Li Shuaizhen ternyata lebih berpengalaman dibanding Yang Runrun dan Zhang Jinglin. Meski polos dan keras kepala, bukan berarti ia tak paham tata krama duniawi.
Karena Ren He telah memberikan kepercayaan ini pada mereka, sudah seharusnya mereka memanfaatkan peluang.
"Kita jangan bocorkan hal ini. Dari sudut pandang persaudaraan, membantu saudara menjaga satu rahasia adalah kewajiban," Li Shuaizhen berpesan pada dua rekan sekamarnya.
Keduanya tentu mengangguk. Sekarang permintaan pertemanan mereka membanjiri seperti ikan mas sungai Yangtze, sampai tak sanggup menolak semuanya. Akhirnya bertiga sepakat untuk menonaktifkan fitur permintaan pertemanan.
Sekarang ID kocak mereka berlima sedang viral di internet, selain karena alasan Yang Xi, lima nama ini di mata pemain Dota juga cukup klasik...
Entah bagaimana Ren He bisa memikirkan ide ini...
Tapi ngomong-ngomong, kalau Ren He adalah Ketua Dewan Kelompok Qinghe, seharusnya tidak masalah kan kalau minta dia kasih skin dan item hiasan untuk saudara-saudara?!
Pola pikir Yang Runrun dan yang lain cepat beralih ke jalan bagaimana cara minta Ren He menyiapkan equipment bagus untuk mereka, membuat Li Shuaizhen merasa sangat kesepian... Kalian tidak perlu mempertimbangkan masa depan?
Minta Ren He buatkan set Supreme Treasure Juggernaut sepertinya juga bagus? Li Shuaizhen berpikir dalam hati.
Tiba-tiba Sun Yu muncul di depan pintu asrama dengan senyum cerah: "Wah, hari ini tidak main game ya?"
Dulu pasti Li Shuaizhen takkan tahan diperlakukan seperti ini, tapi ingat masih ada bos tersembunyi di kamarnya, Li Shuaizhen memilih diam. Tak sekalipun ia menatap Sun Yu.
Suasana hati antara punya keyakinan dan tak punya keyakinan benar-benar berbeda!
Saat diskusi film waktu itu, Li Shuaizhen menyadari Ren He di lubuk hati paling dalam sangat membenci film sampah itu, menganggap sutradara seperti itu tak punya integritas.
Ia juga menemukan Ren He sangat memuji film low-budget yang mengandalkan kekuatan alur cerita.
"Low-budget" di sini relatif dibanding film blockbuster. Ren He tak menganjurkan penggunaan efek khusus sembarangan yang hanya menambah biaya. Semua harus demi membuat film lebih baik, tak ada yang berlebihan.
Li Shuaizhen setuju dengan pandangan ini - film dengan alur cerita kuat selalu menuai panen box office besar.
Jika bisa menunjukkan akting memukau di film seperti ini, pastilah panen 'nama dan harta' akan diraih!
Li Shuaizhen agak menanti hari itu, bahkan jika akhirnya tidak ada hasil pun tidak apa, toh sebelumnya ia juga tidak tahu identitas sebenarnya Ren He, namun tetap menganggapnya sebagai saudara.
Minggu malam saat Ren He kembali ke asrama, Yang Runrun dan dua lainnya sedang asyik bermain Dota di kamar. Ren He meletakkan segunung camilan: "Ini perbekalan kita untuk seminggu ke depan! Main Dota tanpa camilan, itu pasti bukan permainan Dota yang sempurna!"
Li Shuaizhen tidak bergerak, Zhang Jinglin juga diam. Hanya Yang Runrun si tukang makan yang langsung menyambar tumpukan camilan setinggi gunung itu, memeriksa isinya satu per satu.
Li Shuaizhen tiba-tiba bingung harus memulai topik dari mana. Urusan keterlibatan mereka ini harus segera ditembus. Ren He juga sedang menunggu mereka bertanya, karena baru setelah semuanya terbuka rencana besarnya bisa diselesaikan dengan sempurna.
Ia juga sangat tertarik pada drama, bahkan ingin menggunakan drama dari kehidupan sebelumnya untuk melatih pertunjukan yang memukau orang lain. Namun keinginannya yang lebih besar adalah membuat film. Pemikiran seperti ini di Zhongxi dianggap sedikit sesat, mewakili kesan berlebihan: Aliran utama di Zhongxi memang menganggap drama lebih tinggi derajatnya, sementara film dianggap sebagai sesuatu yang glamor tapi kurang substansial. Akting aktor dalam film dianggap tak memiliki dasar pengetahuan sekuat dalam drama.
