Setelah mengikuti kelas 'pembebasan sifat dasar', semua teman sekelas menyaksikan langsung betapa mengerikannya profesor bernama Chen Da ini. Di tengah pelajaran tiba-tiba menyuruh semua orang berguling-guling di lantai ruang kelas, benar-benar bertindak semaunya!
Sama sekali tidak ada ruang untuk berunding!
Banyak siswa dalam hati sedikit protes, mencuci baju tidak mudah lho, baju yang baru diganti kemarin, hari ini sudah kotor.
Saat pergi makan siang di kantin, seluruh tubuh mahasiswa tingkat satu jurusan akting penuh debu.
Kalau bajunya tahan kotor masih mending, beberapa siswa suka pakai warna putih, habis satu kelas begini masih pantas dilihat?
Jadi belum seminggu, semua siswa sudah paham situasi, seragam diganti semua dengan baju super tahan kotor!
Dalam proses bertahap ini, sikap mental semua orang menjadi mati rasa, disuruh enyahlah ya enyahlah, sama sekali tidak ragu-ragu, disuruh apa pun dikerjakan!
Menurut Chen Da, inilah profesionalisme seorang aktor. Alur cerita dalam skenario bagus, dan Anda sangat menyukainya. Hanya ada satu hal - ada adegan di mana Anda harus syuting di air beku, itu pun di musim dingin! Mau turun atau tidak?
Chen Da berkata dingin di atas arena: "Sekarang media langsung bilang aktor ini-itu turun ke air beku sebagai bukti profesionalisme. Menurutku itu omong kosong. Ini hanyalah kompetensi dasar seorang aktor. Kuharap kalian bisa tahan menghadapi kesusahan seperti ini."
Membebaskan sifat alami sebenarnya sudah lama diselesaikan Ren He sendiri. Mulai dari kembali ke ibukota melihat salju, hingga melukis karya 《Kejutan》 yang penuh transformasi diri secara diam-diam, sampai sekarang pikiran Ren He hampir mencapai kesempurnaan.
Inilah alasan penting mengapa dia masih bisa mempertahankan hati sejatinya setelah mengalami Pertempuran New York.
Bagi Ren He, berguling di tanah bukan apa-apa. Dulu dia bahkan tidur berpakaian lengkap di selokan bawah tanah, mencium bau busuk, tubuh penuh kotoran, dalam kegelapan total.
Hari-hari seperti itu pun berhasil ia lewati, berguling di tanah hanyalah hal sepele belaka.
Karena sebelumnya dalam kelas meniru binatang performa Ren He cukup menonjol, Chen Da terus memantau perkembangan murid ini. Alhasil ia menemukan keunikan: hal-hal yang ditolak orang lain, tak secuil pun keraguan terpancar dari raut wajaknya.
Saat makan siang di kantin, Chen Da memperhatikan Ren He yang meski badannya penuh debu yang tak bisa dibersihkan sekalipun ditepuk-tepuk, sama sekali tak memperdulikan penampilan luar.
"Bibit yang bagus," gumam Chen Da dalam hati penuh harap.
Meski metode pengajarannya keras, banyak selebritas kini berterima kasih padanya. Penderitaan di bawah didikan Chen Da dulu justru menjadi bekal berharga di dunia akting.
Seorang guru yang mencapai tingkat ini pantas disebut telah lulus uji kelayakan.
Inilah fondasi sebuah institusi pendidikan: saat masih di dalam kau membencinya, setelah pergi kau merindukannya. Masa-masa itulah yang terindah.
Penderitaan biasanya akan memberikan kekayaan spiritual paling berharga dalam kehidupan, sambil menyiksa tubuh dan kehendak manusia.
Di Zhongxi terdapat tiga teater: Teater Utara, Teater Uji Coba, dan Teater Black Box. Dua yang pertama relatif besar, sedangkan Black Box agak lebih kecil.
Namun Teater Black Box memiliki pertunjukan drama rutin setiap minggu yang diperankan oleh mahasiswa S2 dan guru, sehingga sering dikunjungi mahasiswa lain untuk menonton.
Bisa dikatakan para mahasiswa S2 dan guru ini sendiri sudah merupakan ahli di industri teater. Di panggung Zhongxi, kemampuan naik ke atas dan tampil di depan penonton sudah membuktikan keunggulan mereka - yang tidak berkualitas sama sekali tidak mungkin naik.
Di akhir pekan, Li Shuaizhen mengajak Ren He dan dua lainnya untuk menonton pertunjukan senior dan guru di teater kecil. Tapi Ren He menolak - akhir pekan harus digunakan untuk menemani Yang Xi.
