereka berkuliah adalah untuk memperluas pergaulan. Jangan sampai terisolasi dari masyarakat dan hubungan interpersonal. Itu tidak baik.
Xia Yuting berpikir sejenak lalu berkata: "Besok aku harus terbang ke selatan untuk syuting, tapi dalam sebulan pasti sudah kembali. Nanti kalau ada keperluan bisa cari aku, saat itu mungkin aku akan lebih sering berada di sekolah."
Ren He juga tidak terlalu memikirkannya, memang dia tidak terlalu memahami jadwal harian Xia Yuting. Sebelum Ren He datang ke Zhongxi hari ini, Xia Yuting sudah tidak kembali ke Zhongxi selama setengah tahun.
Kalau sampai teman sekamar dan sahabat dekatnya tahu bahwa Xia Yuting berencana menjadi murid teladan di sekolah selama semester kedua, pasti mereka akan sangat terkejut.
Sampai di asrama, proses penerimaan mahasiswa baru pun berakhir di sini. Ren He tersenyum melambaikan tangan pada Xia Yuting, lalu naik ke lantai membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kamarnya di nomor 313. Entah sudah berapa teman sekamar yang datang. Jika tidak ada halangan, mereka akan menempati kamar berenam - dia akan memiliki lima orang teman sekamar.
Hari ini Ren He mengenakan pakaian biasa, setelan olahraga yang semuanya merupakan baju pesanan khusus dari TK. Sebagai satu-satunya endorser TK dengan pengaruh global, TK hampir tak sabar inginnya ia bahkan memakai celana dalam dan kaus kaki bermerek mereka.
TK awalnya merek premium di bidang sepeda. Namun berkat pengaruh "Kesatria", mereka merambah ke seluruh industri olahraga dan berubah dari merek mewah menjadi produk mid-high end.
Meski sepeda mahal tapi bisa dipakai bertahun-tahun, berbeda dengan pakaian. Walau pasar luxury tetap ada, TK masih kurang meyakinkan dalam menggarap segmen mewah untuk merek olahraga.
Menurut Ren He, posisinya kurang lebih seperti merek Adidas atau Nike di kehidupan sebelumnya.
Merek seperti ini biasanya tak masalah, tapi di lingkungan Zhongxi tadi ia melihat beberapa ikat pinggang ribuan yuan di jalan - entah asli atau palsu...
Ia tak peduli dengan hal-hal ini. Di dunia ini selain merek olahraga tadi, ia belum sepenuhnya mengenal yang lain. Satu-satunya alasan ia tahu harga ikat pinggang itu karena Yang Xi pernah membelikannya yang sama, yang masih tergeletak di rumah Siheyuan.
Ren He menemukan kamar 313. Koridor di luar asrama ini tidak terlalu terang, masih terdengar gemericik air dari toilet sebelah. Dibandingkan rumah Siheyuan, kondisi akomodasi di sini jauh lebih buruk, tapi sejujurnya asrama Ren He di kehidupan sebelumnya bahkan lebih parah dari ini...
Entah apakah Yang Xi bisa beradaptasi di Akademi Musik Pusat. Nanti malam ia akan menyetir menjemputnya untuk makan malam, bercerita tentang kejadian hari ini, sekalian menanyakan apakah ada hal yang belum ia biasakan.
Ren He masuk. Kamar asrama ini ternyata cukup luas, sekitar 20 m². Di dalamnya ada toilet kecil dan pancuran mandi.
Tepat di sebelah luar pintu kamar terdapat balkon kecil yang terlihat cukup bagus.
Saat itu hanya ada satu orang di dalam asrama yang berdiri di balkon, kedua tangan di saku menatap lesu ke lantai bawah...
Jangan-jangan ini mantan pacar yang dilihatnya di Zhongxi? Punggungnya saja terlihat begitu muram... Meski Ren He sudah mempersiapkan diri menerima teman sekamar dan teman sekelas yang unik sejak datang ke Zhongxi, hasilnya dorongan pintu ini tetap memberinya kejutan.
Ren He berjalan mendekat ke samping orang itu dan menengok ke bawah. Selain lalu lalang pria ganteng dan wanita cantik, tidak ada yang istimewa di lokasi itu.
"Saudara, lihat apa?" tanya Ren He penasaran. Ini adalah cara dia menyapa teman baru.
"Melihat dunia fana yang sunyi ini..." jawab orang itu dengan nada pilu.
Ren He langsung terkejut, jangan-jangan ini penderita depresi?! Teman sekelas baru pertamanya di kampus ternyata punya sifat seperti ini? Ren He masih meremehkan murid-murid Zhongxi...
Tapi setelah dipikir-pikir, dia pun ikut berdiri di sebelah sambil menatap ke lantai bawah. Mereka berdua saling diam selama lebih dari dua puluh menit. Akhirnya orang di sebelah Ren He tak kuasa menahan diri: "Apa lagi yang kau lihat?"
"Melihat kerajaan Kaisar," jawab Ren He sebelum masuk membereskan barang-barangnya, meninggalkan si teman barunya yang terpaku di balkon cukup lama...
Pertemuan pertama dua mahasiswa baru ini hanya menghasilkan empat kalimat dalam setengah jam - masing-masing saling adu gengsi. Seandainya ada saksi mata, mungkin ingin menghajar mereka...
Pria di balkon itu tiba-tiba berubah ekspresi, masuk dengan senyum lebar: "Lumayan menarik. Namaku Li Shuaizhen, pernah main peran pendukung di tiga drama. Kalau kamu?"
"Ren He, orang biasa."
……
