Ren He diam-diam bersekolah di Zhongxi, sementara Yang Xi justru ingin low profile tapi tidak bisa.
Akademi Musik Pusat tidak lagi seperti Sizhong dulu yang punya kepala sekolah tua menyangga langit, membiarkan murid-muridnya belajar dengan tenang di bawah langit bersih.
Bagi sekolah lain, mereka lebih berharap punya eksposur lebih baik agar bisa menarik calon siswa lebih berkualitas.
Pada hari Yang Xi melapor, seluruh negeri sudah tahu. Tidak mau tahu pun tidak bisa, laporan yang 'memenuhi langit dan bumi' semua membahas kejadian ini.
Sebelumnya banyak yang tahu Yang Xi pergi ke Juilliard School untuk belajar piano, lalu bersama Kesatria menyelesaikan pembuatan album Amerika Utara. Album ini menjadi yang pertama laris di luar negeri sekaligus mampu menyaingi album bintang kelas atas di dalam negeri. Mungkin karena ini album berbahasa Inggris murni pertama yang dijual sebaik ini oleh orang Tiongkok...
Saat di AS album tersebut belum diedarkan, baru setelah Su Ruqing mengambil alih urusan ini kemudian didistribusikan. Yang Xi sendiri sama sekali tidak pusing memikirkan hal ini.
Namun semua orang berpendapat, album ini adalah batu loncatan bagi Kesatria dan Yang Xi. Melalui album inilah dunia mengenal betapa sempurnanya kolaborasi mereka berdua.
Setelah album itu, jarang terlihat berita tentangnya karena Yang Xi memang terlalu bersikap rendah hati. Ada wartawan yang khusus terbang ke AS mengintai di pintu Sekolah Musik Juilliard untuk mencari berita tentang Yang Xi, sementara di AS sendiri banyak reporter yang ingin mengulik kabarnya.
Hasilnya setelah beberapa waktu mengintai, mereka justru menemukan Yang Xi seolah-olah menghilang bagai ditelan bumi!
Baru sekarang mereka tahu, ternyata Yang Xi telah kembali ke kampung halaman dan memilih untuk melanjutkan studi di Akademi Musik Pusat.
Seorang netizen berkomentar dengan hiperbola: "Ini karena Yang Xi merasa kemampuan mengajar Juilliard School tak dimiliki Akademi Musik Pusat..."
Entah dengan sikap mental seperti apa orang tersebut mengucapkannya, namun Ren He dan Yang Xi tak sependapat. Juilliard School tetaplah sangat kuat bahkan tanpa kehadiran Sang Penghuni, rumah tangga itu sendiri telah lama eksis sebagai tiga besar akademi musik dunia.
Jika dibandingkan dengan Akademi Musik Pusat, masing-masing memiliki keunggulannya sendiri. Tak bisa sembarangan menepis salah satunya.
Kabar Yang Xi kembali bersekolah di tanah air menghiasi media cetak dan TV, dengan tak terhitung jumlahnya penggemar yang terus memantau.
Rombongan penggemar membanjiri kolom komentar Weibo-nya: "Apakah Kesatria juga telah kembali ke Tiongkok? Di manakah Kesatria sekarang?"
Dengan senyum ringan Yang Xi menjawab: "Kesatria sedang bersepeda di Luocheng." Mengingat Ren He enggan mengekspos identitas aslinya, sebagai pacar tentu ia harus membantu mengawal.
Foto-foto Yang Xi saat pelatihan militer ada yang memotret, foto saat makan pun ada yang mengabadikan. Akademi Musik Pusat mungkin baru pertama kali menerima mahasiswa baru yang sebegitu tegas dan berkuasa. Pihak pimpinan sekolah juga memperhatikan kejadian ini: "Jika diperlukan, manajemen untuk Yang Xi Bisa dilonggarkan secukupnya, namun masalah prinsip tidak boleh kompromi. Pelanggaran disiplin harus tetap diproses, tidak boleh ada pembentukan kelompok-kelompok di sekolah dengan memanfaatkan energi sosial sebagai kemampuan, juga tidak boleh dikembangkan kultus individu. Kalau sudah datang ke sekolah, belajarlah yang baik-baik."
Maksudnya adalah, pelajaran dan nilai Yang Xi boleh lebih dimaklumi, namun pengaruhnya harus dikendalikan dengan baik, jangan sampai Yang Xi menjadi penyebab efek buruk.