Ren He tidak berkomentar tentang pemikiran ini, juga tak bisa mengontrol pendapat orang lain. Yang ia tahu hanyalah keinginannya untuk mereproduksi film-film yang sangat dicintainya di kehidupan sebelumnya.
Tapi sebagai seorang yang dianggap sesat, harus ada kesadaran akan konsekuensinya. Urusan merekrut orang untuk syuting film pasti akan ditentang oleh teman sekelas bahkan guru. Karena itu, Ren He membutuhkan orang dalam untuk mendukungnya.
Ia tidak berencana membuat aksi besar, juga tak mau mengandalkan kekuatan orang lain. Untuk tim syuting, Ren He sudah merencanakan untuk langsung mengajak Liu Erbao melakukan eksperimen baru. Tapi untuk posisi-posisi lain, masih banyak kandidat yang dibutuhkan.
"Mau bikin film bukan cuma punya sutradara, aktor, dan kameramen lalu cukup! Masih banyak urusan lain!"
"Jadi, daripada cari orang lain, mending rekrut teman sekamar dulu."
Li Shuaizhen bicara hati-hati bertanya: "Akhir-akhir ini ada kabar Ratu Musik Yang Xi kuliah di Akademi Musik Pusat, kamu liat berita nggak?"
Ren He mengangkat alis sambil tertawa: "Liat kok."
"Katanya dia juga semester satu, pacarmu kan juga semester satu di Akademi Musik Pusat ya?"
"Iya, semester satu."
Li Shuaizhen menggigit gigi nanya: "Dulu aku bilang, mana mungkin pacarmu lebih baik dari Ratu Musik, tapi kemarin aku baru sadar ID Dota Yang Xi kok mirip ID pacarmu... Dan yang kuketahui, pacar Yang Xi... itu Kesatria!"
Ren He duduk manis di kasur membuka botol air mineral, meminumnya sebanyak satu tegukan. Yang Runrun berhenti mengemil, semua penghuni asrama menatap Ren He seolah menanti jawaban sangat penting.
"Yang setiap hari bermain Dota bersama kita dan paling suka main midlane, memang Yang Xi. Dia pacarku, dan aku memang Knight," kata Ren He sambil menatap mereka.
"Sial!" Li Shuaizhen masih merasa dunia ini agak tak nyata. Mereka terus menunggu jawaban ini, seolah setelah Ren He mengatakannya akan muncul awan pelangi tujuh warna atau fenomena langit runtuh bumi terbelah.
Bagaimanapun juga, sosok legenda hidup itu sedang duduk di hadapan mereka.
Tapi ketika jawaban itu akhirnya didapat, sepertinya dunia tidak mengalami perubahan apa pun.
Ren He masih tetap di sana. Tanpa tiga kepala enam lengan atau awan keberuntungan. Dia hanya seperti orang biasa: teman sekamar biasa, murid biasa, saudara biasa...
Justru Ren He yang seperti ini membuat semua merasa lebih nyaman! Li Shuaizhen menghela napas lega di hati, Ren He pun demikian. Dia benar-benar khawatir identitas sebenarnya akan menciptakan jarak dalam persahabatan mereka.
“Sudahlah, jangan dipikirin lagi. Urusan lain nanti dibahas, sudah ada rencananya. Sekarang buruan main Dota, di perjalanan pulang ke sekolah tadi Yang Xi udah ngelayain aku…” Ren He memanggil semua untuk mulai bermain Dota...
Ren He juga agak pasrah. Gadis kecanduan game di rumahnya sedang dalam fase awal kontak dengan Dota yang sangat menggebu, bahkan lebih gila darinya!
Lagian si gadis ini nggak pernah main support, selalu ngotot jadi midlaner. Biasa keliatannya kalem, tapi begitu masuk game jadi kayak orang gila. Mainnya brutal banget, nggak peduli nyawanya sendiri, asal kena tebasan golok lawan, pasti balas dendam sampai tuntas...
Menurut kata-kata Yang Xi... Yang penting aura-nya!
Li Shuaizhen duduk di depan komputer. Banyak yang ingin diungkapkan di hatinya, tapi menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat untuk bicara.
Benar, saudara sekamar kita ini memang jempolan. Sampai-sampai seluruh dunia memandangnya dengan penuh hormat. Tapi ia tetap main Dota dengan santai kayak orang biasa...
……