Bahkan hanya bermain Dota di rumah Siheyuan berdua saja masih lebih baik daripada menonton teater dengan sekelompok jomblo. Begitulah tingkat pola pikir Ren He, memang tidak ada cara lain...
Ia dan Yang Xi sekarang sama-sama tinggal di asrama, artinya seminggu tidak bertemu. Perpisahan singkat membuat hati semakin rindu, Ren He sedang dalam kondisi tak sabar.
Li Shuaizhen kembali menunjukkan ekspresi kesal: "Bagaimana bisa kau mengorbankan karier demi seorang perempuan? Ini saatnya kita mempelajari akting matang para senior untuk mengasah diri. Kok malah sibuk bercinta?"
Ren He tertegun: "Shuai, jangan-jangan kamu bahkan belum pernah pacaran pertama..."
"Pacaran apaan!" Wajah Li Shuaizhen memerah darah: "Aku akan mengorbankan diri untuk seni!"
Mengorbankan diri apaan! Setiap kali bahas cewek cantik, dialah yang paling bersemangat! Semua cuma alasan!
Li Shuaizhen yang macho picik seperti ini mungkin memang tidak akan dapat pacar. Ren He tersenyum lebar: "Iya iya, korbankan dirimu, teruslah berkarya..."
Setelah berkata demikian, Ren He langsung pergi menuju rumah Siheyuan!
Setelah Ren He pergi, Li Shuaizhen masih terus mengeluh: "Dengan syarat seperti Ren He ini, asalkan dia cukup giat berusaha, pasti bisa menjadi pemimpin di industri perfilman. Bukankah selebritas-selebritas dulu juga muncul seperti ini? Mengapa dia sama sekali tidak menghargai?! Kalau sudah jadi selebritas, menghasilkan uang akan semudah bermain, kehidupan macam apa yang tidak bisa didapat? Meski dia sendiri tidak mengejar kemakmuran materi, setidaknya pikirkan bagaimana orangtuanya menjalani masa tua!"
Sebenarnya kondisi keluarga Li Shuaizhen tidak baik. Alasan dia menjadi figuran di Hengdian saat liburan musim panas dan dingin dulu sepenuhnya karena Hengdian dekat dengan rumahnya, dan cocok untuk menambah penghasilan keluarga.
Kedua orangtuanya adalah buruh yang di-PHK. Uang yang dihasilkannya hampir seluruhnya diberikan ke keluarga. Jadi meski sekarang dia memakai merek ternama, penampilannya masih terlihat kelas menengah ke atas. Ini pun karena harus menjaga harga diri, investasi yang wajib dilakukan.
Kalau orang lain sudah mencapai level seperti dia yang bisa dapat peran apa saja dengan dialog, kehidupan mereka sudah cukup mapan.
Biaya sekolah di Zhongxi adalah uang hasil jerih payahnya sendiri, pengeluaran sehari-hari juga ditutup dari tabungannya. Masuk Zhongxi berarti tak bisa sembarangan main film, harus fokus belajar. Alhasil sumber pendapatan terputus, hanya mengandalkan tabungan lama.
Dia tak ingin seumur hidup bermain peran figuran. Karena itu harus sukses di pusat industri ini.
Sebenarnya, alasan tak pacaran adalah karena takut tak mampu secara finansial. Mengada-ada alasan memang memalukan, tapi di dunia nyata manusia harus pandai memilih prioritas.
Menurutnya, setelah jadi selebriti kaya raya, kehidupan keluarga akan membaik. Bahkan bisa menjemput orangtua ke ibukota untuk tinggal bersama.
Andai Ren He tahu ini, pasti akan semakin kagum. Li Shuaizhen menganggap Ren He menyia-nyiakan bakat, padahal Ren He memang tak berminat di dunia akting.
Menjadi produser ternama justru ambisi terbesar Ren He saat ini.
Intinya, mimpi kedua orang ini berbeda. Bagi Ren He, ketenaran dan harta bukanlah tujuan utama.
Li Shuaizhen masih bergumam saat ini: "Pacaran di masa sekolah pasti berakhir putus. Daripada menginvestasikan begitu banyak uang dan waktu, lebih baik tidak usah pacaran. Tunggu sampai Ren He jadi selebritas, cari pacar Ratu Musik atau Ratu Musik tingkat atas juga bisa. Yang sekarang cuma 'hanya fatamorgana'. Pacar yang dia cari sekarang mana mungkin lebih cantik dan baik dari Ratu Musik?"
Saat itu, Yang Xi yang sedang melangkah keluar dari Akademi Musik Pusat tiba-tiba bersin, datangnya tiba-tiba dan tak jelas asalnya...