Namun faktanya kekhawatiran mereka berlebihan. Setelah beberapa waktu mengikuti pelajaran, semua guru terkejut menemukan bahwa gadis Yang Xi ini ternyata berbeda dari selebritas-selebritas yang mereka kenal, bahkan bersikap rendah hati sampai-sampai membuat maestro-maestro tak percaya!
Seperti apa wajah selebritas saat bersekolah? Saat pelatihan militer pun ada tim dokumenter mengikuti, berpose paksa, membuat sekolah bagai studio foto. Sering-sering izin cuti, bahkan sama sekali tak menunjukkan penghormatan pada guru.
Seorang guru tekun sedang menjelaskan materi, tiba-tiba sang selebritas di bawah panggung menelepon. Setelah guru memberi isyarat mata, si selebritas malah melenggang dengan angkuh keluar ruangan, terus menerima telepon dengan suara keras di luar kelas.
Situasi seperti ini sudah terlalu sering disaksikan di berbagai akademi seni ternama.
Tapi Yang Xi? Saat pelajaran ia duduk tegak mendengarkan dengan hening. Ketika berlatih kecapi, ia patuh memainkan komposisi yang ditugaskan. Tak pernah sekalipun menerima telepon di jam pelajaran.
Sikap seperti ini sangat memenuhi standar harapan para guru!
Suatu kali seorang guru bertemu Yang Xi dan teman sekamarnya sedang makan di kantin. Ada yang mendatangi Yang Xi meminta tanda tangan dan foto bersama. Dengan serius Yang Xi menjelaskan bahwa di sekolah ia hanyalah siswa biasa, bukan artis atau selebritas, hanya ingin fokus belajar.
Kisah ini tersebar di kalangan para guru melalui guru tersebut. Semua memberikan perhatian khusus pada gadis ini.
Sejujurnya, semua orang menyukai tipe gadis seperti ini - tidak berlebihan, tidak semena-mena.
Seorang profesor departemen piano juga menemukan fakta: Meskipun kemampuan piano Yang Xi belum mencapai level pemain konser, apalagi ahli, tapi di antara siswa seangkatannya sudah yang terbaik, jelas pernah mendapat bimbingan dari guru ahli.
Sebuah etude kecil yang dimainkannya, setiap frase diolah seperti puisi yang memiliki ritme naik turun, sama sekali tidak membosankan!
Ini merupakan tahap yang sangat tinggi!
Suatu hari profesor piano Yang Xi tak kuasa bertanya: "Siapa sebenarnya gurumu?"
“Adalah profesor muda seperti puisi dari Juilliard School,” jawab Yang Xi dengan senyum tenang.
Profesor tua yang kurang memperhatikan berita gosip ini baru teringat, benar, Yang Xi pernah belajar setahun di Juilliard School. Profesor muda seperti puisi itu sekarang sedang melambung di bidang musik klasik.
Beberapa komposisi yang dibuatnya membuat para maestro terkesima. Profesor tua ini sendiri paling menyukai lagu "Für Elise", saat santai sering memainkannya dalam kesunyian, benar-benar luar biasa!
Teori yang diajukannya bagai tertusuk kertas jendela - meski semua orang sama-sama memoles tekanan dan durasi nada, ketinggiannya seolah berdiri di atas awan!
Kabarnya baru-baru ini konser solo-nya sudah penuh, harga tiketnya malah lebih mahal beberapa kali lipat dari maestro sekarang. Profesor tua ini merasa kesyahduan, katanya profesor muda itu masih sangat belia...
Tiba-tiba ia bertanya: "Seperti apa sosoknya dalam kehidupan nyata? Apakah Juilliard School memilihnya? Apakah mungkin ia kembali ke negeri kita untuk mengajar? Masih adakah karya baru?"
Serentetan pertanyaan ini membuat Yang Xi sedikit kewalahan, Ia tersenyum menjawab: "Sepertinya tidak ada karya baru, kalau ada pasti sudah langsung dirilis. Kembali mengajar di sini mungkin mustahil, kurasa ia seperti burung liar yang bebas, kemungkinan tidak suka terikat... Soal kepribadiannya dalam kehidupan nyata, aku juga tidak bisa menjelaskan dengan jelas, yang pasti berada di dekatnya terasa sangat nyaman!"
Profesor senior itu mengangguk. Saat ini banyak orang seperti dirinya yang berharap profesor muda itu bisa menciptakan karya baru lagi.
Tapi ia selalu merasa nada bicara muridnya Yang Xi saat menyebut profesor muda itu... kenapa terdengar begitu manis?
